"Sayang, lagi sibuk?" Tanya Mas mengintip ruang kerja istrinya. Sedari pulang dari rumah sakit tadi, Mas memperhatikan Vanessa berkutat dengan rekam medis pasiennya yang operasinya sudah beberapa kali ini harus ditunda karena kondisinya yang terus menurun. Mas yakin jika istrinya itu sedang pusing dan sedikit tertekan.
"Lagi baca rekap medis pasien, Mas. Kenapa?" Tanya Vanessa yang melihat suaminya itu tengah memperhatikannya. Tadinya ia begitu serius membaca dan menganalisis rekap medis tersebut hingga Vanessa lupa dengan waktu.
"Tidur yuk?" Ajak Mas, mengingat waktu sudah hampir tengah malam.
"Mas juga mau bahas sesuatu sama kamu." Lanjutnya lagi.
"Ayok, kamu mau bahas apa? Mau disini atau di kamar?" Vanessa memberikan pilihan.
"Kamu udah selesai?" Tanya Mas yang kini duduk didepan istrinya. Jarak mereka hanya terpisahkan oleh meja kerja Vanessa.
"Belum semua, tapi besok aku mau baca dan observasi lagi." Vanessa menutup rekap medis dan mematikan macbooknya.
"Atau besok pagi aja ya Mas bahas? Kamu udah capek banget." Melihat wajah Vanessa yang sudah kusut dan kurang tidur itu membuat Mas tidak tega.
"Nggak papa, sekarang aja Mas." Tolak Vanessa.
"Disini aja kali ya." Ucap Mas sedikit mempertimbangkan.
"Ada masalah, Mas?" Tanya Vanessa memastikan karena ia sedikit curiga.
"Nggak ada masalah." Mas menggeleng.
"Terus?" Vanessa mengernyit bingung.
Tapi justru Mas yang ditanya oleh istrinya, kini hanya memandang wajah Vanessa tanpa berkata apapun.
"Mas, malah bengong." Vanessa menyadarkan Mas.
"Lagian kenapa cantik banget?" Ucap Mas dengan tawanya.
"Apa sih Mas?" Vanessa juga ikut tertawa. Ia membenarkan cepol rambutnya yang sudah mulai berantakan.
"Jadi kenapa? Ada apa? Aku nungguin nih." Vanessa mendesak suaminya.
"Mas pindah tugas." Ucapnya, sesaat Vanessa mengerjapkan kedua matanya.
"Kemana, Mas?" Tanya Vanessa, hal yang selalu membuat Vanessa deg-degkan adalah ketika Mas memberitahu dirinya jika waktunya ia harus pindah tugas.
"Di Serang, Banten. Nggak jauh sih. Mas masih bisa bolak-balik juga." Sahut Mas, walaupun lumayan jauh dari rumah, tapi Vanessa masih bisa bernapas lega karena masih bisa ditempuh walaupun memakan beberapa jam di jalan.
"Kamu ditempatin dimananya?" Tanya Vanessa lagi.
"Mas jadi Komandan Grup-1 Kopassus, besok Mas dilantik disana. Kamu bisa temenin Mas nggak?" Tanya Mas harap-harap cemas karena takut jika Vanessa tidak bisa. Walaupun sebenernya tidak ada pengaruh besar jika istrinya datang atau tidak.
"Kayaknya posisi kamu makin lama makin beresiko nggak sih, Mas? Aku pernah denger dari Kakek dulu tentang grup itu, katanya grup itu melakukan banyak tugas operasi yang mengandung resiko." Sahut Vanessa sedikit resah.
"Iya, emang gitu." Sahut Mas santai.
"Santai banget please?! Aku yang dengernya aja panik." Oceh Vanessa, melihat betapa panik istrinya itu, Mas justru hanya tertawa.
"Ya kamu mau Mas kayak gimana reaksinya, sayang?" Mas masih saja tertawa.
"Ya Sedih gitu lah karena bakal makin sering ninggalin aku sama anak-anak." Vanessa menggerutu.
"Udah dibilang tadi, Mas masih bisa bolak-balik." Mas mencubit pipi istrinya gemas.
"Tapi emang nggak bisa pulang setiap hari kayak biasanya." Lanjut Mas yang berhasil membuat Vanessa cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.