Perayaan kecil-kecilan terus berlanjut setelah Bapak resmi ditetapkan oleh KPU sebagai presiden terpilih periode 2024-2029. Perayaan ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari kenalan, teman seperjuangan, hingga orang-orang terdekat Bapak. Kali ini, TKN (Tim Kampanye Nasional) yang menjadi pusat perhatian, sebagai kelompok yang berada di garis terdepan dalam membela, memperjuangkan, dan melindungi Bapak serta Mas Gibran selama kontestasi pilpres kemarin. Dukungan dan loyalitas mereka menjadi bagian penting dari kesuksesan yang dirayakan hari ini.
Hari ini, Bapak dan Mas Gibran diundang ke acara buka bersama dengan TKN di daerah Kuningan. Menjelang sore, rombongan Bapak sudah bersiap-siap untuk berangkat, termasuk ketiga cucunya, Mas Didit, dan Mbak Yanti (Bundanya Vanessa). Para tim keamanan, staff ADC, dan sekpri juga turut serta dalam rombongan tersebut, memastikan semuanya berjalan lancar. Acara ini menjadi momen penting untuk mempererat hubungan dengan tim yang telah mendukung Bapak dan Mas Gibran selama pilpres.
Kecuali Vanessa, ia tidak ikut serta dalam acara buka bersama kali ini karena dia sedang mengikuti pembekalan koas. Beberapa hari ini, dia fokus mempersiapkan diri untuk menjadi dokter muda atau koas di RSCM. Selama satu setengah hingga dua tahun ke depan, Vanessa akan ditempatkan di rumah sakit tersebut, menjalani masa koas sebagai bagian dari pendidikannya menuju profesi dokter. Ini akan menjadi periode penting dalam kariernya, di mana dia akan memperoleh pengalaman klinis langsung.
"Vanessa gimana, Ted? Cucuku itu harus ikut juga." Ucap Bapak, kini mereka sudah keluar dari lingkungan Hambalang. Di dalam mobil itu, Mayor Teddy duduk disamping supir dan Bapak di belakang bersama Rizky, Jimmy, dan Frank.
"Vanessa masih ada pembekalan koas, Pak. Tapi saya tidak tahu selesainya kapan." Ucap Mayor Teddy dari depan.
"Coba kamu tanya pacar kamu itu, Ted. Masa kamu tidak tahu jadwal Vanessa. Kalian lagi berantem apa gimana? Biasanya kamu hafal sekali jadwalnya." Curiga Bapak.
Rizky pun juga ikut terheran, sesekali ia melirik Mayor Teddy yang tengah menoleh ke belakang, ke arah Bapak. Laki-laki itu juga tampak berpikir, kalau pun sedang berantem, itu kejadiannya sejak kapan?
"Ted? Kenapa diam? Berantem sama Vanessa?" Tanya Bapak memastikan lagi.
"Nggak, Pak. Baik-baik aja." Ucapnya berbohong.
"Yaudah kamu chat Vanessa, tanya selesai jam berapa nanti tinggal dijemput." Perintah Bapak, mau tidak mau Mayor Teddy harus mengirim Vanessa pesan setelah semalaman gadis itu mengabaikannya. Entah pesan ini akan diabaikan juga atau tidak, Mayor Teddy hanya berharap gadis itu bisa membalasnya di tengah kesibukannya itu. Jika tidak, Bapak pasti akan terus mencurigainya.
"Baik, Pak." Ucap Mayor Teddy. Laki-laki itu langsung mengambil ponsel dari kantongnya dan mengirim Vanessa beberapa pesan.
"Kemana dia, ya? Dari pagi nggak ngasih kabar. Sesibuk itu?" Gumam Mayor Teddy.
Semalam, Vanessa tidak membalas pesannya, namun ia tidak terlalu khawatir. Mayor Teddy berpikir bahwa gadis itu mungkin sibuk dengan persiapan pembekalan koasnya, dan ia mencoba memahami situasi tersebut. Meskipun permasalahan dalam hubungan mereka belum sepenuhnya selesai, Mayor Teddy tidak berpikir bahwa Vanessa sengaja mengabaikannya karena sedang berselisih paham. Sebaliknya, ia yakin bahwa Vanessa hanya fokus pada persiapan pentingnya, dan bukan karena ada niat buruk atau kesengajaan. Keyakinan ini membuat Mayor Teddy tetap tenang, meski hubungan mereka masih membutuhkan penyelesaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Untuk readers baru, supaya nggak bingung, lebih baik baca dulu "The Qonsequences" baru cerita...