Sahur kali ini benar-benar membuat Vanessa terkejut. Ketika ia turun untuk bergabung bersama yang lain di meja makan, ia tidak menyangka melihat sosok Mas-nya duduk bersama Kakeknya, Rizky, Rajif, Agung, dan trio kembar. Semua orang terlihat sudah siap untuk sahur, namun yang paling mengejutkan adalah penampilan Mas-nya. Mayor Teddy tampak santai, mengenakan pakaian rumah yang sederhana dan nyaman, sesuatu yang tidak biasa ia kenakan jika sedang berada di luar rumah atau dalam urusan formal.
Vanessa terdiam sejenak, matanya terpaku pada sosok Mas-nya itu. Bukankah semalam Mayor Teddy mengatakan bahwa ia akan pulang ke rumahnya? Vanessa mengira bahwa Mas-nya sudah tidak ada di sini dan telah kembali ke tempat tinggalnya sendiri. Namun, melihatnya duduk dengan tenang, seakan-akan tidak ada yang terjadi, menimbulkan banyak pertanyaan dalam benaknya. Ada perasaan tak menentu di dada Vanessa, antara terkejut, bingung, dan sedikit kesal. Bagaimana bisa Mas-nya tetap di sini tanpa memberitahunya?
Perlahan, Vanessa mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya, mengambil tempat duduk di meja makan, meskipun perasaannya masih bercampur aduk. Pertanyaan-pertanyaan itu tetap menggantung di benaknya, tapi ia memilih untuk tidak langsung menanyakannya di hadapan yang lain.
Vanessa juga kali ini dibangunkan oleh Lino, ternyata ADC Bapak yang satu itu tidak tidur dan tetap melanjutkan drama Korea yang mereka tonton semalam di ruang tengah hingga saat ini. Berbeda dengan Vanessa yang hanya sanggup setengah episode dan akhirnya dipindahkan oleh Lino ke kamarnya.
Vanessa berusaha menutupi rasa kagetnya, sepertinya baru kali ini Mayor Teddy bergabung sahur di Hambalang, karena semalam apapun selesai kegiatan Kakeknya, Mas-nya itu akan selalu pulang apapun keadaannya.
"Nes, lo nggak salah pake piyama pendek disini?" Heran Ati, bahkan saat ini saja Hambalang sangat dingin membeku, AC saja tidak ada yang dihidupkan.
Setelah berhasil mengumpulkan nyawanya dengan sedikit menguap, Vanessa langsung tersadar. "Lah iya ya, dingin banget anjir."
"Lo error banget deh? Segila itu koas, ya? Gue takut banget asli." Di meja makan itu, hanya duo gadis tersebut yang berceloteh.
"Lo berdoa aja jangan sampai dapat stase pertama forensik. Gue aja heran bisa survive, serem deh pokoknya." Vanessa bergidik ngeri.
"Lo udah dapat bocoran belum di rumah sakit mana?" Tanya Vanessa, setelah membaca doa, ia langsung menyuapi dirinya sendiri.
Ati menggeleng. "Gue berharap nggak jauh dari rumah."
"Percuma mau deket apa nggak, kalau dapat stase berat, lo nggak akan bisa pulang." Vanessa tiba-tiba menguap kembali.
"Mbak, ngantuk banget, ya?" Tanya Agung. Laki-laki itu sesekali menciduk Vanessa menguap berkali-kali.
"Iya, kacau banget tidur aku di rumah sakit. Aku aja pernah nggak tidur empat hari. Mau balas dendam aku buat hibernasi." Ucap Vanessa.
Semuanya tertawa mendengar Vanessa.
"Beneran nggak tidur? Sama sekali?" Tanya Habib.
"Lo tahu tidur ayam? Nah, kayak gitu. Kayak cuma sejam dua jam." Jelas Vanessa.
"Makan yang banyak, mbak. Kelihatan kurus kamu." Ucap Rizky yang memperhatikannya.
"Kamu ada sahur nggak selama disana?" Tanya Bapak yang ikut nimbrung.
"Jarang, kayaknya bisa dihitung jari." Balas gadis itu.
"Loh, kenapa?" Tanya Bapak dengan heran.
"Ya mau gimana? Aku kadang pembedahannya tengah malam, bahkan mayat yang datang aja bisa lebih dari dua, kadang selesai baru jam 6 pagi. Bahkan, pernah dari jam 9 malam baru selesai jam 9 pagi. Ngeri, kan? Gimana aku mau sahur? Kalau pun bisa sahur, aku nggak bisa juga. Setelah lihat mayat hancur gitu aja aku nggak nafsu makan. Bahkan, bisa mandi dan buka puasa beberapa menit aja bersyukur, ini baru mau ambil handuk atau baru aja makan satu kurma, aku udah dipanggil lagi. RSCM tuh rame terus perasaan. Pokoknya ngeri deh stase forensik." Oceh Vanessa panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.