"MAS!"
Perempuan yang kini berlari-lari kecil itu, kini sudah menjadi sebagai seorang istri, tampak antusias saat memasuki rumah dan mencari sosok suaminya. Begitu melihat Mas yang sudah rapi dengan pakaian dinas hariannya, ia spontan mengerucutkan bibirnya, menandakan rasa kecewanya yang tak dapat disembunyikan.
Mungkin Vanessa berharap bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan Mas di rumah sebelum berangkat kerja, namun kenyataannya Mas sudah siap untuk menjalankan tugas. Meski begitu, ekspresi wajahnya yang lucu dan menggemaskan membuat Mas tersenyum, seolah mengerti betul keinginan istrinya yang masih ingin menikmati mengurus dirinya. Namun, sebagai seorang yang punya tanggung jawab besar, Mas harus segera pergi, meski tak bisa menolak godaan kecil dari tatapan istrinya yang merajuk.
"Yah, kamu udah siap-siap?" Terdengar nada kecewa keluar dari mulut Vanessa.
"Sayang, itu rambut kamu nggak disisir apa gimana?" Mas menghampiri istrinya itu yang masih setia dengan seragam operasinya. Laki-laki itu merapikan rambut Vanessa yang sangat acak-acakan.
Sikapnya yang spontan dan penuh kasih ini mengingatkan Mas bahwa di tengah kesibukan dan tugas berat yang diemban, ia kini memiliki sosok yang menantinya di rumah, sosok yang selalu mendukungnya dengan penuh cinta. Meski hanya sebentar, momen kecil ini menjadi pengingat indah akan cinta dan perhatian yang kini mewarnai hari-hari mereka sebagai pasangan suami-istri.
"Padahal aku udah ngebut bawa mobil biar bisa bantuin kamu sebelum berangkat kerja." Terdengar suara Vanessa yang sangat menyesal keluar dari mulutnya.
"Ngebut?" Tanya Mas kaget, dia juga berhenti merapikan rambut istrinya itu.
"En-enggak sih, standar." Vanessa sedikit gelagapan.
"Mas, maaf ya aku nggak pulang semalam, baru selesai operasi sejam yang lalu." Vanessa sangat merasa bersalah membiarkan Mas tidur dan mempersiapkan kebutuhannya sendiri.
"Nggak papa, sayang." Ucap Mas yang sudah selesai menyisir rambut Vanessa yang tadinya sangat berantakan.
"Harusnya aku yang ngurusin kamu, mempersiapkan kebutuhan kamu. Ini kenapa jadi kamu yang ngurusin aku, ya?" Tanya Vanessa ketika menyadari Mas sibuk menyisir rambut panjangnya.
"Istri Mas super sibuk dibandingkan Mas, sampai nggak ada waktu untuk ngurus rambutnya sendiri." Ucap Mas dengan lembut.
"Lagian, Mas pernah bilang, kan? Waktu Mas ngobatin tangan kamu, Mas yang akan ngurus kamu karena Mas bisa ngurus diri sendiri." Lanjut Mas.
"Iya, tetap aja aku sebagai istri punya kewajiban penuh untuk ngurus kamu. Nih, harusnya aku yang masangin printilan dan atribut di baju kamu." Vanessa menunjuk lencana, brevet, dan masih banyak lagi yang menempel di baju milik suaminya itu.
"Pengen banget ya masang ini?" Tanya Mas yang dijawab anggukan oleh Vanessa.
"Hal kecil yang seharusnya aku kerjain." Jawab Vanessa dengan pelan.
"Nih, kalau sekarang masangin baret Mas dulu nggak papa, kan?" Mas memberikan baret merahnya kepada Vanessa.
Dengan penuh antusias, Vanessa mengambil baret merah itu dan mendekati suaminya yang telah duduk di kursi meja makan. Posisi ini membuat tinggi badan mereka sejajar, sebab Vanessa, dengan postur tubuhnya yang hanya mencapai di bawah bahu Mas, harus berjinjit sedikit jika berdiri.
Mas tersenyum lembut, mengalungkan kedua tangannya di pinggang istrinya, sementara Vanessa dengan hati-hati memakaikan baret merah di kepala suaminya. Sentuhan lembut jemarinya di wajah Mas saat merapikan baret itu membuat momen terasa hangat dan intim, seolah dunia hanya milik mereka berdua untuk sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfic"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.