60

5.9K 311 44
                                    

"Nes lihat deh ini, tagar X dari dua minggu setelah lo dilamar Pak Teddy, nama lo dan nama beliau nggak turun-turun anjir!" Colek Ati yang turun tergesa-gesa dari kamarnya dan ikut menggabut di ruang tengah Hambalang.

"Udah gitu FYP Tiktok gue isinya video dan foto-foto lo sama Pak Teddy pas doi ngelamar lo. Anjir, Nes, cegil Pak Teddy langsung tantrum pas tahu itu, apalagi yang namanya si Nurma. Aduh, gue ketawa ngakak lihat kehaluan dia." Ati menunjukkan beberapa kolom komentar mengenai dirinya dan juga Mas.

Vanessa begitu jeli membaca komentar satu per satu. "Masih ada aja yang ngehujat gue."

"Iyalah, lo udah ngerebut idola mereka, hahaha. Tapi banyak juga loh, Nes, yang dukung lo banget. Banyak komentar baik daripada yang jahat. Tenang-tenang." Ati ikut menenangkannya.

Ati yang tadinya sibuk dengan rasa excited-nya itu menjadi terdiam melihat Vanessa dengan heran karena gadis itu lebih banyak diam, sepupunya itu terus menatap cincin lamaran yang diberikan Mas kepadanya dengan tatapan yang tidak bisa Ati tebak.

"Lo kenapa, sih?" Senggol Ati.

Vanessa menghela napas dengan kasar. "Heran gue, bisa-bisanya Kakek langsung tarik Mas jadi ajudannya, ingat nggak lo? Dua hari setelah gue dilamar, Mas langsung dilantik naik pangkat jadi Letkol terus besoknya langsung ditugaskan jadi ajudan Kakek. Dunia sebercanda itu sama gue."

"Ini kapan gue nikahnya?" Vanessa menghela napasnya.

"Sabar, Nes, ujian mau nikah emang banyak." Celetuk Ati.

"Sabar gimana? Lo lihat sendiri Kakek seminggu ini keliling ASEAN, kan? Nggak sekalian aja Kakek keliling semua benua, yang ada batal nikah gue tahun ini." Sarkas Vanessa.

"HAHAHA, lo tuh lucu ya, dulu takut banget nikah sama Pak Teddy, sekarang malah ngebet banget?" Ati menertawakan kerandoman sepupunya itu.

"Bukan ngebet gila! Semua perempuan butuh kepastian, lo nanti juga ngerasain." Sahut Vanessa mengambil remot TV dari tangan Ati yang hendak mengganti channel.

"Lo kapan ambil spesialis?" Tanya Ati penasaran.

Vanessa seperti berpikir. "Nggak tahu, harus ngomong sama Mas. Belum ada omongan soalnya, lagian gue nggak bakal buru-buru ambil spesialis juga sih kalau udah nikah. Setelah dilamar, gue nggak terlalu se-ambisi dulu."

"Yah.. sedih gue, Nes. Bakal pisah hidup dari lo. Nggak ada yang bisa jadi benteng gue dari kejahilan Habib dan Bintang. Gue bakal kena tumbal." Ati tiba-tiba memeluknya dengan sedih.

"Apaan anjir, gue pasti sering kesini juga, Mas itu ajudan Kakek. Gue nggak bakal sejauh itu dari lo, Atizanesya. Nggak usah lebay, ah!" Vanessa berusaha melepaskan dari pelukan sepupunya.

"Kita harus kerja di rumah sakit yang sama, ya?" Pinta Ati memelas.

"Iya, gue kayakmya mau di RSCM, udah kelewat nyaman. Semoga rejeki gue dan lo disana." Sahut Vanessa dengan yakin.

"Aamiin!" Balas Ati.

"Btw, Pak Teddy pasti makin over protective ke lo deh, Nes. Apalagi kalau lo kerja di RSCM. Dokter Rean tuh kayaknya obsesi banget sama lo. Dia spesialis jantung, kan? Lo juga mau ambil itu spesialis nanti. Nggak papa?" Ati cukup khawatir.

"Nggak papa, gue kalau udah nikah nanti dia mau macem-macem sama gue? Bisa di dor sama Mas apalagi Kakek." Vanessa berusaha menyikapinya dengan santai walaupun sebenarnya ia agak takut.

"Tapi, kalau orang udah obsesi, akal sehatnya udah hilang, Nes." Kata Ati.

"Mbak, nggak usah dibawa pusing, ya? Lagian gue internship bakal di RS Pondok Indah. Belum tentu gue kerja tetap di RSCM walaupun disana alumni FK UI udah numpuk kayak gunung." Vanessa berusaha menghilangkan kegelisahan sepupunya itu.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang