Sudah hampir sebulan Mas berada di Batalyon Grup-1 Kopassus, jangan tanya gimana sibuknya Mas hingga ia memang sulit untuk pulang walaupun jika bisa, Mas hanya perlu menempuh waktu dua jam. Tapi tetap saja, Mas sebagai pemimpin Batalyon tersebut memiliki tanggung jawab yang besar, tidak bisa seenaknya, dan harus memegang prinsipnya sebagai seorang komandan.
Bisa Vanessa hitung dalam sebulan itu, Mas pulang bisa dihitung dengan jari. Sejarang itu, namun Vanessa dan ketiga anaknya mengerti akan hal itu. Mengerti pekerjaan Mas yang semakin banyak tantangan dan resikonya. Anak-anaknya pun sudah paham jabatan dan pangkat yang dimilik Papanya itu, jadi mereka pun tidak heran betapa sibuknya Mas. Ditambah Vanessa yang berusaha mencuri waktu dan jadwalnya jika luang, ia akan selalu pulang untuk memasak dan mengawasi anak-anaknya, walaupun tidak sampai sejam di rumah.
Tapi Vanessa tetap bersyukur, ditengah kesibukannya, Mas yang jarang pulang, ia bisa menghandle semuanya sendirian walaupun terkadang ia sering mengeluh dan merengek kepada Mas lewat sambungan telfon atau video call.
Jangan tanya keinginan Mas yang rasanya ingin langsung pulang mendengar istrinya seperti itu. Menahan rasa rindu kepada Vanessa salah satu hal yang harus ia lewati sekeras mungkin, karena jika Mas tidak bisa mengontrolnya, mungkin Mas akan sering menghilang atau pulang tanpa memikirkan tanggung jawabnya.
Namun akhirnya, setelah berhari-hari Mas tidak pulang, laki-laki berpangkat kolonel itu akhirnya pulang ke rumah, pulang ke pelukan istri dan anak-anaknya yang disambut begitu hangat.
"AHH PAPA KANGEN BANGET!!!" Omel Naira yang langsung terbang ke pelukan Mas.
Pergerakan Naira yang sangat tiba-tiba itu membuat Mas hampir sedikit oleng karena Naira yang kini sudah semakin besar, yang semakin tinggi, dan tentunya tumbuh dengan baik.
"Ah lebay banget, ditinggal sepuluh hari doang." Ledek Mas yang masih memakai seragam loreng-lorengnya.
"Parah banget, nggak kangen kah sama princess ini Pa?" Kesal Naira yang mulai merajuk.
"Lebih kangen Bunda." Mas malah semakin memancing amarah anaknya. Dengan sengaja, Mas langsung memeluk Vanessa yang baru saja masuk setelah mengunci pintu pagar.
"Apa nih peluk-peluk?" Tanya Vanessa heran.
"Biasa, Bun. Papa sama Naira balik lagi Tom & Jerrynya." Sahut Rafa dengan santainya sedangkan Naira mengerutkan dahinya kesal.
"Mending nggak usah pulang deh, Pa! Nyebelin banget?!" Naira mendengus kesal melihat adegan romantis kedua orang tuanya.
"Lah tadi katanya kangen?" Mas tertawa melihat ekspresi anak perempuan satu-satunya itu.
"Nggak jadi! Aku tarik lagi!" Gadis itu langsung meninggalkan Papanya itu dengan menghentakkan kakinya kembali duduk di sofa, menonton film di tv yang ia putar di Netflix.
"Kamu apain lagi Naira?" Vanessa menatap Mas dengan intens.
"Hehe bercanda doang, sayang. Tapi anak kamu langsung ngambek gitu." Mas cengengesan tanpa beban.
"Udah tahu anak perempuannya sendiri gampang ngambek, kamu aja yang suka usilin Naira." Vanessa menggeleng heran.
"Iya iya, malah kena omel juga dari kamu." Bukannya melepas pelukan dengan istrinya itu, Mas malah semakin mengeratkannya.
"MAS AKU NGGAK BISA NAPAS?!" Vanessa menahan teriakannya.
"Kangen banget sayang, kamu nggak kangen emangnya Mas tinggal lama?" Mas berkata dengan gemasnya.
"Lebay, aku pernah setahun ya ditinggal kamu." Cibir Vanessa dengan menangnya, Mas yang mendengar itu langsung mengubah ekspresinya. Vanessa yang menyadari itu langsung tertawa puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Ini cuma hiburan untuk para cegil. Love, penulis.