Malam itu, amarah Vanessa sudah di atas ubun-ubun. Kali ini ia akan melepaskan rasa benci dan kesalnya kepada suaminya itu. Sepertinya, ia tidak peduli jika anak-anaknya akan melihat mereka bertengmar nanti. Di rumah sakit tadi ketika ia baru saja keluar dari ruang operasi setelah tiga belas jam di dalam sana, jantungnya hampir copot. Bukan, lebih tepatnya sepertinya ia nyaris mati ketika mendengar Kaivan hampir hilang karena tidak kunjung di jemput oleh Mas sepulang sekolah.
Anak laki-laki kelas satu SD itu yang tidak tahu apa-apa keluar dari gerbang sekolahnya dan berjalan entah kemana. Untung saja, saat itu ada orang tua temannya yang menyadarinya, dan akhirnya Kaivan dibawa kembali ke halaman sekolah dan membantu menunggu Kai hingga dijemput. Dan itu pun oleh Vanessa yang saat itu juga seharusnya ia tengah menangani pasien rawat jalan. Mendengar kecerobohan Mas itu, Vanessa begitu sangat geram.
"Bunda, jangan marah-marah sama Papa." Ucap Rafa yang menyadari Bundanya itu sudah menahan marah setengah mati. Bundanya itu sudah tiga jam menunggu Papanya pulang, berjalan mondar-mandir di depan pintu karena jika Mas sudah berdiri di hadapannya, ia akan menampar Mas berkali-kali, kalau bisa suaminya itu hingga tersungkur tak berdaya.
"Rafa.. adik kamu nyaris hilang. Gimana Bunda nggak marah sama Papa kamu? Setiap hari Papa yang jemput adik kamu dan bisa-bisanya lupa?" Sahut Vanessa sesabar mungkin.
"Papa lagi sibuk atau ada masalah mungkin, Bun." Sahut Naira yang mengelus punggung tangan Vanessa.
"Bukan alasan, sayang." Kata Vanessa dengan dingin.
Ketika suara mobil terdengar masuk ke indra pendengarannya, Vanessa langsung beranjak berdiri, sedangkan kedua anaknya, Rafa dan Naira sudah ketakutan.
"Raf, gimana ini? Takut deh Bunda beneran marah besar." Bisik Naira dengan gugup.
"Lagian, Papa juga kenapa bisa-bisanya lupa?" Sahut Rafa bingung.
"Tapi, pasti marah nggak, sih? Bayangin deh pasti Bunda capek banget setelah kerja semalaman terus dengar berita itu, gimana nggak marah?" Lanjut Naira.
"Nai, siap-siap aja kita lihat Papa sama Bunda diem-dieman lagi. Padahal, terakhir juga karena Papa lagi tuh yang kabarnya mau ditarik lagi jadi ajudan presiden." Ujar Rafa.
"Ih, serem banget lihat Bunda galak. Papa sampai diam tak berkutik." Tawa Naira.
Detak jantung Rafa dan Naira berdetak tidak normal. Ketika Papanya membuka pintu rumah, Bundanya langsung menatap Papanya tajam penuh amarah. Papanya pasti tahu jika istrinya itu akan marah besar, karena Naira yang mengirimnya pesan, memperingati kemarahan Bunda, dan memberi tahu kesalahannya.
"Please, sayang, jangan marah." Mas langsung memeluk Vanessa ketika pintu rumah itu ia buka dan memperlihatkan sosok istrinya yang sudah siap sedia membantainya.
"Otak kamu dimana bisa-bisanya lupa jemput anak kamu, Mas?" Ucapan Vanessa sangat menusuknya.
"Kalau kenapa-napa, gimana?! Kalau diculik, gimana?! Kamu mikir sampai sana, nggak?!" Hardik Vanessa, ia melepas paksa pelukan Mas. Tidak peduli melihat raut wajah suaminya yang sudah sangat lelah dengan pakaian dinas hariannya itu.
"Iya, sayang, Mas salah. Mas emang salah." Ucap Mas dengan pelan sambil menunduk.
Rafa dan Naira bersembunyi di balik kamar Rafa, karena kebetulan memang dekat dengan ruang keluarga. Mereka ikut menguping, antara ingin ketawa melihat Papanya dimarahi atau ketakutan melihat Bundanya yang sudah sangat marah besar.
"Pesan aku nggak dibalas, telfon nggak diangkat. Habis ngapain? Kerjaan kamu ngapain sampai bisa lupa? Tahu nggak aku pontang-panting jemput Kai yang jaraknya jauh dari rumah sakit aku dan aku masih pake baju operasi yang masih bersimbah darah?! Aku telfon kamu berkali-kali, bahkan sampai ke ruangan kerja kamu di Mabes aku telfon tapi tetap nggak diangkat!" Sepertinya tidak ada yang bisa meredakan amarah Vanessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Untuk readers baru, supaya nggak bingung, lebih baik baca dulu "The Qonsequences" baru cerita...