36

6.6K 279 36
                                    

Sejak hari itu, setelah menyaksikan kenyataan yang begitu menyakitkan, Vanessa tak lagi berani bertanya atau berbicara dengan Mas-nya tentang perasaannya. Ia memilih untuk diam, menahan rasa sakitnya dalam-dalam, menyimpannya dengan rapi, seolah rasa itu tak pernah ada. Vanessa berusaha keras untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia baik-baik saja, meskipun dalam hatinya semesta seakan mengguncang hidupnya dengan kenyataan yang tak bisa ia hindari.

Setiap kali ia berada di hadapan orang lain, Vanessa tetap tersenyum, mencoba tampil kuat dan tidak terganggu. Namun, di dalam hatinya, rasa sakit itu tetap bertahan, semakin dalam setiap harinya. Ia memutuskan untuk menutupi semuanya, menghindari konfrontasi dan terus berpura-pura bahwa semuanya berjalan normal, meski kenyataannya hidupnya terasa lebih rumit dari sebelumnya.

Beberapa hari terakhir ini, mendekati akhir stase forensik, Vanessa sengaja menjaga jarak dari Mayor Teddy. Ia lebih memilih untuk menangis dan tenggelam dalam stress karena beban laporan stase forensik yang terlalu sulit dan banyak. Vanessa tidak ingin mengingat kejadian beberapa hari lalu yang membuat hatinya terluka. Bahkan, ia tidak berani lagi mencari kabar tentang Mayor Teddy di media sosial. Untuk sementara, Vanessa menonaktifkan Instagram dan menghapus TikTok-nya, merasa terlalu sakit setiap kali melihat sesuatu yang mengingatkannya pada Mayor Teddy.

Setiap malam, bukannya fokus menyelesaikan laporan forensik, Vanessa malah terus mempertanyakan kejadian yang membuatnya hancur. Hilangnya semangat dan motivasi membuat proses penyelesaian tugasnya terasa semakin berat, sementara pikirannya terus dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tentang perasaan dan kenyataan yang ia hadapi.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Mas-nya itu tidak mengatakan apapun bahkan setelah beberapa hari Vanessa menghindarinya? Kenapa Mas-nya itu tidak curiga sama sekali? Seakan-akan Mayor Teddy menganggap hal itu bukan lah apa-apa atau Mayor Teddy berpikir hal itu tidak akan diketahui Vanessa. Serindu itu kah Mas-nya kepada mantannya sehingga melihat dirinya tersenyum seperti itu membuat Vanessa sesak.

Vanessa berusaha, semaksimal mungkin untuk tidak menyentuh obat anti depresan, semaksimal mungkin ia mengontrol dirinya sendiri. Walaupun setiap ada waktu sendiri, ia selalu menutup mulutnya agar tangisannya tidak terdengar, ia selalu memukul dadanya sekeras mungkin dan mengatakan semuanya akan ia lewati dengan baik-baik saja. Vanessa tidak mau menyusahkan siapa pun disini, ia tidak mau orang-orang tahu kalau dirinya sehancur itu. Seorang cucu presiden terpilih hancur dan berantakan? Yang benar saja.

Kini, di meja belajarnya ia harus membuang ingatan tentang kejadian itu, Vanessa harus menyelesaikan laporannya, jika tidak, ia tidak akan bisa pulang besok, ia tidak akan bisa menghadiri wisuda sepupu kesayangannya. Setidaknya, Vanessa harus melewati semua getaran sakit di hatinya untuk pulang demi Ati, demi sepupunya, ia bersumpah akan datang di acara wisuda sepupunya itu.

Di tengah-tengah ia sedang mengetik laporan stase forensiknya, di tengah-tengah ia sudah berkutat di depan MacBook-nya, di tengah-tengah ia sudah berhasil fokus, ada sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Vanessa menghela napas berat, ia mengambil ponselnya dan membaca isi pesan itu walaupun bingung harus membalas apa.

 Vanessa menghela napas berat, ia mengambil ponselnya dan membaca isi pesan itu walaupun bingung harus membalas apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang