Kehamilan Vanessa sudah menyentuh minggu ke-28. Artinya, sudah enam bulan usia kehamilan Vanessa. Perutnya yang semakin besar apalagi ia mengandung anak kembar. Ketika check-up terakhir, dokter sudah mengetahui jenis kelamin kedua anak kembar Mas dan Vanessa. Tapi, Mas yang penakut itu tidak ingin mengetahui jenis kelamin kedua anak kembarnya. Kata Mas, ia lebih baik dikejutkan sekaligus saja. Maksudnya, lebih baik Mas mengetahui itu ketika Vanessa melahirkan nanti. Lebih baik Mas mengetahuinya saat persalinan agar rasa kaget dan rasa harunya akan bercampur aduk. Merasakan banyak euphoria saat resmi menjadi orang tua.
Vanessa tidak henti-hentinya menertawakan Mas yang penakut itu. Entah apa yang ditakutkan, sepertinya suaminya itu sedikit takut jika faktanya, kedua anak kembar mereka justru dua-duanya berjenis kelamin perempuan.
Mas dan Vanessa baru saja menyelesaikan kunjungan mereka ke dokter kandungan di Rumah Sakit Pondok Indah. Mereka pergi ke sana untuk check-up rutin, memastikan bahwa kondisi kesehatan Vanessa dan, kemungkinan besar, kesehatan janin mereka dalam keadaan baik. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, mereka mendapat hasil yang memuaskan dan beberapa saran dari dokter. Momen ini membawa perasaan lega bagi keduanya, terutama bagi Mas, yang belakangan merasa khawatir akan kondisi kesehatan Vanessa.
Sepanjang perjalanan keluar dari rumah sakit, mereka berbincang-bincang tentang hasil pemeriksaan dan nasihat yang diberikan dokter. Meski mungkin ada beberapa hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut, suasana hati mereka terasa lebih tenang dan bahagia, dengan harapan baru untuk perjalanan ke depan.
"Beneran nggak mau tahu jenis kelaminnya?" Vanessa terus menggoda suaminya yang tengah menyetir di sebelahnya.
"Serius, sayang." Kata Mas dengan kekehannya.
"Kalau justru dua-duanya perempuan, gimana?" Tanya Vanessa penasaran.
"Nggak papa, sayang, berarti Mas punya tanggung jawab yang amat besar nanti. Dosa kamu, dosa kedua anak perempuan Mas, itu Mas yang tanggung. Kata orang, kalau punya anak perempuan itu tanggung jawabnya lebih besar dan cukup sulit untuk membesarkannya. Karena menjaga anak perempuan itu emang ujian juga daripada anak laki-laki." Sahut Mas yang sesekali melirik istrinya di sebelah.
"Mas baru sadar, kalau punya anak perempuan, Mas harus bertanggung jawab penuh atas hidupnya hingga nanti mereka Mas serahkan ke pasangan hidupnya kelak. Sedangkan anak laki-laki, dia bertanggung jawab atas kamu, Bundanya, ibunya yang sudah melahirkan, hidup dan matinya. Bahkan, ketika nanti udah menikah sekalipun. Kamu itu tanggung jawab anak laki-laki kita." Jelas Mas lagi.
"Mas emang takut kalau seandainya si kembar perempuan. Mas takut nggak bisa mendidik mereka dengan benar, karena mendidik anak perempuan itu sulit, menjaga anak perempuan itu sebuah tantangan buat seorang Ayah dan itu Mas sendiri. Apalagi kita hidup di dunia yang mulai menormalisasikan banyak hal, Mas takut seandainya anak perempuan Mas terjerumus ke hal-hal yang negatif karena sekarang pengaruh untuk masuk ke hal yang tidak baik, semudah itu." Lanjut Mas lagi.
"Kayaknya, Mas nggak semudah itu melepas anak perempuan kita nanti. Rasa takut itu selalu ada dibenak Mas nanti."
"Mas, sadar nggak? Aku baru sadar juga, ternyata kita itu lebih lama hidup dengan pasangan dibanding kedua orang tua kita sendiri." Ujar Vanessa.
Mas mengangguk. "Iya, sayang. Anggap aja mereka nanti melepas masa lajangnya di umur seperti kamu. Anggap saja di umur 25 tahun. Mereka hidup bersama kita hanya 25 tahun, sedangkan sama pasangan hidupnya bisa puluhan tahun. Dan pada akhirnya kita kembali seperti awal, hidup berdua seperti dulu, sedangkan anak-anak nanti punya kehidupannya sendiri."
"Sedih ya, Mas? Pada akhirnya yang milik kita seutuhnya tidak akan selamanya bersama kita." Sahut Vanessa yang sesekali mengelus perutnya.
"Semuanya titipan sayang, termasuk kamu. Kamu bukan milik Mas seutuhnya. Kamu milik Tuhan, dan Tuhan menitipkan kamu melalui orang tua kamu dan sekarang melalui Mas. Sama halnya dengan si kembar nanti, mereka bukan milik kita tapi kita ditugaskan untuk merawat dan menjaga mereka hingga batas waktu yang sudah ditetapkan nanti." Mas juga ikut mengelus perut Vanessa yang sudah sangat membesar. Tidak heran karena ada anak kembar yang berada di rahim istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.