Setelah menempuh beberapa menit, rombongan Bapak tiba di Unhan. Dengan segala sambutan dari rektor, dekan, hingga jajaran lainnya. Mayor Teddy mengawal Bapak hingga duduk di kursi paling depan bersama beberapa pejabat Militer dan pejabat Unhan. Walaupun banyak orang yang meneriaki nama Mayor Teddy, memfoto atau memvideokan diam-diam, Mayted tetap fokus dengan tugasnya. Setelah memastikan Bapak aman, baru lah ia berjalan ke belakang duduk bersama dua cucu Bapak, Rizky, Agung, dan Deril.
Sebenarnya, Vanessa sudah biasa ikut kegiatan Bapak yang seperti ini, ia sudah sering bertemu kenalan Bapak yang dari berpangkat tinggi hingga yang biasa saja, atau pejabat-pejabat lainnya. Tapi kali ini ia sungguh ketakutan, karena tadi Bapak bilang para fans menunggunya.
Bahkan, ketika ia masuk ke aula wisuda itu, semua wisudawan/wisudawati meneriaki namanya, ada beberapa yang minta foto juga dan Mayted pun membantunya. Laki-laki itu tidak hanya membantu orang yang ingin foto dengan Bapak, tetapi dengan cucunya juga.
"Pak, aku pulang aja, ya?" Vanessa menyolek Mayted yang duduk tepat di sebelahnya.
"Loh, kenapa? Jangan berubah pikiran mbak, kita udah disini." Bisik Mayted.
"Ih aku takut, Pak. Kalau suara aku false, gimana? Kan aku nggak ada persiapan." Rengeknya lagi.
"Tinggal saya bantu ketawain." Mayted dengan entengnya menjawab seperti itu. Bahkan perkataan Mayted juga terdengar oleh Rizky, Agung, dan Deril. Mereka juga ikut tertawa.
"Ih Pak Teddy!" Vanessa mencubit lengan Mayted dan menahan suara amarahnya. Sedangkan Mayted berusaha untuk menahan tawanya.
"Santai mbak, rileks. Kamu nggak disuruh joget kok. Mas Bintang santai aja tuh." Mayted berusaha menenangkannya.
"Dia kan udah biasa, Pak Ted!" Sahut Vanessa.
"Makanya, untung aja Mas Bintang mau temenin kamu, mbak. Kalo nggak, yang ada kamu makin panik." Ujar Mayted.
Vanessa mendengus kesal mendengarnya.
"Pakaian aku aneh, nggak? Makeup aku aman, kan?" Vanessa yang sudah kelewat panik itu akan menanyakan apa pun ke Mayted untuk membantunya rileks dan percaya diri. Mayor Teddy langsung memperhatikan Vanessa dengan lekat. Mata elangnya itu tiba-tiba terhipnotis, lagi dan lagi.
"Bagus mbak, aman dan cantik kok! Pasti pangling fans kamu nanti." Mayted mengacungkan jempolnya.
"Pak, serius ih." Vanessa masih saja meminta validasi agar ia merasa tenang.
"Udah, diam ya bocil, kamu dilihatin orang-orang nanti kalau gelisah terus. Sekarang, fokus sama acara di depan. Itu Bapak lagi ngomong." Mayted berusaha untuk menenangkan Vanessa yang masih bergelagat gelisah.
Akhirnya, Vanessa berusaha menenangkan dirinya walaupun jantungnya masih berdetak tak karuan. Rasanya, ia ingin lari ke kamar mandi karena mulai merasa mules. Ia menggigit bibir bawahnya dan mengopek kulit kukunya karena semakin grogi. Mayted yang merasa ada yang tidak beres langsung menyarankan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.