Rombongan Bapak tiba di Hambalang pukul 22.00. Setelah acara buka puasa di Istana bersama Presiden dan jajaran Kabinet Indonesia Maju, akhirnya keempat pilar Bapak bernapas lega. Alasannya tak lain dan tak bukan adalah karena bosan. Bapak yang asik sendiri dengan jajaran menteri lainnya, sedangkan keempat cucunya hanya menunggu sembari sesekali terus mengemil setelah iftar. Kadang, Vanessa juga bolak-balik mengambil kue atau dessert agar dirinya tidak bosan menunggu kapan pertemuan Bapak dan jajaran petinggi negara itu berakhir.
Terkadang, mereka berempat juga diajak ngobrol dengan beberapa menteri lainnya, apalagi Bintang yang selalu diperkenalkan oleh Bapak sebagai penerusnya di dunia politik. Bapak semangat sekali memperkenalkan calon penerus pemegang partai politiknya itu.
Vanessa dan Ati juga diajak ngobrol oleh menteri kesehatan dan juga menteri perdagangan. Sedangkah Habib, ia malah sengaja menjauh dari area tersebut bersama Lino dan juga Valdo karena Habib memang tidak ada ketertarikan sedikit pun acara seperti ini, kalau bisa ia menentang Bapak, sudah dari awal ia tak akan mengikuti kegiatan Bapak.
Menjadi cucu orang penting di Indonesia memang membuat Habib sangat tertekan karena dibandingkan dua adik kembarnya dan sepupu kesayangannya satu-satunya itu, ia tidak suka bersosialisasi apalagi berbaur. Baginya, itu sangat menguras energi.
Omong-omong tentang Vanessa, sejak obrolan tadi di TPU bersama Mas, ia dan Mas tidak ada bertegur sapa lagi, tidak ada saling mencuri pandang, dan Mas pun tidak menawarkan apapun saat di acara. Tidak seperti di acar bukber sebelumnya, Mas akan menawarkan makanan apa yang ia inginkan, kebutuhan apa yang diperlukan, dan bertanya berkali-kali apakah nyaman di acara Bapak atau tidak. Tadi, laki-laki itu tidak melakukannya.
Sedikit ada rasa sedih melihat Mas justru mengambil giliran untuk menjauhinya sementara, mungkin karena perkataannya tadi siang di TPU, mungkin Mas memang sengaja menghindarinya untuk memberikannya ruang. Tapi, kenapa ketika Mas seperti itu kepadanya, ia sangat sesak? Padahal dirinya sendiri yang meminta agar Mas tidak memaksanya dan memberinya ruang. Selama acara tadi, Mas juga hanya fokus kepada Bapak. Bahkan, trio kembar ia alihkan kepada staff ADC Bapak yang lain.
Jadi, sekarang mereka saling menyakiti satu sama lain?
Selama perjalanan pulang, Vanessa tidak henti-hentinya harus berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang. Berkali-kali ia mengopek-ngopek kulit kukunya hingga berdarah, sesekali ia juga merasa deg-degkan dan berkeringat dingin. Entah serangan panik sedang menyerangnya atau memang ia gugup.
Bahkan, sesampainya di rumah, Mas juga tidak menghiraukannya, laki-laki itu hanya terus di dekat Bapak, fokus kepada Bapak, terkadang berada di dekat sekpri Bapak, atau justru setelah memastikan Kakeknya aman dan sudah istirahat di kamarnya, laki-laki itu melanjutkan pekerjaannya bersama sekpri dan staff ADC di ruang kerja Kakeknya.
Rasa sesak kembali menghantuinya, melihat Mas yang biasanya terlalu mengkhawatirkannya, yang selalu memastikan dirinya, yang selalu takut dirinya kenapa-napa, justru saat ini Mas tidak memperlihatkan perlakuan manisnya itu kepada Vanessa.
Vanessa menghela napas, mungkin jika memang harus sama-sama menenangkan diri dan memberikan ruang kepada diri sendiri, ia akan berusaha menerimanya.
"Kenapa lagi?" Tanya Ati yang menyadari sepupunya itu tidak baik-baik saja.
"Belum juga baikan?" Tanyanya lagi.
Vanessa menggeleng, sepupunya itu tak sengaja masuk ke kamar Vanessa dan menyadari Vanessa tengah berada di balkon memandangi pemandangan di malam hari.
"Gue salah nggak kayak gini, Ti? Gue bingung kalau jalan yang gue ambil salah." Ucap Vanessa dengan lirih.
Ati menggeleng. "Nggak kok, lo nggak salah. Ada kalanya semua permasalahan nggak harus diselesaikan saat itu juga, ada kalanya kita sebagai manusia harus mencoba memahami, mencerna, dan memutuskan apa yang sedang terjadi. Gue tahu Nes, otak lo nggak pernah berhenti untuk mencoba melakukan ketiga itu, gue juga tahu itu pasti berat banget. Apalagi kesalahan itu justru persis seperti apa yang pernah lo rasain."
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.