"Jangan bertengkar sama Kak Naira ya, Adek." Vanessa mengecup kedua pipi Kai yang kini tengah mengemil biskuit kesukaannya sembari nonton kartun.
"Abang jaga adik adiknya sama Papa ya." Vanessa mengecup singkat pipi Rafa.
"Iya Bunda, hati hati di jalan ya." Ucap Rafa dengan senyum manisnya, walaupun ia masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
Sedangkan Kai hanya mengangguk tanpa menoleh kepada Vanessa. Ibu tiga anak itu tertawa kecil dan mengelus puncak kepalanya.
"Kamu pulang jam berapa, sayang?" Tanya Mas yang tengah turun dari lantai dua.
"9 malam kayaknya, Mas. Nanti aku kabarin lagi ya." Vanessa menyalami Mas, mencium kedua pipinya sebelum pergi ke rumah sakit.
"Naira belum bangun ya?" Tanya Vanessa, sepertinya Mas ke lantai dua mengecek anak gadisnya sudah bangun atau belum.
"Belum, masih molor." Sahut Mas kepada istrinya.
"Mas anterin ya." Ucap Mas yang sudah siap mengambil kunci mobil.
"Eh nggak usah, aku bawa mobil aja." Tolak Vanessa.
"Beneran nggak mau dianterin?" Tanya Mas lagi memastikan.
"Nggak usah, kamu jaga anak-anak aja ya. Aku minta maaf Weekend gini aku malah kerja. Seharusnya aku luangin waktu aku untuk kamu dan anak anak." Ucap Vanessa dengan rasa bersalahnya.
"Nggak papa, ibu peri sayang. Kamu juga mendadak ada pasien yang harus ditangani, ini diluar kendali kamu. Nanti kalau pengen dijemput, kabarin Mas aja ya. Biarin aja mobil kamu ditinggal di rumah sakit kalau kamu nggak sanggup bawanya pas pulang." Mas menyuapi sarapan yang ia buat hari ini khusus untuk Vanessa.
Tadi setelah Sholat Subuh, Vanessa tiba tiba panik setelah mendapat telfon dari rumah sakit. Istrinya itu kalang kabut dan segera mungkin bersiap siap. Saat itu juga Mas sadar jika istrinya ada panggilan mendadak dari rumah sakitnya. Mas langsung mempersiapkan sarapan seadanya untuk istrinya, karena Mas tahu jika Vanessa ada panggilan mendadak seperti ini, Vanessa akan lupa sarapan.
Karena bahan bahan dan persediaan mulai habis di dapur, Mas hanya bisa membuatkan Vanessa oatmel quaker dengan susu.
"Udah? Atau mau dihabisin?" Tanya Mas melihat Vanessa buru buru sekali menelan makanannya. Istrinya itu bahkan tidak bisa duduk karena sudah terus ditelfon karena ada pasien yang membutuhkannya.
"Udah sayang, makasih ya. Aku berangkat dulu." Ucap Vanessa setelah suapan terakhirnya ia mengecup lagi pipi Mas yang kedua tangannya sibuk memegang sendok dan mangkok. Padahal oatmel itu sedikit lagi habis. Akhirnya, Mas yang menghabiskan.
"Sayang, sebentar." Ucap Mas, ia menaruh mangkok berisi oatmel itu diatas meja, lalu ia mengambil tissue dan tumblrnya. Kebiasaan Vanessa jika sudah buru buru, ia akan lupa dengan barang barangnya.
"Kenapa, Mas?" Tanya Vanessa yang baru saja membuka pintu mobilnya.
"Belepotan, sebentar Mas bersihin." Mas mengelap sudut bibir Vanessa dengan telaten, istrinya itu jadi tertawa menyadari tingkah konyolnya.
"Nah, udah cantik. Ini tumblr kamu jangan lupa. Jangan sampai dehidrasi." Ucap Mas mengingatkan.
"Makasih my love hehe. Udah kan? Aman semua kan?" Tanya Vanessa.
Mas mengangguk. "Mas buka pagar sebentar ya."
"Oke, thank you sayang." Ucap Vanessa yang kini sudah masuk ke dalam mobil dan menghidupkannya.
Setelah Mas membuka pintu pagar, Vanessa langsung melaju meninggalkan halaman rumah mereka. Tak lupa membunyikan klakson sebelum benar benar hilang dari pandangan Mas.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.