Sesampainya di Hambalang, Mas dan Vanessa bersama kedua anaknya disambut dengan hangat oleh keluarga besar. Ini adalah pertama kalinya Rafa dan Naira berkunjung ke Hambalang, dan suasana penuh kebahagiaan terasa di seluruh rumah. Setelah mematikan mobilnya, Mas segera membantu Vanessa menggendong Rafa, memastikan kenyamanan anak laki-laki mereka. Keluarga yang sudah menunggu di dalam rumah menyambut mereka dengan penuh antusias, merayakan kedatangan si kembar yang membawa kebahagiaan baru bagi semuanya.
Kedua pasutri tersebut, Mas dan Vanessa, berjalan bersama dengan kedua anak mereka menuju rumah Hambalang. Beberapa anggota Paspampres yang sedang berjaga di luar rumah diam-diam memperhatikan mereka. Walaupun mereka tidak bisa mendekat karena sedang dalam shift kerja, beberapa anggota Paspampres tidak bisa menyembunyikan senyum mereka, merasa terharu melihat kebahagiaan keluarga itu. Mereka hanya bisa mengamati dengan jarak, merasakan kehangatan dari pertemuan keluarga yang penuh makna, meski mereka harus tetap menjaga jarak demi keamanan dan tugas mereka.
Bapak yang sudah menunggu dengan sabar di depan pintu rumah segera mendekati dan mencium kedua cicitnya yang tengah terlelap dalam pelukan orang tua mereka. Dengan penuh kasih, ia menyentuh pipi lembut mereka, merasakan betapa kecil dan lucunya mereka. Saat itu, Ibu yang sudah siap menggendong Rafa dengan penuh perhatian yang sudah bangun dari tidurnya, langsung mengambil bayi laki-laki itu dari tangan Vanessa. Naira yang masih tertidur dengan tenang, tetap berada dalam pelukan Mas. Keadaan itu membuat suasana semakin hangat, penuh kebahagiaan dan cinta keluarga. Vanessa dan Mas saling bertukar pandang dengan senyum, merasa bahagia melihat Bapak dan Ibu begitu menyayangi kedua anak mereka.
"Aaa.. keponakan aku. Cantik banget sih." Ati mengelus-ngelus pipi Naira yang bercorak merah muda itu. Namun, setelah Ati perhatikan, Naira tidak sepenuhnya kloningan Vanessa, Mas mendapat bagian juga.
"Lucu banget tidurnya, mbak." Kata Bapak yang ikut memperhatikan Naira yang masih tertidur pulas digendongan Mas.
"Kehabisan energi si bayi ini, Kek." Vanessa tertawa kecil.
"Pak Teddy, aku baru sadar. Bibir Naira mirip banget sama Pak Teddy. Bentuknya love." Sahut Ati dan semua orang juga ikut memperhatikan.
"Iya, mbak. Saya juga baru sadar dua hari yang lalu. Saya dapat bagian juga ternyata, hahaha." Ucap Mas yang masih betah sekali menggendong anak perempuannya.
"Naira, ayo bangun main sama onty." Colek Ati dengan gemas.
"Dia bahkan belum bisa merangkak, Dek. Mau main apaan?" Tanya Bintang.
"Ah bacot lo!" Kesal Ati.
Di ruangan tengah yang hangat itu, beberapa staff ADC dan anggota Paspampres yang bertugas di dalam rumah mulai berkumpul, tertarik dan ingin melihat kedua anak Mas dan Vanessa yang sudah menjadi pusat perhatian. Kini, setiap kali Mas dan Vanessa pulang ke Hambalang, semua keluarga besar tampaknya sudah punya fokus baru, bukan lagi pada mereka, melainkan pada Rafa dan Naira. Kebahagiaan dan kegembiraan terpancar dari wajah semua orang, seolah kehadiran dua bayi mungil itu membawa suasana baru dan menyegarkan. Bapak dan Ibu, yang biasanya memperhatikan Mas dan Vanessa, kini lebih sibuk bermain dengan cicit-cicit mereka, sementara Mas dan Vanessa hanya bisa saling tersenyum, menikmati momen penuh cinta ini.
"Bang, saya mau coba gendong boleh?" Tanya Agung yang sangat ingin mencoba menggendong anak Mas dan Vanessa sejak di rumah sakit. Tapi, ia tidak berani karena pada saat itu mereka baru lahir.
"Boleh, sini." Mas mengizinkannya. Dengan pelan-pelan dan penuh hati-hati, Mas menyerahkan Naira kepada Agung. Namun, baru saja Mas memindahkannya, Naira justru terbangun dan menangis kencang. Seakan-akan ia hanya ingin digendong oleh Papanya.
"Cup-cup, sayang.." Sahut Mas, mau tidak mau Naira kembali ia gendong dan mencoba menenangkannya.
"Gung, kayaknya Naira nggak sudi digendong sama lo." Ledek Lino yang tidak bisa menahan tawanya. Begitu juga dengan staff Bapak yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.