**********Sorry For Typo*********Eunwoo menghela nafas, akhirnya tugas semester kali ini kelar juga. Setelah menghabiskan beberapa waktu dan hanya bisa chat dengan kekasihnya, sekarang semuanya selesai dan ia bahagia.
Segera ia mengambil ponselnya dan men-dial kontak my wife.
"Haloo~" Eunwoo mengerutkan keningnya, ini bukan suara Suzy. Suara berat seperti laki-laki.
"Suzy ada yang menelponnya, Eo~ sorry sepertinya ini kekasihmu." Eunwoo langsung bernafas lega, nyatanya pria ini tahu bahwa yang menelpon adalah kekasihnya. Hampir saja ia mengeluarkan sumpah-serapahnya.
"Halo~ my husband," sejenak Eunwoo mengatur nafas memegang dadanya yang bergemuruh cepat, suara Suzy. Ouh~ ia merindukan kekasihnya ini.
"Sayang, kau masih disini?"
"Ya, aku masih disini. Menanti dan merindukanmu." Lirih Eunwoo, biar saja dia dianggap cengeng toh~ ia sedang rindu berat. Terdengar kekehan dari sana.
"Dibandingkan seperti merindukan kekasih, sepertinya kau lebih terlihat merindukan ibumu." Kekehan Suzy membuatnya tersenyum
"Ibuku tak perlu dirindukan, karna aku masih bisa menatapnya setiap saat."
"Aku tahu itu. Kau bahkan sering tidur bersama ibumu kalo kau merindukanku." Eunwoo ikut tertawa mendengar Suzy tertawa, ah~ tawanya itu bikin makin kangen.
"Salahkan dirimu saja, kata teman-teman dan para readers aku ini sudah menjadi budak cintanya Cha Suzy."
"Hah? Cha Suzy? Siapa itu? Selingkuhanmu?"
"Tentu saja itu kau. Cha Suzy, kau kan resmi milikku, margamu juga ganti."
"Tak mau lah diganti-ganti, janji suci depan penghulu aja belum."
"Kau ingin aku menyeretmu sekarang juga yah?" Suzy kembali tertawa dan Eunwoo bahagia, keduanya kembali berbincang sampai larut untuk mengisi kekosongan dalam hati akibat Rindu.
"Aku ingin memelukmu. Menciummu. Sepanjang hidupku."
"Aku masih butuh makan kalo kau lupa. Pelukan dan ciuman takkan buat kenyang." Dan keduanya beriringan dalam sebuah canda tawa menikmati malam dan waktu yang berbeda dua negara tersebut.
"Aku merindukanmu." Lirih keduanya sembari menatap langit, tersenyum dan menyeka setitik buliran dipipi.
Cengeng. Biarlah. Yang penting cinta.
*
*
*
TBC