Vanessa terbangun ketika waktu menunjukkan pukul 09.00. Ia sedikit tersentak kaget dipelukan Mas, untung saja hal itu tidak membuat suaminya juga ikut terbangun. Sepertinya, tidur Mas nyenyak sekali. Mungkin karena suaminya sedang sakit dan membutuhkan istirahat yang cukup. Vanessa pelan-pelan beranjak dari tempat tidurnya, takut jika membuat Mas terbangun. Ia membenarkan selimut Mas agar suaminya lebih nyaman dalam tidurnya. Tak lupa mengecup pipi Mas dengan singkat.
Vanessa langsung bergegas keluar kamar dan menuju kamar Naira, ia teringat kedua anaknya yang mungkin sudah bangun dan kelaparan. Ibu dua anak itu sedikit terkejut melihat Rafa dan Naira tengah bermain puzzle bersama di kamar anak perempuannya. Vanessa menghela napas lega, takut akan terjadi sesuatu lagi mengingat ia telat bangun dan berpikir jika Rafa dan Naira melakukan experience lain.
"Bunda.. laper." Sahut Rafa pelan ketika sadar Vanessa yang berdiri di depan pintu.
"Aira juga Bunda." Ucap Naira yang langsung berlari memeluk Vanessa.
"Maaf ya, sayang, Bunda telat bangun." Vanessa mengelus puncak kepala Rafa dan Naira bergantian.
Vanessa mengutuk dirinya sendiri, rasanya ia semarah itu dengan dirinya membiarkan kedua anaknya kelaparan. Seharusnya, ketika ia menyadari Rafa dan Naira ikut bergabung dengan Mas dan dirinya di tempat tidur, seharusnya Vanessa langsung bangun. Kalau seperti itu, Rafa dan Naira tidak akan kelaparan. Untung saja kedua anaknya ini tidak tantrum, entahlah Vanessa juga bingung. Biasanya, Rafa dan Naira akan menangis dan mencari keberadaannya jika sudah kelaparan. Tapi tadi, itu tidak terjadi.
Apa mungkin Rafa dan Naira tahu jika Papanya sakit?
"Ayo sarapan, Bunda bikinin makanan yang enak hari ini." Vanessa mengajak Rafa dan Naira sarapan. Ia menggenggam kedua tangan anaknya dan menuntun mereka ke meja makan.
Di dapur itu, Vanessa sibuk sekali memasak resep makanan yang sebenarnya sudah lama sekali ingin ia masak untuk Rafa dan Naira. Tidak lupa juga ia membuatkan bubur untuk Mas. Hari ini, sepertinya Vanessa akan full mengurus suami dan kedua anaknya. Berperan seutuhnya menjadi seorang istri dan seorang ibu, tanpa bayang-bayang wanita karir.
"Perlu Bunda suapin?" Tanya Vanessa setelah menyajikan sarapan kedua anaknya.
"Mau Papa." Ucap Naira, sedangkan Rafa menggeleng dan ia berusaha mengambil makanan itu dan mengunyah perlahan-lahan.
"Papa lagi sakit, sayang." Sahut Vanessa.
"Mau Papa, Bunda.." Saat itu juga kedua mata Naira sudah berkaca-kaca.
"Papa masih tidur, Naira." Lanjut Vanessa, tangannya hanya tinggal memasukkan makanan tersebut ke mulut Naira. Sepertinya, anak gadisnya ini tidak mau makan sendiri.
"Papa Papa!!" Ucap Naira histeris, anak gadisnya merengek cemberut.
Vanessa menghela napas panjang, merasa sedikit kewalahan dengan sikap Naira yang begitu melekat pada Mas. Anak gadisnya itu seolah tidak bisa jauh dari Papanya dan selalu menginginkan Mas untuk memenuhi semua keinginannya. Baik itu hal kecil seperti menggandeng tangan atau bahkan sesuatu yang sederhana seperti membantu Naira makan, memakai sepatu, mengikat rambutnya, dan semuanya harus dilakukan oleh Mas. Makanya, selama Mas meninggalkan mereka, Naira sangat sulit ditenangkan dan sulit diberikan pengertian.
Vanessa menyadari bahwa ikatan kuat antara Mas dan Naira memang sesuatu yang spesial, tetapi di sisi lain, ia juga ingin bahwa Naira perlu belajar untuk tidak selalu bergantung pada Mas.
"Naira sayang.. Bunda aja yang suapin, ya? Papa masih tidur, kasihan lagi sakit, Nak." Vanessa berusaha agar Naira bisa mengerti.
Mungkin dengan terpaksa, anak gadisnya itu hanya diam namun membuka mulutnya. Membiarkan tangan Vanessa menyuapinya. Vanessa tahu Naira sedang ngambek tapi anak gadisnya itu tidak bisa terus merajuk karena pasti sudah sangat kelaparan. Vanessa tertawa kecil, melihat sifat Naira sangat membuatnya teringat dengan dirinya dulu yang hanya ingin disuapi Bapak. Tidak mau siapa pun termasuk Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.