Setelah perjalanan yang sangat melelahkan hari ini, rombongan Bapak akhirnya tiba di Hambalang. Selama perjalanan panjang tersebut, Vanessa tertidur pulas di pesawat, dan meskipun mereka telah sampai di Hambalang, dia masih tetap terlelap.
Kelelahan yang dirasakannya selama perjalanan membuatnya tidak ingin terbangun lebih awal, menikmati sisa istirahatnya dengan tenang. Keberadaan Mayor Teddy dan rombongan yang lainnya mungkin membuatnya merasa aman dan nyaman untuk melanjutkan tidur, tanpa merasa perlu untuk segera terbangun.
Setelah mendarat tadi, Mayor Teddy yang menggendongnya turun dari pesawat, laki-laki itu langsung terbangun ketika ia menyadari dirinya juga sempat tertidur. Mayor Teddy melanjutkan sedikit pekerjaannya untuk besok di pesawat. Sedangkan Vanessa ia sangat tertidur pulas hingga Mayor Teddy harus menggendongnya dan menuruni tangga dari pesawat dengan sangat hati-hati.
"Tiba-tiba udah di Hambalang aja." Gumam Vanessa ketika melihat sekitarannya.
Namun, entah kenapa gadis itu terbangun ketika rombongan Bapak sudah masuk ke halaman rumah. Ia mengerjapkan matanya, mengumpulkan nyawanya yang entah ada dimana karena ia cukup lama termenung. Setahunya tadi, ia tadi tertidur di pesawat. Berarti sudah cukup lama ia tertidur. Gadis itu melihat ke sampingnya, Kakeknya tengah menelepon seseorang, sedangkan Mayor Teddy berada di samping sopir.
"Kok gue satu mobil sama Kakek, ya? Harusnya Mas Agung yang disini." Seperti itu batin Vanessa, ia tidak bertanya langsung bahkan juga tidak mengeluarkan suara sedikit pun.
"Loh, mbak, udah bangun?" Tanya Mayor Teddy yang menoleh ke belakang, tadinya ia mau berbicara dengan Bapak, tapi laki-laki itu langsung mengurungkannya ketika melihat Vanessa sedang bermain ponsel.
"Iya, kayaknya karena Kakek nelepon." Ucap Vanessa dengan suara pelannya.
Mayor Teddy hanya mengangguk paham dan tak lama setelah itu, rombongan sudah tiba di depan rumah. Beberapa menit kemudian, mereka semua langsung turun dan bergegas, termasuk Bapak, masuk ke dalam rumah. Vanessa yang sudah dalam kondisi acak-acakan setelah perjalanan panjang, juga ikut masuk ke dalam rumah bersama beberapa staff Bapak yang lain.
Rambut Vanessa yang sebelumnya diikat secara sembarangan kini sudah semakin berantakan, menambah kesan lelahnya. Ekspresi ngantuk yang terlihat jelas di wajahnya menunjukkan betapa lelahnya dia setelah seharian beraktivitas. Mayor Teddy yang memperhatikan Vanessa dengan lekat, beberapa kali memergoki Vanessa menguap pelan. Hal ini menandakan betapa kelelahan Vanessa karena tadi dia juga membantu staff Bapak.
"Kasihan banget." Mayor Teddy mengelus puncak kepala gadis itu.
"Langsung masuk kamar gih, jangan lupa bersihin dulu badannya." Lanjut Mayor Teddy.
"Pak Teddy kemana? Pulang, ya?" Tanya Vanessa yang menoleh ke arahnya.
"Iya, mbak. Saya pulang." Ucap Mayor Teddy sambil mengangguk.
"Pak Teddy nginep aja, please? Pak Teddy lebih capek dari aku, nanti kalau ngantuk nyetir mobilnya gimana? Apalagi lewat tol, ah nggak usah lah, Pak, disini aja. Aku nggak kasih izin!" Celoteh Vanessa dengan merengek di sela-sela rasa kantuknya yang terus menyerang gadis itu. Mayor Teddy tertawa kecil mendengar Vanessa yang masih bisa berceloteh padahal sudah mengantuk tak tertolong.
"Orang tua saya nunggu di rumah, mbak sayang. Mereka ada di rumah saya." Ucap Mayor Teddy sedikit terkekeh.
"Iya sehari aja tidur disini, besok pagi aja pulangnya, ya? Ini udah jam satu malam." Vanessa memaksa karena gadis itu khawatir.
"Saya biasanya juga pulang jam segini, Mbak Vanessa." Mayor Teddy berusaha untuk memberi pengertian.
"Ih, Pak Teddy!!" Rengek Vanessa, Mayor Teddy sudah hafal jurusan andalan gadis itu untuk membuatnya luluh.

KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer!⚠️ Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Untuk readers baru, supaya nggak bingung, lebih baik baca dulu "The Qonsequences" baru ceri...