01.06

7.8K 846 102
                                    

Dharma nepuk lembut pundak Rendi yang masih nangis. Masih kaget pas tau Sakura udah meninggal.

"Bun."

"Iya kak?"

"Kakak berdosa banget ya? Kakak emang mau dia jauh tapi bukan meninggal. Nanti Bara gimana?"

"Emang kakak bakalan nikahin dia kalo masih hidup?"

Rendi gelengin kepalanya pelan, "Aku gatau. Aku gak mau pisah dari Arjuna."

"Kakak sayang Bara gak?"

"Sayang kok Bun. Gimana pun dia anak kakak."

"Kalo seandainya keluarga besar Arjuna gak suka ada Bara gimana?"

Rendi diem bentar sebelum senyum tipis, "Ya gapapa."

"Gapapa gimana?"

"Ya berarti aku harus lepasin Arjuna. Aku gak mungkin buang Bara. Aku terlanjur sayang sama buntelan lemak itu."

Dharma ketawa denger anaknya ngatain si bayi, "Duh udah jadi nenek aja nih Bunda."

"Maaf ya Bun."

"Udah gapapa. Semua udah lewat kak. Ayah udah nyaritau keluarga Sakura tapi mereka semua nolak kenal sama dia, gatau kenapa. Jadi Ayah udah ngurus semuanya termasuk masalah Bara. Kakak yakin mau lepas Arjun?"

Rendi senyum tipis, "Kata dia, orangtuanya gak masalah karena mereka tau semuanya. Tapi kita gatau kan kalo hati orang bisa berubah."

"Kata siapa?"

Rendi duduk tegak pas denger suara Arjun. Dia noleh dan liat pacarnya senyum lebar ke dia.

"Loh kapan dateng Jun?"

"Barusan Bun, Mama sama Papa lagi sama Ayah di depan."

"Kalo gitu Bunda kedepan dulu."

Dharma ninggalin Arjun sama Rendi yang masih diem-dieman itu. Arjun akhirnya maju buat meluk pacarnya, "Kamu masih kecil aja, padahal udah punya anak."

"Apaan sih! Ngapain Papa sama Mama dateng?"

"Apalagi, nemuin cucunya lah."

"Cucu?"

"Iya, Baradana Junata Siahaan."

"Jun--"

"Jadi, mana anak aku?"

.

.

.

"Gitu dek Mama sama Papa mu tuh. Nempel gak mau lepas."

"Bacot Jenoardi!"

"Dih ngegas! Anaknya tuh diurusin. Sampe kapan aku harus liat Chandra sama bang Mark main rumah-rumahan?! Gerah aku kak!"

"Gak! Bara itu anakku sama Mas Al!!"

"Ehh enak aja!!"

"Kak Arjun diem yaa!!"

"Dasar induk kucing!"

"Abang! Mas, abang tuh ganggu terus!"

Mark ngelirik Jeno, "Mingkem Jen."

Jeno ngedecih kesel. Sakit mata dia liat kakaknya yang ndusel di pacarnya sama adeknya yang lagi main rumah-rumahan bareng pacarnya plus si bayi gembul.

"Makanya songong belanjain cewek jajan, sekarang marahan kan sama Nana."

"Dek gak gitu!"

"Adek tau yaa!!"

"HILIH!!"

"Huweee!!"

"KAN DEDEK BAYINYA NANGIS! ABANG SIH!"

"KOK ABANG?!"

"HUWEEEE!!"

"LOH KOK MAKIN KENCENG NANGISNYA?! KAKAK GIMANA NI?!"

Rendi hembusin nafasnya jengkel terus ngambil anaknya dari Mark sama Chandra yang repot sendiri. Dia balik duduk disamping pacarnya terus naruh Bara di atas dada Arjuna.

"Kan diem si dedek."

"Uwaaa~ kok jadi keliatan kayak keluarga bahagia?"

Arjuna senyum lebar, "Yakan emang."

"Kapan nikahan?"

"Nanti liburan semester."

"SEMINGGU LAGI DONG?!"

"HUWEEE!!"

"JENOARDI!!"

"AMPUN!!!!"

*******
Jadi Hua itu artinya bunga. dan aku milih Hua sebagai nama lain dari kemudahan alias masalah Kak Rendi gak bakalan ribet.
Dan Qi itu artinya kehormatan. dan aku milih itu sebagai kebalikan dari Hua.

SIAP MEYAMBUT NIKAHAN KAK RENDI?!

Hey. Bae. Like it. [MarkHyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang