Mas memarkirkan mobilnya sebentar di lobby rumah sakit sambil menunggu istrinya selesai. Dengan perasaan yang campur aduk, kali ini Mas menjemput Vanessa dengan sedikit rasa takut dan gugup. Rasanya seperti mereka pertama kali jalan bersama. Mas menunggu istrinya diluar sembari bersandar di pintu mobilnya. Terkadang Mas memainkan sepatunya, celingak celinguk melihat sekitar, melipat kedua tangannya didepan dada, atau Mas memainkan ponselnya.
Mas sungguh tidak tenang, entah karena apa padahal ia sudah sering menjemput Vanessa di rumah sakit. Padahal Mas juga sering mengunjungi istrinya jika ia memiliki banyak waktu.
Tadinya sebelum ingin menjemput Vanessa, Mas ingin potong rambut terlebih dahulu karena ia merasa rambutnya sudah cukup panjang. Tapi ia menundanya karena takut Vanessa akan menunggunya lama. Lebih baik Mas yang menunggunya daripada istrinya yang akan menunggunya.
Beberapa menit menunggu Vanessa selesai, Mas melihat istri tersayangnya itu turun dari tangga dengan tas dan pakaian operasi warna biru langit yang masih bertengger pada tubuhnya. Mas sedikit menahan senyum, melihat Vanessa acak-acakan yang belum mengganti baju saat pulang kerja adalah hal favorite baginya.
"Hehe Mas maaf lama ya nunggunya. Tadi ada rapat sebentar." Vanessa cengengesan. Mas hanya menjawab dengan senyuman dan mengambil tas istrinya dan meletakkannya di kursi belakang.
"Nggak papa daripada kamu yang nunggu, nanti makin capek." Mas memutar tubuh istrinya.
"Mas ngapain?"
"Rapiin rambut kamu." Mas mengambil sisir Vanessa yang selalu ada di mobilnya dan dengan telaten menyisir rambut Vanessa dan mengikatnya dengan rapi.
Vanessa tidak berkutik, ia hanya membiarkan Mas membenarkan rambutnya. Padahal sebenarnya Vanessa bisa saja membenarkannya sendiri.
"Gimana hari ini?" Tanya Mas setelah membenarkan rambut istrinya.
"Agak santai hari ini, cuma ada dua operasi itu pun nggak besar. Tadi juga cuma bantu bantu di igd setelah operasi karena ada kecelakaan beruntun di tol." Jelas Vanessa.
"Itu namanya nggak santai, sayang." Mas tertawa kecil.
"Oiya ya hahaha. Aku udah nggak tahu bedanya santai sama nggak, Mas. Soalnya setiap hari kayaknya hectic terus." Vanessa cengengesan.
"Mas, kamu kalau rambutnya udah panjang makin ganteng." Puji istrinya.
"Berarti kalau pendek nggak ganteng?" Tanya Mas menggodanya.
"Ya nggak gitu, ganteng juga. Tapi aku suka kalo agak panjang rambut kamu." Sahut Vanessa.
"Padahal tadinya Mas mau potong rambut sebelum jemput kamu, tapi karena ucapan kamu kayaknya Mas tunda dua minggu lagi deh potong rambutnya." Lanjut Mas.
"Lama banget." Tawa Vanessa.
"Ya nggak papa selagi kamu suka." Ucap Mas.
"Udah makan belum?" Tanya Mas.
Vanessa menggeleng dengan bibir manyunnya. "Laper banget Pak Komandan."
"Mau makan apa Ibu Persit?" Tanya Mas yang menyamakan tingginya dengan Vanessa dan mendekatkan wajahnya kepada istrinya. Saat itu Vanessa gugup dan jantungnya berdesir.
"Mau ke PIM aja cari makan? Mumpung masih jam 8." Ucap Mas yang dari tadi belum mendapat jawaban dari istrinya.
"Mas masa aku ke mall pake ginian?" Vanessa cemberut.
"Ada jaket di mobil, lagian tetap cantik kok." Vanessa blushing mendengar Mas yang tiba-tiba memujinya.
"Kenapa sayang?" Tanya Mas lagi melihat Vanessa hanya diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.