Vanessa benar-benar menjalankan pesan Mas sebelum keberangkatannya untuk pendidikan. Ia sepenuhnya mendengarkan ucapan Mas untuk fokus pada jalannya sendiri, dan sebagai balasan, Vanessa juga memusatkan seluruh perhatiannya pada kehidupan koasnya. Satu demi satu, ia melewati stase-stase yang menantang, semua itu tanpa kehadiran Mas di sisinya.
Setiap kali lelah atau stress menghampiri, Vanessa teringat pada kata-kata Mas yang pernah menguatkannya. Seperti saat ia merasa begitu takut ketika pertama kali menghadapi stase forensik. Saat itu, Mas menenangkan Vanessa dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa Vanessa memiliki kemampuan untuk melalui setiap tantangan dalam pendidikan kedokterannya, bahkan yang tersulit sekalipun. Kini, ia sadar betapa benar kata-kata itu. Meski berat, ia semakin kuat, bertumbuh menjadi seseorang yang mampu berdiri sendiri, sesuatu yang mungkin juga Mas ingin ia pelajari dari proses ini.
Kini, Vanessa mulai memahami bahwa perjalanan ini sudah diatur oleh Tuhan dengan cara yang tepat. Di awal masa koasnya, ia menghadapi stase berat seperti forensik, dan saat itu, Mas masih ada di sampingnya. Kehadiran Mas memberikan ketenangan dan dukungan yang sangat ia butuhkan untuk melewati tahap-tahap sulit tersebut. Mungkin itulah maksud dari rencana Tuhan membiarkannya lebih dahulu menghadapi tantangan besar dengan kehadiran orang yang ia cintai di dekatnya.
Sekarang, ia sudah berada di penghujung perjalanannya sebagai dokter koas, tinggal beberapa bulan lagi. Meskipun enam bulan tersisa mungkin terasa panjang, Vanessa merasa lebih kuat dan bersemangat untuk menyelesaikannya. Ada tujuan yang jelas di hadapannya, yaitu menyambut kepulangan Mas yang akan kembali dalam waktu sekitar enam bulan lagi. Pemikiran itu memberinya semangat baru, seolah ada cahaya di ujung jalan yang panjang ini. Baginya, setiap langkah yang ia ambil dalam menyelesaikan stase-stase yang tersisa kini terasa lebih ringan dengan harapan bahwa mereka akan segera bersama kembali.
Sedari pertama kali Mas meninggalkannya, bisa dibilang mereka jatuh bangun melewati hubungan jarak jauh itu, mereka bisa dibilang cukup berhasil melewati enam bulan belakang dengan banyak rintangan. Mungkin ini sama-sama adil, terkadang Mas yang tidak bisa dihubungi berminggu-minggu hingga Vanessa frustasi dan menangis setiap hari, bahkan ia hampir melakukan kesalahan fatal dan dimarahi dokter konsulennya di rumah sakit karena tidak fokus. Di otaknya selalu memikirkan keadaan Mas yang sering menghilang tanpa kabar.
Gadis itu juga selalu pulang ke rumah dalam keadaan kacau hingga Bapak terus menenangkannya dan meyakinkan disela-sela kesibukannya sebagai Presiden. Bahkan, Bapak berkali-kali menceritakan kisahnya dulu waktu pendidikan di Fort Bragg yang saat itu juga berhubungan jarak jauh dengan Ibu, tak jarang Vanessa menemui Neneknya dan bertanya apa yang harus dilakukan ketika Kakeknya tidak bisa dihubungi saat pendidikan dulu.
Atau Vanessa yang sulit sekali Mas hubungi, entah gadis itu yang sibuk sekali di rumah sakit dengan jadwal operasinya yang semakin banyak, piket di UGD yang selalu banyak pasien, tidak bisa tidur berhari-hari, dan belajar setiap waktu tanpa menyentuh ponsel hingga tak mengabari siapapun, termasuk Mas.
Beberapa kali, Mas hampir spam call ke siapapun termasuk Mama dan trio kembar, bertanya keberadaan Vanessa. Bahkan, Mas menelfon Habib yang jauh di Papua yang tentunya juga pasti tidak tahu keadaan sepupunya, karena ponsel gadis itu tidak aktif beberapa hari. Alasan yang selalu Mas terima adalah Vanessa lupa menaruh ponselnya, Vanessa lupa mengisi daya ponselnya, Vanessa tidak membawa ponselnya ketika praktek, atau Vanessa mengaktifkan mode don't disturb.
Tak jarang juga Mas mau tidak mau mengganggu Ati yang satu rumah sakit dengannya, tidak jarang Ati menjadi perantara kedua insan itu yang saling menghilang, bedanya ganti-gantian. Bapak pernah menyuruh staff ADC hingga Paspampres mencari keberadaan Vanessa yang pernah tidak pulang dan hilang beberapa hari, ternyata gadis itu selalu pulang ke rumah Mas. Vanessa sudah kebal jika dimarahi Bapak perkara tidak bisa dihubungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.