110

3.3K 262 47
                                    

Hari ini, Vanessa harus izin praktik di rumah sakit karena menemani Mas kegiatan di markas besar. Mau tidak mau juga, Vanessa harus kembali memakai pakaian persit yang paling tidak pernah ia sukai karena Vanessa selalu menganggap itu seperti pakaian lumut dan tidak cocok dengannya. Apalagi karena ledekan Mas yang ketengilannya semakin melonjak ketika melihat Vanessa memakai pakaian persit. Setiap Vanessa giat sendirian atau ikut menemani Mas, laki laki itu selalu meledek dan menertawakan istrinya sendiri hingga Vanessa semakin kesal dibuatnya.

"STOP NGGAK KETAWAIN AKU?!" Hardik Vanessa setelah turun dari mobil, dengan sengaja perempuan itu menutupnya dengan sekuat tenaga hingga mengeluarkan bunyi yang cukup keras.

"Galak banget, kasihan itu pintu mobilnya." Mas masih tertawa kecil.

"Aku beneran ngambek kalo kamu masih ketawa." Vanessa cemberut kesal.

Saat itu juga Mas menarik istrinya ke pelukannya. "Nggak sayang, cantik kok. Kamu selalu cantik."

"Pembohong, dalam hati kamu pasti puas banget ketawain aku." Cibir Vanessa dipelukan Mas.

"Serba salah mulu." Mas mengetuk dahi Vanessa dengan lembut. Memperhatikan istrinya cukup lama dengan lekat. Mas sedikit merapikan anak rambut Vanessa yang sedikit keluar. Mas juga mengambil maskara yang sempat terjatuh di bawah mata istrinya dan membersihkannya.

"Ih kenapa sama wajah aku?" Tanya Vanessa ketika Mas membersihkan sedikit area bawah matanya.

"Nih, maskara kamu jatuh." Mas memberikan buktinya ke hadapan istrinya.

"Badai banget tuh dilihat lihat bulu matanya." Ucap Mas sambil tertawa.

"Mas, nggak capek ledekin aku terus?" Sindir Vanessa.

"Nggak sayang, seru lihat kamu ngomel." Ucap Mas dengan santai.

"Sinting juga." Gumam Vanessa.

"Aku udah rapi belum?" Tanya Vanessa lagi, Mas menjawab dengan anggukan.

"Ayok!" Mas menarik pergelangan tangan Vanessa dan membawa istrinya itu bergabung ke dalam markas besar. Sudah banyak anggota Militer suaminya yang sudah berkumpul, para ibu persit pun juga sudah banyak mendampingi para suaminya. Bahkan, ketika Mas dan Vanessa tadi tengah berduaan setelah turun dari mobil, banyak yang memperhatikan keromantisan komandan Grup-1 Kopassus itu dengan istrinya karena dari dulu keluarga Mas dan Vanessa memang selalu menjadi panutan mereka.

Vanessa memang sedikit gugup, karena sejujurnya ia pun memang jarang ikut giat karena kesibukannya sebagai dokter dan kepala departemen. Banyak sekali rentetan operasi yang membutuhkannya sehingga jika ada giat di Batalyon atau ada acara seperti di markas besar ini, Vanessa selalu absen dan meminta izin karena ini mempertaruhkan nyawa manusia. Vanessa tidak akan pernah mau mengambil resiko.

Mas merasakan ketakutan Vanessa, beberapa kali istrinya itu mengenggam tangannya dengan erat karena mereka memang menjadi pusat perhatian oleh ratusan orang di dalam. Tak jarang banyak yang memuji Vanessa, sekalinya datang ke acara giat, aura dan pesonanya menghipnotis siapapun yang ada disana, bukan para istri prajurit saja, bahkan prajurit yang menjadi bawahan Mas pun ikut terkagum dengan istri komandan mereka itu.

Kisah cinta Mas dan Vanessa sudah tersebar luas di kalangan Militer mengingat Mas berhasil memperjuangkan dan meluluhkan hati cucu Presiden Indonesia ke-8 dulu, dimana pada saat itu siapa saja dan dari kalangan manapun berusaha mencuri hati Vanessa.

"Kamu gabung gih sama mereka." Mas memberi kode kepada Vanessa untuk segera bergabung dengan sekumpulan ibu persit yang terus memperhatikan Vanessa.

"Takut." Bisik Vanessa dengan raut wajah kakunya.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang