Bapak tidak tahu kejadian tadi di Kemhan, bagaimana Vanessa bisa berada di Kemhan. Semua ADC, sekpri, dan ajudan diperintahkan Mayted untuk menutup mulut agar kelakuan Vanessa yang menyetir sendirian tadi tidak sampai ke telinga Bapak. Selama ini, Bapak tidak pernah keras kepada Vanessa, namun sebaliknya kepada dua cucu laki-lakinya itu. Ati pun pernah dimarahin oleh Bapak, tapi Vanessa hampir tidak pernah, walaupun pernah sesekali tapi masih bisa diterima. Sebisa mungkin Bapak mengalah dan tidak membuat Vanessa merasa dimarahin atau dibentak.
Semuanya dilakukan untuk menjaga Vanessa dari kejadian yang dulu dan traumatis yang masih menghantui dan menghinggapinya.
Hari ini semuanya pulang ke Kertanegara, karena besok Kampanye Akbar di GBK akan dilaksanakan. Semuanya pada ngumpul di Kertanegara, beberapa orang Bapak, koneksi Bapak, pendukung Bapak hingga keluarga besar Bapak dan Ibu juga ada disini semua, terkecuali Mas Didit dan Mbak Yanti yang baru sampai Indonesia besok pagi.
Empat pilar kehidupan Bapak Prabowo sama sekali tidak ada yang terlihat di acara tersebut. Sebenarnya bukan acara formal, tapi lebih ke acara keluarga dan mengundang orang terdekat saja. Ati, Habib, dan Bintang sebenarnya mau saja bergabung dan bercengkrama dengan semua tamu Kakeknya itu. Tapi masalahnya, Vanessa tidak mau. Moodnya sangat jelek hari ini, ditambah ia juga dimarahin oleh Mayted habis-habisan di Kemhan.
Vanessa tidak mau bertemu Mayted dimana pun, makanya ia memilih untuk diam di kamar walaupun ketiga sepupu kembarnya itu sudah berusaha membujuknya.
"Nes, ayolah. Nggak sopan kayak gini sama tamu Kakek, mereka pasti nanyain keberadaan kita juga!" Bintang sudah setengah kesal.
"Heh, jangan emosi anjir! Vanessa lagi dapet!" Ati mencubit Kakak kembarnya itu, Bintang ini memang paling tidak bisa sabar dengan sifat Vanessa yang terlalu dramatis.
"Kalian aja gue nggak mau, nggak usah dipaksa bisa nggak sih?" Vanessa kembali membalas dengan perasaan kesal.
"Besok-besok kalau mau pergi, ngomong sama gue, Nes. Gue temenin. Gue juga kaget bisa-bisanya lo nekat nyetir sendiri?!" Habib nggak habis pikir.
"Gue bisa habis kalo Kakek tahu gue biarin lo nyetir sendiri dan ngehalang Mas Frank untuk jagain lo." Sejujurnya Ati juga panik dan merasa bersalah, ia ketakutan jika ketahuan dan dimarahin Mayted, karena ini semua terjadi atas kendalinya juga.
"Lagian bloon banget jadi orang lo, udah tahu Vanessa dilarang sampai kapan pun, bisa-bisanya lo izinin? Gimana sih, Dek?" Bintang kalang-kabut kesalnya.
"Ya gue kasihan karena Vanessa kelihatan pengen banget nyetir lagi." Suara Ati mengecil.
"Udah cukup sekali ya, Nes. Gue nggak mau ada kedua kalinya, untung aja Pak Teddy perintahin semua staff dan ADC Kakek supaya hal ini jangan sampai ke telinga Kakek, bisa habis lo berdua." Ujar Habib sambil menunjuk ke arah Vanessa dan juga Ati. Sedangkan Vanessa hanya diam dan terus menunduk.
"Lo sebenernya ngehindarin Pak Teddy kan, Nes? Percuma, dia pasti nyariin lo walaupun lo marah sama beliau. Tahu sendiri gimana totalitasnya dan profesionalitasnya Pak Teddy selama ngejalanin tugas." Lanjut Ati.
"Udah ayo turun." Ati menarik tangan Vanessa agar ikutan berdiri.
"Besok pada ikut, ya?" Tanya Vanessa akhirnya ia membuka suara.
"Nes! Itu bukan sesuatu yang harus ditanyain." Oceh Ati.
"Iya kampanye terakhir Kakek, masa nggak ikut, Nes? Jangan jadiin Pak Teddy alasan lo nggak ikut ya, lo emang pantes dimarahin." Sewot Bintang.
"Bintang mulut lo gue kasih cabe terasi ya!" Ati sudah muak dengan kelakuan Kakaknya ini.
Akhirnya, ketiga sepupunya meninggalkannya, turun duluan karena mereka sudah lelah untuk membujuk Vanessa yang sulit sekali untuk diajak kerja sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.