Beberapa hari yang lalu, Bapak dan Mas Gibran telah resmi dilantik oleh MPR di Ibu Kota Nusantara sebagai Presiden dan Wakil Presiden ke-8 Republik Indonesia. Pelantikan ini disaksikan secara langsung oleh masyarakat Indonesia, para pejabat negara, influencer, dan berbagai tokoh penting lainnya. Sejak saat itu, Kakek Vanessa, yang kini menjadi orang nomor satu di Indonesia, langsung terjun bekerja bersama Wakil Presiden.
Setelah resmi dilantik sebagai Presiden, kesibukan Bapak meningkat drastis. Setiap harinya penuh dengan rapat-rapat intensif bersama para menteri, sekretaris jenderal partai, hingga ketua partai politik. Bapak juga menerima berbagai kunjungan dari tamu-tamu penting di Istana, termasuk melakukan rapat dengan wakil menteri untuk membahas isu-isu penting negara.
Perbedaan yang sangat terasa bagi Vanessa kali ini adalah ketiadaan Mas yang biasanya selalu menemani dalam setiap kunjungan kerja Kakeknya. Biasanya, Vanessa selalu bisa melihat Mas saat Bapak kembali dari perjalanan dinas, kunjungan kerja atau di acara-acara penting yang melibatkan keluarga. Namun, kini, Mas tidak lagi berada dalam jangkauan pandangannya sehari-hari, dan eksistensinya dalam keseharian Vanessa perlahan terasa semakin jauh. Kehilangan kehadiran Mas membuat Vanessa merasakan kekosongan yang sulit diabaikan, seolah sosok yang dulu selalu ada kini hanya bayangan yang semakin memudar.
Bapak memutuskan untuk tidak menetap di Istana Negara, kecuali ada urusan atau jadwal yang mendesak. Bapak seperti biasa, Bapak seperti dulu juga, setiap pulang kerja beliau tetap pulang ke rumahnya, entah di Hambalang atau Kertanegara. Bedanya, kini rombongannya semakin banyak, ditambah kini Paspampres yang 24 jam selalu bersama Bapak. Tidak heran jika Hambalang maupun Kertanegara semakin ramai.
Melihat banyaknya staff ADC Bapak, para keempat pilar Bapak saja sudah pusing saking banyaknya, kini ditambah Paspampres yang kurang lebih ada sepuluh sampai dua belas orang, belum lagi ajudan dan asisten ajudan baru Bapak. Kalau mendengar ajudan, hati Vanessa langsung mencelus begitu saja. Setiap ia pulang dari rumah sakit jika memungkinkan, tak ada lagi Mas di sekitarnya, tak ada lagi Mas di samping Bapak, tak ada lagi Mas yang ikut menyambut kepulangannya bersama Bapak di ruang kerja. Sungguh eksistensi Mas tidak ada lagi dalam pandangannya.
Hal yang Vanessa cari ketika Bapak pulang adalah Mas. Namun, sekarang sudah berbeda. Kini yang setiap hari selalu ia lihat adalah Bapak bersama Paspampres, ADC, dan sekpri. Tidak ada lagi Mas sebagai ajudannya Bapak, tidak ada lagi Mas Ninja, tidak ada lagi sosok yang berpangkat Mayor disini, yang ada adalah Letkol dan itu bukan Mas.
Seminggu setelah Kakeknya dilantik sebagai Presiden, seminggu itu juga Vanessa sudah kembali ke aktivitasnya, kembali ke rutinitasnya sebagai dokter koas, dan saat itu juga Vanessa bahkan jarang sekali bertemu Kakeknya. Jika ia boleh memilih, lebih baik Kakeknya sebagai Menteri Pertahanan saja. Bapak menjadi Presiden kembali membawa hawa dan kenangan buruknya, kesepian kembali menghantuinya.
Bintang yang sudah mulai sibuk terjun ke dunia politik, Habib yang sudah terbang ke Papua bekerja di Freeport, Ati yang satu rumah sakit dengannya saja jarang bertemu, Ayahnya yang menetap di Korea Selatan, Bundanya yang kembali ke Paris bersama Om Didit, dan Nenek yang kini sibuk di Senayan sebagai Ketua Komisi IV DPR yang mengurusi pertanian, kehutanan, dan kelautan.
Rumah sebesar dan seluas itu bahkan tidak bisa menyatukan keluarganya. Semuanya berpencar dan sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Entahlah, Vanessa bingung dia harus bersyukur atau mengeluh dengan keadaan keluarganya yang sudah lolos predikat TIM SAR. Disaat seperti ini, dia hanya membutuhkan Mas, kalau dia kembali merasa kesepian, Vanessa pasti akan langsung lari ke Mas. Namun, kini ia bisa apa?
Dua hari setelah Bapak dilantik sebagai Presiden, Mas juga sudah dilantik sebagai Wadanyonif Para Raider 328. Mas sudah kembali ke batalyon, Mas sudah resmi memimpin batalyon tersebut, dan Mas akan sangat jarang bisa bertemu dengannya. Fakta jika Mas sudah tidak bekerja dengan Kakeknya lagi adalah mimpi buruk bagi Vanessa. Suasana rumah sudah berbeda, seakan-akan Vanessa lebih baik tinggal di rumah sakit dibandingkan harus pulang karena dia akan selalu mengingat kenangannya dengan Mas di Kertanegara atau pun di Hambalang.

KAMU SEDANG MEMBACA
He Fell First and She Never Fell?
Fanfiction"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer!⚠️ Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar. Untuk readers baru, supaya nggak bingung, lebih baik baca dulu "The Qonsequences" baru ceri...