78. Apa?!

450 53 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sini deketan, nah gitu. Lucunya. Imut bener adik gua, pengen gigit!"Alvion memeluk gemas adiknya itu."Udah wangi, yok ke sekolah!"

"Abang, dasi abang belum di pake,"tunjuk Alvian di kerah abangnya itu. Kenapa penampilan abangnya ini tak sama seperti dirinya.

"Nggak apa-apa, gampang gua mah. Kalo adik gua yang imut ini harus pake semua, nanti di hukum kalo nggak pake." Ia mengusap pelan pipi Alvian yang memerah, mungkin karena dingin sehabis mandi tadi.

"Tapi, abang ..."

Alvion menutup bibir adiknya itu,"Punya adik yang polos kek Vian gini bahaya ya besty! Banyak tanya, untung sayang, kalo nggak udah gua cubit tu pipi sampe lebar!" Untung kesabarannya luas, jika tidak ia akan menggigit pipi adiknya itu karena sudah gemas sekali.
"Jangan ngomong lagi, turutin aja kenapa sih. Inget peraturannya kan?"

"Iya, nggak boleh terus tanya-tanya yang tidak penting dan nurut sama bang Vion."

"Naah cakep! Gitu baru adek gua!"

Hari ini adalah hari yang paling membahagiakan bagi Alvion. Karena mereka akan kembali kesekolah lagi. Dulu jika dirinya pergi ke sekolah hanya sendiri dan sungguh sangat membosankan. Maka sekarang ia pergi dengan adiknya di tambah tak ada lagi masalah yang timbul.

Semuanya sudah baik-baik saja sekarang. Jadi lebih bahagia saja, tak apa bukan jika ia menyuruh adiknya itu untuk diam agar tak merusak kebahagiaan di hari yang bahagia ini.

Seperti menjalani kehidupan yang baru, begitu Alvion menyebutkannya.

"Udah siap? Dari tadi gua nungguin, lama banget sih, ngapain aja di dalem. Nggak boleh masuk lagi!"Deon melipat tangannya di dada."Kayak cewek tahu nggak!"

"Yang suruh nungguin siapa? Nggak ada tuh gua suruh elo nungguin kita, ya kan dek?"

Alvian mengangguk."Kita tidak ada suruh abang buat tunggu ..."

"Jangan panggil abang, dek. Lupa ya?"sela Alvion. Tak suka saja mendengarnya.

"Iya bang, maksudnya De-on." Alvian hanya cengengesan saja menatap Alvion.

"Mulai mulai, udah mulai nih pilih kasihnya, apa salahnya coba!" Jangan marah, nanti wajahnya nanti keriput. Sudah lah, Deon mengalah saja."Mentang-mentang abangnya, awas aja kalo gua punya adek nanti!"

"Kalian sudah siap? Kenapa tidak ke ruang makan?" Axian yang datang, ia bingung saat tak melihat kedua adiknya itu."Mommy dan Xander sudah membuat makanan untuk kita."

"Iya, bang. Tadi ngerapihin rambutnya, Vian. Sekarang udah selesai. Ya udah kita sarapan sekarang aja."

Axian merapikan rambut Alvion agar lebih rapi lagi.

"Kenapa sih bang? Kan bagus tadi, nggak usah dirapiin lagi,"kesalnya.

"Itu berantakan, Vion. Seperti ini saja, lebih bagus. Tampak seperti anak baik-baik dan seperti Vian. Lebih tampan."

Alvion memutar matanya malas, apa salahnya berantakan seperti itu."Jangan ketawa! Ketawa aja terus!"

Tawa Alvian segera berhenti saat mendengar itu. Ia hanya tertawa karena susah-susah Alvion membuat rambutnya tadi, sekarang malah di rapikan seperti dirinya."Maaf abang, tapi lebih bagus!" Ia memberikan jempolnya pada abangnya itu.

Baiklah, Alvion tak akan marah."Nanti pagi hari yang cerah ini ternodai!"

Mereka segera pergi ke arah meja makan. Tampak Alexa dan Xander sudah menyiapkan makanan sekarang.

"Makanan kesukaan kalian,"

"Widih! Makanan kesukaan aku juga ada, mom?" Deon tak menyangka jika Alexa juga membuatkan dirinya makanan kesukaannya juga.

"Tentu, makanlah, Deon."

Ini hanya sebagai tanda terima kasih karena Deon sudah berjasa untuk membantu menemukan kembar. Jadi tak ada salahnya bukan membalas jasanya sekarang. Apalagi orang tua dari Deon sedang berada di luar negeri. Jadi tak masalah jika dirinya menyiapkan makanan kesukaan Deon juga.

Ia sudah menganggap Deon menjadi anaknya sendiri.

Mereka segera duduk di kursi masing-masing kecuali Reon yang memang duduk di kursi rodanya sendiri.

Tak ada pembicaraan selama makan, kecuali pemandangan Alvion yang sesekali di suapi oleh Xander. Dan Alvian yang di suapi oleh Axian.

Terkadang Alexa juga mengambilkan beberapa lauk tambahan untuk Reon karena tak bisa mengambil makanan.

Hingga sampai dering telepon terdengar oleh mereka.

"Ponsel siapa?"tanya Alexa.

Mereka memandang satu sama lain dan mengecek ponsel masing-masing tapi tak ada satupun yang berdering.

"Deon, itu ponselmu,"tukas Reon, kenapa anak ini tidak melihatnya.

"Eh iya kah?" Ia hanya cengengesan saja dan segera melihat ke arah ponselnya."Siapa nih? Kok nggak ada nama!"

"Jawab aja, siapa tahu penting." Ujar Alvian yang di setujui oleh mereka semua.

"Oke,"Deon segera menjawab panggilan telepon itu."Halo? Dengan siapa dimana? Deon di sini, si ganteng dan baik hati dan tak pernah sombong."

Tatapan mereka semua terlihat datar saat mendengar apa yang Deon katakan. Itu terdengar narsis sekali.

"Iya, iya bener! Gua anaknya! Kenapa emang?"Deon berbicara sambil tetap makan. Ia mendengarkan dengan seksama. Tapi saat akan menyuapi nasi ke dalam mulutnya kembali. Sendok yang berada di tangannya itu tiba-tiba saja terjatuh ke lantai membuat mereka semua tertegun.

Bahkan ponsel Deon juga jatuh ke lantai.

"Deon, elo kenapa? Dari siapa emangnya?" tanya Alvion. Tampak sekali jika Deon tengah syok sekarang."Ada masalah?"

"Ada apa? Kenapa kau bereaksi seperti itu,"ucap Reon dengan bingungnya.

"V-ion, nyokap sama bokap gua kece-lakaan ..."

"Apa?!"

Vote →Comment →Follow

Vote →Comment →Follow

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alvion & AlvianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang