115

4.3K 291 43
                                    

Setiap detik dalam hidup adalah perjalanan dan setiap perjalanan adalah sebuah pelajaran. Semua manusia pernah salah langkah, pernah salah ambil keputusan, pernah salah merespon keadaan karena itulah makna hidup. Hidup yang mengajarkan kita berproses, hidup yang mengajarkan kita untuk jatuh, bangun, jatuh lagi, dan kembali bangkit. Pelajaran hidup didapat dari kekeliruan atau kesalahan yang kita buat. Biar lah semua berjalan apa adanya dengan semestinya dan berakhir dengan yang seharusnya.

Setiap manusia belajar untuk mensyukuri hal-hal kecil, apapun yang sudah diusahakan, jangan biarkan kata andai saja, kalau saja, coba saja, menghantui pikiran manusia. Tapi nikmati, dan bersyukur menjadi poin penting daripada harus membandingkan dalam kehidupan.

Perjalanan paling jauh yang ditempuh setiap manusia bukan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, melainkan perjalanan dari pikiran ke hatinya sendiri. Perjalanan dalam rangka meruntuhkan ego, merendahkan hati, menjadi ikhlas, bersabar, dan bertakwa karena setiap perjalanan hidup manusia membutuhkan iman yang kuat.

Setelah banyaknya perjalanan dan kejadian yang banyak dilewati oleh keluarga kecil itu, tak terasa semua itu sudah terjadi satu tahun hingga dua tahun yang lalu. Tak terasa juga anak kembar mereka akhirnya sudah lulus SMP setelah melewati tiga tahun dengan pencapaiannya masing-masing. Rafa dan Naira yang memutuskan untuk berpisah kali ini sudah dipikir berkali-kali juga oleh Naira yang awalnya ditawarkan oleh Mas untuk ikut Rafa sekolah di SMA Taruna Nusantara.

Namun, anak gadisnya itu tetap berada di pendiriannya untuk tidak ikut Rafa kali ini. Ia akan belajar mandiri sesuai keinginan Rafa yang kini tingginya sudah hampir setara dengan Mas. Tak ingin munafik juga jika Rafa memang memiliki visual yang memukau.

Naira dan Rafa yang tak lama lagi akan duduk di sekolah menengah atas, begitu juga dengan Kai yang kini sudah duduk di kelas 6 SD. Tak terasa setahun dari sekarang akan berganti dengan cepat, tak bisa dipungkiri juga ketiga anak Mas dan Vanessa sudah tumbuh menjadi anak remaja yang akan memulai petualangan hidupnya.

Tak hanya prestasi anaknya saja yang memukau, Mas beberapa bulan yang lalu juga berhasil naik pangkat menjadi Brigjen. Pencapaiannya yang tidak jauh lagi menuju Jenderal sudah hampir di depan mata. Sedangkan Vanessa, istri terbaiknya itu masih tetap menjadi kepala departemen yang terus mendapatkan prestasi setiap tahunnya. Dalam satu tahun itu, keluarga sang Brigjen tersebut memiliki prestasi masing-masing yang saling membanggakan.

"AH! PLEASE YA ALLAH TOLONG LULUSIN HAMBAMU INI!"

Disini lah mereka berada, di ruang tengah keluarga untuk berkumpul menantikan pengumuman Naira akan diterima di SMA mana. Mas dan Vanessa juga ikut deg-degkan menantikan hasilnya, menantikan hasil perjuangan anak gadisnya yang sudah ia lewati.

"Lulus itu percaya aja." Ucap Rafa dengan santai.

"Pasti lulus sih, nanti Kakak circle-nya seleb atau artis semua kalau di SMA sana." Ucap Kai sambil memakan kerupuk.

"Tahu dari mana?" Tanya Naira.

"Teman aku, Kakaknya di SMA 6. Isinya artis dan selebgram semua." Sahut Kai.

"Udah ketahuan ngikutin jejak siapa." Ucap Mas sesekali melirik Vanessa yang kini tengah meminum jus alpukat dengan santainya.

"AH TAKUT BANGET GILA!" Naira masih belum berani mengecek penerimaan kelulusannya.

"Pa, kalau nggak dapat di 6 gimana?" Tanya Naira kepada Mas yang menoleh ke belakang dengan khawatir.

"Yaudah masuk SMA Taruna aja, atau SMA Al-Azhar aja sekalian biar kamu tobat." Kata Mas dengan santainya.

"Tobat apaan?" Tanya Naira.

"Kelakuan kamu yang aneh dan di luar prediksi itu." Cibir Mas yang duduk di atas sofa putih bersama Vanessa sambil mengemil kacang untuk menunggu hasil kelulusan anaknya. Sedangkan Naira, Rafa, dan Kai ada di bawah. Duduk di atas karpet.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang