Hari ini Keempat cucu Bapak diwajibkan mengikuti kegiatan Bapak. Pagi ini, Mayor Teddy harus kembali untuk bersabar karena lagi dan lagi kembali adu mulut dengan Vanessa. Apa lagi penyebabnya kalo bukan karena Vanessa yang susah sekali dibangunkan?
Mayor Teddy merasa pusing dan stress saat berusaha membangunkan Vanessa yang terus mengabaikannya. Dia sudah mencoba memanggil namanya beberapa kali, namun Vanessa tetap tak bergeming, seolah-olah sama sekali tidak mendengar. Frustrasi mulai terasa dalam nada suaranya, dan ketegangan meningkat karena situasi ini memerlukan respons cepat dari Vanessa, namun upayanya seolah tidak berarti.
"MBAK! Hitungan ketiga nggak bangun juga saya siram sama air, ya?!" Ancam Mayted yang langsung membuka selimut Vanessa karena gadis itu menarik selimutnya lagi sampai ke atas kepala.
"Habis sahur kok tidur lagi sih, mbak?!" Mayted sudah pusing tujuh keliling.
"Pak, jangan teriak terus ih, telinga aku sakit!" Vanessa menarik lagi selimut yang tadinya sudah disingkirkan Mayted.
"Mbak, udah jam 9! Jam setengah 11 kita jalan mbak! Kamu itu kan super lelet! Mandi aja bisa setengah jam!" Gerutu Mayted.
Mayted menghela napasnya kasar, pagi-pagi sudah ada saja yang bikin dia emosi. Mayor Teddy duduk di tepi ranjang Vanessa, membuka pelan-pelan selimut itu kembali dan menarik tubuh Vanessa untuk duduk agar segera bangun.
"Ayo bangun." Ucapnya kini lebih melunak.
"Hoam.." Vanessa menguap dengan wajah bare facenya yang selalu membuat Mayor Teddy terpesona. Gadis itu berkali-kali menguap dengan menggaruk rambutnya.
"Kamu tidur jam berapa semalam?" Tanya Mayor Teddy.
"Berapa ya? Jam 3 kayaknya." Kata Vanessa yang nyawanya belum terkumpul.
"Belajar?" Tanya Mayted.
"Iya, bentar lagi sidang." Lanjutnya.
"Bangun mbak, ayo mandi cepat, biar hilang ngantuknya." Mayted menepuk pelan pipi Vanessa, sedangkan gadis itu masih memejamkan matanya dalam posisi duduk.
"Hari ini kemana? Kok Pak Teddy pakai stelan jas?" Tanyanya pelan, ia sudah berusaha untuk membuka matanya.
"Ke Hotel Fairmont, ada acara nikahan kenalan Bapak, nanti Bapak juga bayar zakat di Istana Negara, lanjut terakhir balik ke kantor ada rapat di Kemhan." Jelas Mayted yang tetap duduk berhadapan dengan Vanessa.
"Harus banget ikut kondangan?" Tanya Vanessa, Mayted meresponnya dengan mengangguk.
"Aku harus pake baju apa? Harus bawa dua baju?" Vanessa kini sudah sepenuhnya sadar.
"Terserah kamu mbak, setelah dari kondangan kalau nggak mau ikut juga nggak papa." Jawab Mayted.
"Aku ngikut Pak Teddy." Sahutnya.
"Loh kok ikut saya?" Mayted mengernyit bingung.
"Iya, biar aku nggak bingung. Pak Ted bawa baju berapa?" Tanya Vanessa dengan muka bantalnya itu yang sangat terlihat menggemaskan di mata Mayted.
"Saya cuma bawa baju satu mbak, pakaian dinas saya. Saya harus pakai baju dinas kalo Bapak ke istana." Ujarnya lembut.
"Yaudah aku juga bawa dua berarti." Vanessa beranjak dari tempat tidurnya dan langsung masuk ke kamar mandi.
"Mau saya bantu pilihin tidak?" Tanya Mayted.
Vanessa menggeleng.
"'Ati udah siap-siap?" Tanya Vanessa.
"Sudah, Mbak Ati lagi makeup." Jawabnya lagi.
"Yaudah, Pak Teddy keluar, aku mau mandi." Ucapnya sambil berjalan menuju kamar mandi. Mayted mengangguk paham lalu keluar dari kamar Vanessa dan tidak lupa menutup pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.