Bagaimana jadinya jika seorang remaja laki-laki nakal dan tidak bisa di atur berpindah tubuh ke tubuh remaja yang polos penuh dengan penderitaan.
Bagaimana juga dengan sebaliknya, bagaimana jika seorang remaja polos berpindah tubuh ke remaja nakal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sedih rasanya melihat Alvian yang tak berdaya saat ini, suhu tubuh Alvian sangat tinggi. Alexa jadi bertambah khawatir sekarang.
"Alexa, maaf karena terlambat menghubungimu, aku tadi merawat Vian sebentar." Bagas merasa bersalah karena tak menghubungi Alexa secara langsung.
"Tidak apa-apa, terima kasih sudah merawat Vian." Alexa lebih khawatir pada anaknya sekarang. Ia memeluk anaknya itu.
Dwi mengusap punggung Deon,"Deon, apa yang tadi mama katakan? Kau tidak mau berbicara pada Vion? Vion sudah berada di sini, jangan terlalu egois sayang. Ayo meminta maaf terlebih dahulu."
Pandangan Deon berlatih menatap Alvion yang juga berada di samping adiknya itu. Dia memegang tangan Alvian dan tak melepaskannya sedari tadi.
Alexa juga menatap anaknya,"Vion, kau ingin berbicara pada Deon bukan. Kenapa tidak bicara sekarang."
Tahu sekali jika Alvion terus ingin bertemu dengan Deon dan Dwi. Tapi karena Deon tak ingin bertemu dengannya maka dari itu Alvion menjadi sedih.
Kedua orang itu menatap satu sama lain dengan ragu.
"Deon,"
"Vion,"
"Elo dulu,"
"Elo dulu,"
"Elo,"
"Elo,"
Xander berdehem untuk menengahi, jika mereka begitu terus kapan mereka akan berbicara.
"Ya udah gua dulu," Alvion mengambil nafas."Maafin gua, gua emang bener-bener nggak bermaksud buat jatohin makanannya kemarin, gua kaget karena sup'nya panas, dan gua nggak tahu gara-gara itu mama Dwi kaget dan langsung jatoh. Elo bener, ini salah gua."
"Enggak!" Deon menatap sahabatnya itu dengan sendu."Elo nggak salah, bener kata mama. Gua aja yang egois karena nyalahin elo, elo tahu sendiri, selama ini gua jadi anak tunggal dan kesepian. Jadi pas denger mama hamil gua seneng banget, sampe-sampe gua udah ngehayal buat ngelakuin banyak hal nantinya setelah adik gua lahir. Seharusnya gua yang minta maaf, gara-gara gua elo ... Vian juga jadi gini."
Lihatlah Alvian dek menjadi demam karena hanya ingin meminta maaf pada dirinya.
"Abang ... abang udah maafin bang Vion ..."
Mereka melihat ke arah Alvian yang bergumam dalam tidurnya itu.
"Kalian lihat sendiri, Alvian bahkan mengatakan itu dalam tidurnya. Ku harap setelah Alvian sadar nanti kalian fan lagi bermusuhan seperti itu,"ucap Axian."Aku tidak ingin kalian juga terus berkelahi seperti ini, bukankah kalian bersahabat?"
Alvion dan Deon mengangguk bersamaan.
Deon juga seketika memeluk Albion."Maafin gua! Gua nggak akan gitu lagi ..."
Mulai kembali, Alvion hanya bisa menatap datar Deon yang berada di sampingnya ini."Kali ini aja nggak apa-apa, nanti nggak akan gua kasih untuk meluk. Vian, semoga aja nanti cepet sehat, kalo udah bangun bakal gua omelin lama! Dia nggak seharusnya ngelakuin hal itu. Kenapa elo baik banget sih, Vian! Kalo orang lain yang ingin manfaatin elo pasti gampang bener! Untung aja elo adik gua yang paling baik dan imut, jadi nggak bakal ada yang ada manfaatin sikap baik elo itu! Maafin gua juga karena tingkah gua yang lebay, pasti elo khawatir sama gua atas masalah ini, ternyata gua masih belom paham sama adik sendiri. Seharusnya gua udah paham karena Vian itu polos, kan kalo udah paham , gua bisa cegah elo pergi dari rumah, elo nggak akan sakit kayak gini."
Mereka tersenyum melihat Deon dan Alvion yang sudah berpelukan seperti itu, itu artinya mereka benar-benar sudah berbaikan.
"Mama ..."
Dwi menghentikan Alvion yang juga ingin berbicara kepadanya."Bukankah om Bagas sudah mengatakan padamu jika itu bukan salahmu, Vion. Jadi jangan meminta maaf lagi, ini takdir dan tak ada sama sekali salahmu. Sudah jangan pikirkan lagi, sekarang kita harus jaga Vian. Semoga saja demamnya cepat turun. Akan bahaya jika terus panas seperti itu."
Baik sekali, Alvion tersenyum tipis mendengar apa yang dikatakan oleh Dwi. Mungkin jika orang lain pasti mereka sudah menyalah'kan dirinya saat ini.
"Mommy, panas Vian udah turun apa belom?"Alvion kembali mendekati adiknya itu.
"Syukurlah panas Vian turun sedikit, sepertinya nanti pasti Vian akan bangun." Alexa lega saat melihat termometer yang ia lihat saat ini, walaupun masih panas tapi ini sudah lebih baik karena suhunya turun sedikit demi sedikit.
Deon juga ikut berbaring di samping Alvion. "Maafin gua Vian, cepat sadar dan sembuh. Gua semakin ngerasa bersalah nanti kalo elo demam gini."
"Sudah, kalian tidur juga. Ini masih belum pagi, kalian tidak boleh begadang seperti ini." Axian menyelimuti ketiga bocah itu.
Di luar juga masih saja hujan, bahkan sangat dingin, takut nantinya Alvion dan Deon juga tertular demam.
Tak menolak, Alvion dan Deon mulai menutupi mata mereka karena ini masih belum pagi.
Semoga saja besok pagi keadaan Alvian juga sudah membaik dan tak lagi panas.
Melihat Alvion dan Deon yang sudah memejamkan mata mereka. Xander segera menyuruh Dwi dan Bagas juga beristirahat. Apalagi Dwi yang baru saja keguguran. Dia pasti butuh istirahat yang banyak.
"Baiklah, kaku begitu kami pergi dulu, kami ada di sebelah. Jika ada sesuatu terjadi pada Vian maka beritahu kami."
Alexa dan yang lainnya hanya mengangguk saja, mereka akan berjaga hingga Alvian membaik nantinya.
"Cepat sembuh anak mommy, anak mommy baik sekali." Alexa mencium kembali kening Alvian, anaknya ini sungguh berbeda dari yang lain. Dia sangat penyayang dan terlalu polos.