"Lo kenapa?" Tanya Vanessa melihat Ati yang memegang perutnya seperti sedang menahan rasa sakit.
"Aduh, sakit banget perut gue, nyeri banget. Day 1 period." Keluh Ati yang perlahan-lahan ikut duduk di sebelahnya.
"Ya ngapain kesini? Tidur aja di kamar." Ucap Vanessa yang juga baru saja tiba di Kertanegara setelah melewati perjalanan macet dari Pondok Indah.
"Apaan sih lo sinis banget? Harusnya gue kali yang emosi." Sindir Ati dengan heran.
"Lo ngapain pulang kesini?" Sepertinya Ati baru sadar juga melihat keberadaan sepupunya ini yang justru ada di Kertanegara.
"Nggak tahu, males aja pulang kalau Mas belum pulang. Mau nunggu Mas aja biar bareng pulangnya." Jawab Vanessa sembari membuka jas dokternya.
"Anjirlah capek banget gue. Bisa-bisanya gue ada jaga malam terus ditambah lagi sampai tadi sore." Vanessa meletakkan punggung tangannya ke atas jidatnya. Menghela napasnya berkali-kali. Ati ikut mengelus pahanya untuk memberi support.
"Udah makan belum? Gue ambilin obat ya kalau nggak bisa ditahan lagi." Sahut Vanessa khawatir, ia melihat Ati yang sesekali merintih kesakitan.
Ati menggeleng pelan, memberi isyarat bahwa ia sendiri tidak punya jawaban atas situasi yang sedang berlangsung. Namun, sebelum ia sempat mengatakan apa pun, tiba-tiba Bintang dan Habib, kedua Kakak kembarnya, turun dari lantai atas secara bersamaan. Mereka berhenti sejenak di tengah langkah, terkejut melihat kehadiran Vanessa yang mendadak muncul tanpa pemberitahuan.
Bintang dan Habib saling bertukar pandang, kemudian kembali menatap Vanessa dengan ekspresi heran. Biasanya, Vanessa bukan tipe yang datang tiba-tiba tanpa memberitahu atau tanpa alasan yang jelas, apalagi di tengah kesibukannya setelah menjadi seorang istri. Wajah kedua Kakak kembar Ati seakan penuh pertanyaan yang tak terucapkan, mencoba memahami apa yang membuat Vanessa datang tanpa memberi tanda apa pun sebelumnya.
"Nih dek, kompres." Ucap Bintang yang memberi menstruheat kepada Adik kembarnya.
"Lo ngapain kesini?" Tanya Habib bingung.
"Salah banget emangnya gue pulang kesini?" Tanya Vanessa sinis.
"Apaan sih marah-marah? Gue cuma nanya?" Balas Habib dengan heran.
"Ya kenapa, sih? Emang nggak boleh gue pulang kesini?" Tanya Vanessa dengan sedikit emosi. Kenapa ketiga sepupu kembarnya harus menanyakan alasannya pulang ke Kertanegara?
"Ya gue nanya karena lo baru kali ini pulang kesini, biasanya kan ke rumah lo sama Pak Teddy." Balas Bintang kali ini.
"Lo kenapa? Baru nyampe udah marah-marah, lagi halangan? Atau capek kerja?" Tanya Bintang heran melihat tingkah laku Vanessa yang mendadak berubah dengan tiba-tiba.
"Aneh, nggak jelas lo, jarang-jarang ketemu kita, sekalinya ketemu malah disemprot. Harusnya peluk sekalian temu kangen dong. Nggak kangen lo sama kita bertiga?" Ledek Habib.
Sesaat, Vanessa tersadar dari lamunannya. Ia duduk tegak, mencoba merapikan diri sambil berpikir dengan serius. Ada perasaan yang tak biasa di dalam dirinya, seolah ada sesuatu yang tidak beres, tapi ia sendiri sulit untuk mengartikulasikannya. Ia merasa sedikit gelisah, namun tak tahu pasti apa penyebabnya.
Melihat perubahan itu, trio kembar, yaitu Bintang, Habib, dan Ati, hanya bisa menatapnya dengan ekspresi bingung. Mereka bertiga saling melirik, masing-masing bertanya-tanya dalam hati, apa yang sedang terjadi dengan Vanessa? Biasanya, sepupu mereka ini selalu ceria dan penuh semangat, tetapi kali ini ada keheningan dan kebingungan yang tidak biasa dalam dirinya.
Bintang mengangkat alisnya, seakan memberi isyarat kepada Habib dan Ati untuk menunggu Vanessa berbicara lebih dulu. Namun, Vanessa hanya tersenyum kecil, seperti ingin menenangkan mereka sekaligus dirinya sendiri. Di dalam benaknya, ia berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan perasaannya, tapi kebingungan yang dirasakannya membuat ia sulit membuka percakapan. Mereka semua terdiam, sementara suasana di antara mereka terasa penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.