Hari ini, sesuai dengan informasi yang diberitahukan semalam, Bapak memiliki jadwal kunjungan penting ke Kalimantan Timur, tepatnya ke lokasi proyek Ibu Kota Nusantara (IKN). Kunjungan ini sangat signifikan karena Bapak akan turun langsung untuk mengawasi proses pembangunan di sana, memastikan segala sesuatu berjalan sesuai rencana dan standar yang telah ditetapkan.
Sejak pagi-pagi sekali, rombongan Bapak sudah bersiap. Mereka berangkat dari rumah menuju bandara untuk penerbangan menuju Kalimantan Timur. Untungnya, hari ini tidak ada keributan dengan Vanessa soal bangun pagi. Biasanya, hal ini bisa menjadi masalah, tetapi kali ini berbeda. Vanessa dengan patuh mengikuti saran dari Mayted yang disampaikan semalam. Ia sangat berusaha keras untuk tidak kembali tidur setelah sahur dan Sholat Subuh, seperti yang sering ia lakukan sebelumnya.
Gadis itu benar-benar melakukannya. Begitu selesai menunaikan Sholat Subuh, Vanessa langsung bergegas mandi, berharap dengan air segar yang membasahi tubuhnya, rasa kantuk yang biasanya menyerang akan sirna. Usahanya ternyata membuahkan hasil. Tubuhnya terasa lebih segar, dan ia pun berhasil melawan godaan untuk kembali ke tempat tidur. Itu menjadi sebuah pencapaian kecil bagi Vanessa, sebuah bukti bahwa dengan niat dan dukungan yang tepat, ia bisa mengikuti rutinitas pagi tanpa rasa malas.
Hari ini, Vanessa memilih untuk memakai pakaian yang sederhana. Sebelum memutuskan, ia sempat berdiskusi dengan Ati tentang outfit apa yang sebaiknya dipakai. Keduanya mempertimbangkan pilihan yang pas, karena kebetulan kunjungan kerja Bapak kali ini tidak terlalu formal. Bapak memberikan kebebasan kepada mereka untuk memakai outfit yang mereka inginkan, selama tetap sopan dan nyaman.
Vanessa akhirnya memutuskan untuk memakai baju tanpa lengan atau ketekan karena ia tahu betul bahwa cuaca di Kalimantan akan sangat panas. Meskipun ada kemungkinan kulitnya akan gosong akibat terpapar sinar matahari, ia lebih memilih itu daripada harus merasa kegerahan sepanjang hari, yang berpotensi merusak mood-nya.
Bagi Vanessa, kenyamanan adalah prioritas, terutama dalam cuaca yang ekstrem. Ia paham bahwa merasa kepanasan bisa membuatnya tidak nyaman dan mungkin mempengaruhi suasana hatinya. Jadi, meskipun ia tahu risikonya, Vanessa lebih memilih pakaian yang membuatnya merasa lebih segar dan bebas daripada harus berkutat dengan pakaian yang terlalu tertutup dan membuatnya tidak nyaman.
"Anjir nih bocah, belum setengah jalan udah tidur." Bintang tersadar ketika kepala Vanessa terjatuh dan mendarat di bahunya.
"Biarin aja, Mas. Udah bagus Mbak Vanessa nggak tidur lagi setelah Sholat Subuh." Ujar Lino.
"Kok bisa ya, Bang? Gue punya sepupu sehibernasi ini?" Bintang tak habis pikir. Akhirnya, ia membiarkan sepupunya itu tertidur dengan posisi kepala bersandar ke bahunya, walaupun ia harus menahan pegal.
Kini, mereka dalam perjalanan menuju airport, Bintang satu mobil dengan Vanessa, Lino, dan Nando. Pengawalan cukup ketat sejak Bapak naik pangkat tiga hari yang lalu, tanda kehormatan dari Presiden. Kurang lebih satu setengah jam mereka di perjalanan, akhirnya rombongan Bapak sampai di lapangan lepas landas. Bahkan ketika mobil sudah berhenti, Vanessa belum kunjung bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Untuk readers baru, supaya nggak bingung, lebih baik baca dulu "The Qonsequences" baru cerita...