Hampir seminggu Vanessa dan Mayted tidak bertegur sapa dan seminggu itu juga tidak ada pertikaian setiap pagi. Bahkan Mayted juga tidak lagi membangunkan Vanessa. Ikut masa bodo jika gadis itu terlambat dan berakhir terburu-buru. Mayor Teddy sungguh tidak lagi peduli dengan segala hal tentang Vanessa. Vanessa memang masih suka bangun telat, tapi yang membuatnya senang adalah Deril dan Agung tidak membangunkannya seperti yang dilakukan Mayted. Mereka tidak memarahinya, bahkan tidak meneriakinya seperti Mayted biasanya.
Walaupun sering berpapasan, sering berada di satu meja makan, dan terkadang Vanessa yang beberapa kali mampir ke Kemhan, tidak jarang ia melihat kehadiran Mayted. Malahan sering sekali. Tapi memang ia tidak peduli dan tidak mau tahu apa pun lagi.
Dan tentunya, keduanya sama-sama tidak ingin membuka obrolan, hanya saling pandang, tapi memang lebih sering Mayted yang diam-diam memperhatikan Vanessa. Sedangkan Vanessa? Mungkin bisa dihitung jari.
Setelah beberapa hari pilpres dilaksanakan dan merayakan keunggulan quick count sementara, hari ini Mayted menemani Bapak ke Kantor Kemhan, menerima berbagai ucapan dari berbagai kepala negara atas kemenangan dan keunggulan sementara Bapak.
Hari ini juga ada kedatangan Duta Besar Tiongkok dan Mayted tengah sibuk-sibuknya mengurus semua jadwal dan pekerjaan Bapak. Namun, tentu ia tidak lepas tangan dengan keamanan cucu Bapak, termasuk kedua cucu laki-laki Bapak. Setiap hari Mayted mengecek jadwal keseluruhan cucu Bapak dan menanyakan kegiatan mereka satu per satu kepada ajudan yang menjaganya.
"Jadwal cucu Bapak hari ini apa saja?" Tanya Mayted disela-sela kesibukannya yang bertanya kepada ajudan yang menjaga mereka di grup ajudan yang berisi sekitar 20-30 orang.
"Mbak Ati ada kuliah sampai sore Pak, sekarang saya masih ada di lingkungan Untar."
"Mas Habib lagi ada kegiatan di kantor PLN, Bang, saya hanya bisa memantau dari jauh karena sepertinya sangat sibuk sekali."
"Mas Bintang lagi ikut rapat di kantor DPR, Bang. Ikut menyaksikan Pak Budi menjadi perwakilan Gerindra, seperti pembicaraan Mas Bintang dengan Bapak dua hari yang lalu, sepertinya Mas Bintang pulang sesuai jam kantor."
"Mbak Vanessa?" Tanya Mayted di grup, walaupun tadinya ia sedikit ragu untuk menanyakan gadis tersebut karena semua staff dan ajudan Bapak tahu hubungan Mayted dengan Vanessa akhir-akhir ini tidak baik.
"Mbak Vanessa hari ini seharian di kampus, Bang, ngejar tanda tangan dosen pembimbing dan akan daftar sidang."
"Skripsinya sudah selesai ya berarti?" Tanya Mayted lagi.
"Sudah Bang, tadi Mbak Vanessa senang sekali saat skripsinya di ACC. Sepertinya akan pulang malam setelah dapat tanda tangan dosen pembimbing, tadi Mbak Vanessa mengirim pesan kepada saya kalo Mbak Vanessa akan pulang malam karena ngumpul bersama teman-temannya nanti di Kemang."
"Kemang? Ngumpul dimana, Der?" Tanya Mayted lagi.
"Saya belum tahu Bang, tapi sepertinya saya tidak bisa menjaga Mbak Vanessa sampai selesai karena Bapak membutuhkan saya nanti malam." Balas Deril dari sebrang sana.
"Ya sudah, kamu pastiin Mbak Vanessa jangan menyentuh bar/club ya, Der, karena setahu saya di Kemang kebanyakan tempatnya seperti itu, berbahaya soalnya apalagi di waktu perhitungan Bapak, bisa panjang urusannya. Takut karena hal itu bisa menurunkan elektabilitas Bapak. Kalo Mbak Vanessa tetap rewel dan kemungkinan ngumpul di salah satu tempat itu, biar saya yang susul." Balas Mayted di dalam grup ajudan itu.
"Oke. Bang!"
"Kenapa Ted?" Sepertinya Bapak sadar jika dirinya sedang tidak tenang.
"Ini Pak, Mbak Vanessa." Ujar Mayted ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.