"Mas, aku mau nanya deh. Tapi kamu jangan marah." Pinta Vanessa, kini mereka bersiap siap untuk tidur sebelum besok akan dikejutkan dengan banyaknya pekerjaan.
"Kenapa sayangku?" Tanya Mas yang langsung bergabung diatas ranjang.
"Tapi jangan marah loh ya, aku pure nanya aja ini." Vanessa sudah mengingatkannya.
"Iya, apa?" Tanya Mas lagi.
"What if kalau aku selingkuh, Mas? Terus kamu bakal gimana?" Jangan tanya perasaan Mas yang campur aduk mendapat pertanyaan dari istrinya.
"Pertanyaan kamu sensitif banget ya." Mas tertawa kaku. Tak pernah sekalipun ia harus menjawab pertanyaan yang tidak pernah ia pikirkan sekalipun.
"Kamu kalau tahu aku seperti itu, langsung marah nggak?" Tanya Vanessa, ia memeluk guling dengan pandangan tetap kepada suaminya itu.
"Nggak marah."
"Loh kok gitu?" Vanessa mengernyit bingung.
"Kalo misalnya kamu selingkuh, berarti ada sesuatu. Ada yang salah sama Mas. Harusnya Mas yang marah ke diri sendiri." Ucap Mas.
"Mas pasti bertanya-tanya ke diri sendiri kurang Mas apa sampai kamu setega itu semisal kamu nyakitin Mas padahal Mas merasa nggak pernah bikin kamu merasa kurang." Lanjut Mas.
"Hal apa yang kamu lakukan saat tahu aku selingkuh?"
Mas seperti berpikir sesaat, seakan akan sedang memikirkan serangkaian jawaban agar jawabannya tidak menyakiti istrinya atau membuat Vanessa akan menjadi salah paham.
"Nyalahin diri sendiri." Jawaban Mas justru membuat Vanessa terdiam. Tak menyangka dibanding Mas akan memarahinya atau memaki-makinya, justru Mas menyalahkan dirinya sendiri.
"Mas nggak akan bertanya alasan kamu seperti itu karena menurut Mas perbuatan selingkuh itu dilakukan secara sadar dan memang kemauan dari manusia itu sendiri. Tapi bukan berarti Mas nggak kecewa. Jelas akan kecewa berat karena itu akan berdampak ke rumah tangga kita dan anak-anak juga."
"Tapi, kalau memang dasarnya kamu udah nggak cinta sama Mas, Mas harus apa?"
"Bertahan dalam rumah tangga disaat hanya salah satu yang masih cinta, untuk apa? Kalau Mas, secinta mati apapun sama kamu, kalau semisal kamu seperti itu, Mas langsung mundur."
"Karena posisi Mas udah nggak ada artinya di hati kamu kan? Karena kalau kamu masih sayang dan cinta sama Mas, kamu nggak mungkin nyakitin Mas seolah Mas tidak ada di hati kamu."
"Kamu bakal maafin aku dan ngasih kesempatan nggak?" Tanya Vanessa.
"Maafin, karena dihidup Mas cuma kamu yang Mas cinta. Tapi kalau untuk kesempatan, Mas nggak akan kasih. Pengkhianatan tertinggi itu perselingkuhan, sayang. Bukan hanya berkhianat ke suami, tapi ke Tuhan, agama, dan anak-anak. Pertanggung jawabannya berat tapi terkadang manusia nggak pernah berpikir perbuatannya itu akan mengaktifkan sistem tabur tuai." Jelas Mas menurut pendapatnya.
"Kalau gitu, berarti kamu benci banget sama aku ya?"
"Mana mungkin Mas benci kamu, masa Mas harus benci sama Ibu dari anak-anak Mas?" Mas membalikkan pertanyaan istrinya.
"Tapi kan aku udah nyakitin kamu?" Sahut Vanessa.
"Hidup dengan rasa benci dan dendam itu nggak ada rasa nikmatnya, Mas pasti akan dihantui rasa sakit hati dan itu akan semakin membuat Mas makin cinta sama kamu."
"Kenapa?"
"Karena artinya Mas nggak bisa lupain kamu. Mas nggak terima kamu seperti itu padahal Mas mencintai kamu sehebat itu, segenap hati Mas, bahkan Mas mempertaruhkan apapun untuk itu. Artinya juga, Mas masih cinta sama kamu padahal kamu udah nyakitin Mas sebegitu teganya. Mas harus berdamai dong? Mas harus berdamai dengan segala hal yang bikin Mas sakit supaya ketika Mas lihat kamu, Mas sudah biasa-biasa saja dan selalu menganggap kamu hanya sebatas Ibu dari anak-anak Mas." Mas dengan suara khas beratnya itu mengelus dahi Vanessa yang kini tengah menempelkan dagunya diatas dada Mas.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.