Mayted bergegas mengganti pakaian dinasnya menjadi lebih santai, ia hanya menggunakan kaos hitam dan celana pendek selutut berwarna coklat. Mayted bergegas melajukan mobilnya menuju tempat yang diberi tahu oleh Deril. Benar saja dugaannya, Vanessa menginjakkan kakinya di club/bar di daerah Kemang. Lebih tepatnya adalah HW Tiger Club Kemang.
Selama perjalanan, pikiran Mayor Teddy sangat kacau. Apalagi perjalanan dari Kemhan ke Kemang itu cukup jauh. Ditambah waktu jam pulang kantor, ia hanya bisa bersabar sembari terus menelfon Vanessa yang tidak mengangkat telfonnya sama sekali.
"Dia ini sengaja tidak mau angkat telfon saya atau memang lagi party, sih?" Mayted mengomel sendiri, hampir sepuluh kali ia menelfon Vanessa dan tidak ada yang diangkat satu pun oleh gadis itu.
Ia hanya tidak ingin Vanessa disentuh sama siapapun, bahkan sesama temannya sendiri. Ditambah gadis itu jika sudah mabuk, ia seperti memiliki kepribadian ganda.
Selain takut dengan keadaan Vanessa, ia juga mengkhawatirkan keadaan Bapak. Mati sudah jika ada yang menyadari keberadaannya apalagi yang mengekspos Vanessa ke sosial media. Pasti semakin pusing Mayted mengurus itu semua, belum lagi media yang akan heboh dan mencari tahu kebenarannya.
Walaupun Bapak tidak masalah, tapi tetap saja bagi Mayor Teddy itu sangat riskan walaupun pilpres sudah berakhir.
Menempuh perjalanan satu jam lebih, Mayted sampai di parkiran club tersebut. Sesegera mungkin mencari keberadaan cucu Bapak itu. Sungguh, ia tidak melarang Vanessa masuk ke dunia seperti ini, bahkan Bapak pun tidak melarang juga. Hanya saja, ia khawatir jika ada hal aneh yang terjadi, apalagi dunia seperti ini tidak memiliki aturan. Anak Gen Z sudah terlampau bebas.
Mayted masuk dengan segera, menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari pasukan yang paling ramai di club ini. Situasinya sangat ramai dan berisik hingga Mayted harus berusaha lebih untuk menemukannya. Setelah mengelilingi dan naik turun tangga club ini, Mayted menemukan Vanessa yang sedang tertawa terbahak-bahak dan situasi heboh dengan obrolan yang sepertinya memang seru bersama teman-temannya. Mayted bisa bernapas lega karena sepertinya Vanessa tidak membeli minuman yang ber-alkohol.
Itu saja Mayted sudah lega, lebih baik ia memantau Vanessa dari jauh. Membiarkan Vanessa menghabiskan waktunya hari ini bersama teman-temannya, ia tahu betul perjuangan dan pengorbanan dalam skripsi seperti apa. Memang ada kalanya hal seperti ini dirayakan di tempat seperti yang ini, tergantung diri sendiri untuk mengontrolnya.
Sepertinya, Vanessa mengganti pakaiannya, mungkin memang dibawanya dari rumah. Karena seingatnya, Vanessa tidak memakai pakaian seperti itu ketika berangkat ke kampus dan tidak mungkin juga gadis itu memakai yang tidak sesuai di kampus. Walaupun Vanessa sepertinya nyaman dengan pakaiannya, di dalam benak Mayted, ia cukup terkejut, bocil itu memang sudah dewasa.
Mayted sedikit jauh dari jangkauan Vanessa, walaupun jauh ia tetap bisa memperhatikan Vanessa dari sini. Ketika melihat Vanessa tertawa bahagia, Mayted teringat perkataan Bapak tadi. Vanessa sudah terlalu banyak merasakan sedih, sudah waktunya Vanessa bahagia dalam segala hal. Melihat gadis itu tertawa tanpa beban, Mayted bersyukur kalau bocil itu sudah bisa perlahan-lahan untuk bangkit. Melupakan rasa sakit yang amat menyakitkan di masa lalu dan meninggalkan itu semua sebagai sebatas masa lalu yang pernah hadir dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.