Vanessa membuka matanya perlahan, entah rasa lelah yang menghinggapi atau memang tidurnya yang sangat nyenyak hingga ia begitu malas untuk bangun. Ia sadar ada beberapa suara di luar sana, ia juga akhirnya terbangun karena hebohnya orang-orang di luar yang tidak ia ketahui sedang melakukan apa.
Satu hal yang Vanessa bingung adalah, dimana dirinya sekarang? Ia beranjak untuk duduk, celingak-celinguk memahami keadaannya saat ini. Seingatnya ia tidak mabuk, ia tidak aneh-aneh, tapi kenapa kamar ini sangat asing? Ini bukan kamar miliknya, tentu juga bukan kamar Habib dan Bintang karena jika diperhatikan lagi, ini kamar laki-laki.
Pakaiannya masih utuh, bahkan persis seperti pakaian yang ia pakai ketika ujian Osce kemarin. Tersadar dengan satu foto yang terpajang di lemari kamar itu, Vanessa langsung terkejut dan membelalakkan kedua matanya dengan sangat kaget.
"Bentar-bentar, masa iya gue di rumahnya Pak Teddy? kocak aja lo, Nes." Vanessa masih bisa-bisanya tertawa ketika nyawanya masih belum terkumpul sempurna.
"Ini memang rumah saya, yang kamu tidurin semalam itu kamar saya, Mbak Vanessa." Sosok yang tidak ia duga muncul di depan pintu dengan menyenderkan bahunya ke dinding dekat pintu, melipat kedua tangan di depan dadanya. Pakaiannya yang kelewat santai sukses membuat Vanessa kaget. Mayor Teddy dengan kaos Rangernya dan celana pendek selutut berwarna coklat.
"Hah? Kok bisa, Pak? Aku tidur disini? Sendirian kan?" Vanessa shock dan memicingkan kedua matanya penuh curiga.
"Semalam, pintu tol nggak bisa dilewatin, ada kecelakaan. Tadinya, saya mau anterin kamu ke Kertanegara tapi karena nggak ada siapa-siapa, saya bawa aja kamu ke rumah saya, dan satu lagi kamu itu tidur ditemani Mama saya! Jangan mikir yang aneh-aneh!" Ucap Mayted dengan sewotnya.
Vanessa menghela napas kesal. Entah lah, ia sangat kesal sekali kalo Mayted dengan nada tegas dan arogannya itu, ia merasa seperti dimarahi.
"Sini bangun, sarapan, kamu ditunggu Mama saya di meja makan. Kamu mau pulang jam berapa?" Sungguh Vanessa sangat kaget ketika Mayted menggendongnya turun dan membantunya berdiri. Ia merapikan kasur dan tempat tidur yang ditempati Vanessa semalam.
"Mama Pak Teddy nyiapin sarapan ya? Aku nggak enak pak hehehe nggak bantuin, malah bangun kesiangan." Vanessa cengengesan malu.
"Nggak papa, kamu dimana-mana memang princess mbak. Orang tua saya juga udah tau dari dulu. Kamu mau pulang jam berapa? Sekarang udah jam 11 siang, mau sore aja?" Tanya Mayted sekali lagi.
Vanessa tidak menghiraukan perkataan Mayted, justru ia menatap sosok laki-laki dihadapannya ini dengan tatapan heran.
Kok bisa ya dia seganteng ini kalo lagi nggak kerja? Mata gue kemana aja selama ini? Udah gitu anjirlah badan gue bau parfum dia yang sehari hari itu.
"Mbak Vanessa?! Dengerin saya?" Mayted menjentikkan jarinya di depan wajah Vanessa.
"Habis sarapan aja Pak, eh atau makan siang ya? Aku nggak enak sama keluarga Pak Teddy." Vanessa dengan dramatisnya berakting seperti merengek.
"Yaudah, nanti saya anterin ke Hambalang." Laki-laki itu meninggalkan kamarnya.
"Pak Teddy cuma nganterin doang?" Tanya Vanessa mengikuti Mayted ke ruang makan di rumahnya.
"Yaiyalah, mau ngapain lagi? Lagian ini weekend, saya juga punya waktu untuk sendiri, Mbak Vanessa." Ucapnya sambil menarik kursi meja makan agar Vanessa bisa langsung duduk.
"Gimana Osce kamu? Bisa?" Tanya Mayted, sembari mengambil nasi uduk buatan Mamanya tadi pagi dan memberikannya ke hadapan Vanessa yang sesekali masih menguap. Perempuan itu selayaknya diperlakukan seperti seorang princess.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.