78

4.1K 307 27
                                    

Mas sedang sibuk mengurus kedua anaknya, Naira dan Rafa, yang memiliki sifat bertolak belakang. Naira, si kecil yang begitu aktif, tidak pernah bisa diam, selalu saja ada hal yang menarik perhatiannya. Di sisi lain, Rafa, si penurut, dengan tenang mengikuti arahan Mas tanpa banyak protes. Meski menghadapi dua kepribadian yang berbeda, Mas tetap sabar mengurus kedua anak kembarnya, memastikan semuanya berjalan lancar.

Hari ini, Mas harus menangani semuanya sendirian karena ada rencana penting, menjemput istrinya, yang baru saja selesai bekerja. Ia ingin mengajak Vanessa makan malam bersama anak-anak, sebagai bentuk permintaan maaf atas kesalahannya kemarin. Dengan segala kesibukannya, Mas tetap berusaha agar momen ini menjadi spesial untuk keluarganya, menunjukkan betapa ia ingin memperbaiki hubungan dan membahagiakan mereka.

"Papa Papa Papa!!" Oceh anak gadisnya yang tidak bisa diam sedari tadi, begitu berbinar melihat Papanya. Mas sedikit kesusahan memakaikan baju kepada anak gadisnya itu.

"Sebentar, sayang. Pake baju dulu. Mau ketemu Bunda, kan?" Tanya Mas kepada Naira.

"MAU!!" Teriak Naira dengan suara yang melengking dengan tubuh yang sedikit berputar. Sukses membuat Mas semakin kesulitan.

"Angkat tangannya, biar Papa bisa masukin baju kamu." Ucap Mas, namun siapa sangka Naira justru kabur dan mengejar Jojo.

Kucing dengan ras Himalaya itu justru ikutan lari karena Naira selalu mengejar dan menyiksanya. Naira yang memeluk Jojo terlalu erat, menyeret Jojo, bahkan Jojo pernah ditarik ekornya kuat-kuat oleh Naira. Kucing Himalaya itu sudah terlalu trauma berdekatan dengan Naira sehingga selalu kabur jika berada di dekat Naira.

"Ya ampun.. malah lari." Mas menghela napasnya. Hampir satu jam ia mengurus Naira. Mulai dari membangunkannya, menyuapinya makan karena anaknya itu sudah merengek kelaparan, dan memandikan Naira yang sulit sekali diurus. Bahkan, baju Mas menjadi basah karena Naira selalu bermain dengan air dan tidak bisa diam. Selain itu, shower yang sengaja Mas kecilin airnya, justru Naira memperbesar volume airnya. Mas yang tidak tahu itu terjadi, mau tidak mau harus kebasahan.

"Papa, susah!!" Teriak Rafa, anak laki-lakinya itu seperti kesusahan memasang baju yang sudah disediakan Mas tadi.

Mas tersenyum lembut saat memperhatikan Rafa. Anak laki-lakinya itu selalu berusaha mandiri, melakukan segala sesuatunya sendiri meskipun masih membutuhkan bantuan. Kali ini, Rafa mencoba mandi dan membersihkan dirinya perlahan, langkah demi langkah, tanpa banyak meminta pertolongan. Usahanya yang pantang menyerah itu menyentuh hati Mas, membuatnya merasa bangga sekaligus terharu. Meski begitu, Mas tetap harus turun tangan untuk memastikan semuanya selesai dengan baik, membantu Rafa menyelesaikan tugas kecilnya.

Berbeda dengan Rafa, Naira memiliki energi yang melimpah dan sulit untuk fokus. Saat Rafa sibuk berusaha sendiri, Naira justru sibuk berlarian ke sana kemari, lebih banyak bermain daripada bersiap-siap. Mas hanya bisa menghela napas dan tertawa kecil menghadapi dua kepribadian anak-anaknya yang begitu berbeda. Namun, baginya, momen-momen seperti ini adalah pengingat betapa berharganya waktu yang ia habiskan bersama mereka.

"Sini, sayang. Papa bantu." Rafa berlari kecil ke Papanya. Mas membantu memasukkan tangan mungil itu ke lengan bajunya. Setelahnya, Rafa tertawa dan tersenyum manis.

"Pinter banget, sayang." Puji Mas.

"Makasih, Papa!" Ucap Rafa yang memeluk leher Mas yang tengah berjongkok di depannya.

"Makin besar, struktur wajah kamu mirip Papa banget." Mas menggigit pelan pipi Rafa karena anak laki-lakinya itu kelewatan menggemaskan.

"Papa ganteng." Puji anaknya dengan tiba-tiba.

"Iya dong, sini cium pipi Papa dulu." Pinta Mas. Saat itu juga Rafa mencium pipi Mas berkali-kali.

"Udah laper, belum? Rafa mau makan dulu, nggak?" Tanya Mas kepada anak pertamanya itu.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang