Vanessa merasakan kepanikan merayap di hatinya saat membaca respons Mas di chat yang terlihat dingin dan berjarak. Setiap kata yang dibacanya seperti menegaskan kemarahan tersembunyi, membuat dadanya berdebar kencang. Ia tak menduga akan mendapat respons seperti itu, dan kini pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan.
Rasa takut mulai muncul, membayangi pikirannya. Vanessa langsung mengetik pesan balasan, namun kemudian ragu, menghapusnya, dan menulis lagi, bingung harus berkata apa agar situasi tidak semakin memburuk. Ia tahu bahwa Mas bukan tipe yang mudah marah kepadanya, dan hal itu justru membuatnya semakin cemas. Vanessa takut salah langkah atau salah kata, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menunggu sebentar, berharap ada kejelasan lebih lanjut atau kesempatan untuk menjelaskan dirinya tanpa memperburuk keadaan.
"WOI TANGGUNG JAWAB! MAS NGAMBEK!" Teriak Vanessa histeris di ruang tengah Kertanegara. Gadis itu jadi panik sendiri.
"Mbak, itu ide kamu sendiri." Lino membantu menyadarkannya.
"Iya sih, tapi takut banget Mas beneran marah ini." Ucap Vanessa dengan gelagat takutnya.
"Tahan, mbak. Biar sukses ini rencana kita." Sambung Rajif dengan santainya.
"Aaa.. nggak bisa, ih kasihan Mas aku pasti udah berharap banget aku ucapin." Rengek gadis itu, Vanessa sungguh ketakutan jika Mas sungguh marah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.