87

3.8K 327 34
                                    

Mas berdiri di depan pintu kamar anak perempuannya, menatap Naira yang tertidur pulas dengan posisi tubuh yang jelas tidak nyaman. Sebelumnya, anak gadisnya itu penuh semangat menawarinya bantuan untuk mengobati luka-lukanya. Namun sekarang, ia justru sudah terlelap, sepertinya terlalu lelah menunggu Papanya selesai mandi. Mas tidak tahu apakah ia harus tertawa melihat kepolosan Naira atau merasa kecewa karena ia tahu anaknya benar-benar ingin membantu.

Matanya tertuju pada kotak P3K yang terbuka di dekat Naira. Beberapa obat terlihat sudah dikeluarkan, kemungkinan besar oleh tangan kecilnya yang dengan susah payah mencapainya dari bawah lemari TV. Mas mendekat, merapikan kembali kotak obat itu satu per satu dengan hati-hati agar tidak mengganggu tidur anaknya. Sesaat kemudian, ia berjongkok di samping ranjang, memperhatikan wajah Naira yang tertidur lelap.

Pelan-pelan, Mas membenarkan posisi tidur Naira agar lebih nyaman. Tangannya dengan lembut menyelimuti tubuh mungil gadis kecil itu, memastikan dia tetap hangat di malam yang dingin. Wajah polos Naira membuat hati Mas terasa hangat. Ia mengelus kepala anaknya dengan penuh kasih, perasaan cinta dan syukur menyelimuti dirinya. Dalam hati, ia berjanji untuk selalu menjaga dan melindungi gadis kecilnya ini, yang dengan polosnya ingin membantu meski hanya sedikit.

"Tidur yang nyenyak ya, Kakak Naira sayang." Mas mengecup pipi Naira sebelum meninggalkan kamar anak gadisnya.

Mas juga mengecek kamar Rafa dan juga Kai, kedua jagoannya itu juga sudah tertidur. Rasa bersalah semakin menyelimuti benaknya setelah menatap Kai yang tertidur pulas. Entah apa jadinya jika hari ini Tuhan berkata lain. Mungkin Mas akan menyesal seumur hidup dan tidak akan memaafkan dirinya sendiri sampai kapanpun. Mas akan meminta maaf kepada anak bungsunya itu besok.

Mas kembali ke kamarnya dengan Vanessa, menatap punggung Vanessa yang sengaja membelakanginya. Istrinya itu sudah tertidur dengan raut wajah lelah. Vanessa juga lelah karena dirinya hari ini. Vanessa yang lelah seharian, kerja tanpa kenal waktu, tiba-tiba dapat kabar buruk, menjemput anaknya yang sangat jauh dari rumah sakit dengan perasaan gusar dimana seharusnya itu tanggung jawabnya, pikiran Vanessa yang pasti sudah kalang kabut, dan dirinya yang dihubungi istrinya sendiri justru tidak ia angkat. Sangat amat wajar Vanessa mengamuk dan memarahinya tanpa rem hari ini. Mas sudah membuat istrinya kesulitan dan kecewa.

Mas menghela napasnya kelewat panjang, ingin tidur tapi tubuhnya sangat sakit dan nyeri. Mau mengobati sendirian tapi ternyata tidak bisa karena tidak terjangkau olehnya, apalagi di punggung juga sempat terbentur karena hukuman komandannya yang membuat Mas terbentur ke besi di ruangan Mabes tadi. Badannya itu jika bisa berteriak minta tolong, mungkin sudah berteriak sekeras mungkin, karena Mas sendiri juga sering meringis kesakitan. Bahkan, selama menyetir mobil saat pulang tadi, tidak henti-hentinya Mas meringis menahan sakit.

Dengan pelan, Mas membaringkan tubuhnya itu di sebelah istrinya yang masih membelakanginya. Mas sedih sekali, biasanya mereka tidur selalu berhadapan dan berpelukan. Malam ini tidak ada keduanya Mas rasakan. Ingin sekali Mas menarik Vanessa ke pelukannya, ingin sekali ia mendekat ke tubuh istrinya itu. Tapi, Mas takut karena Vanessa pasti belum memaafkannya.

Lebih baik Mas dihabisi berkali-kali oleh komandannya daripada dimusuhin, dicuekin, dan dibenci istrinya. Lebih baik tubuhnya yang disakiti daripada hatinya. Mas menatap kosong punggung Vanessa yang sama sekali tidak ada keinginan untuk mengganti posisi tidur untuk berhadapan dengannya. Mungkin karena hari ini banyak hal yang terjadi, Mas menjadi terbawa perasaan hingga tanpa ia sadari, air matanya jatuh di permukaan pipinya. Laki laki berpangkat Kolonel itu akan sangat hancur dan rapuh jika berselisih atau bertengkar dengan istrinya.

"Gimana caranya biar Vanessa maafin saya, ya?" Guman Mas dengan pikirannya yang sangat kacau. Sulit sekali untuk tidur dan beristirahat ketika berselisih dengan Vanessa. Itu sangat menyiksa Mas.

He Fell First and She Never Fell?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang