01.30

7.2K 793 89
                                    

08:12/ 29.04

Dharma seumur hidupnya gak pernah liat Johnny sama Jeno semarah ini. Mereka bertiga lagi ada di dalem mobil setelah beberapa jam gak dapet kejelasan dimana Chandra dibawa sama Gerald.

Apalagi kalo inget muka Mark yang keliatan kayak siap makan orang itu. Dharma juga gak ngelak kalo dia marah, dia marah banget sampe rasanya dia bisa matahin semua tulang Gerald dan anak buahnya pake dua tangannya sendiri.

"Jadi, adek yang kita kenal cuma bisa makan sama ngerengek itu orang yang selama ini dihindarin sama semua orang di dunia bawah?"

Pertanyaan Jeno bikin Dharma hembusin nafas pasrah, dia liatin jalan di depannya pasrah.

"Bunda gatau seberapa banyak hal yang gak tau tentang anak-anak Bunda sendiri."

Jeno pejemin matanya pelan, "Dan abang gatau seberapa banyak rasa sakit yang adekku rasain sekarang karena omongan gak berguna abang."

"Abang mau bales rasa sakit adek?"

Dharma liatin Johhny yang nanya Jeno. Jeno yang ditanya gitu langsung buka matanya dan tanpa ragu jawab iya.

Dan Dharma gak tau sejauh apa lagi Jeno ngelangkah sama Johnny pas suaminya itu lemparin satu pistol kearah Jeno.

"Inget cara pakenya?"

"Lock and bang."

Johnny senyum miring, "Oke."

"Selesai ini Bunda rasa kita perlu ngobrol lagi."

"Berempat?"

"No, berlima sama kakak yang tadi dateng bikin kita semua panik."

.

.

.

23:40/ 28.04

Hampir jam 12 malem dan Rendi masih bangun gara-gara suaminya belum pulang dari rumah sakit. Dia baru aja naruh gelas isi teh angetnya di atas meja pas komputer yang biasa dia pake 'kerja' nyala.

Rendi nyaris ngejungkel sangking kagetnya pas komputer dia nampilin program yang jalan sendiri. Dia duduk di kursi yang dia sediain di depan komputernya terus mulai buat mecahin kode yang dibawa sama program itu.

Matanya melotot pas liat kode sama nama yang ada disana. Dia buru-buru ngelacak darimana asalnya sumber kekagetan dia malem ini. Dan makin kaget pas nemu hasilnya.

"Bangsat!"

"Heh! Suami baru pulang udah di bangsatin aja!"

Rendi buru-buru noleh dan nemuin Arjun yang mau lepas sepatunya.

"Jangan lepas sepatu! Kita pergi!!"

"Kemana?!"

Arjun liatin Rendi yang lari ke kamar mereka heran. Matanya langsung melotot liat Rendi yang bawa Bara pake satu tangan sedangkan tangan dia yang lain nenteng laptop.

Rendi gak ngomong apa-apa tapi dia langsung keluar apartnya dan ngetok brutal unit apart disamping kanannya. Ada cewek yang keluar darisana, "Apaan?"

Rendi langsung kasi Bara ke cewek itu, "Titip."

"WEH?!"

"4169E1. Nanti gue kirimin lebih jelasnya. Pantau terus!"

Rendi liatin Arjun yang masih bingung dibelakangnya, "Bisa perketat kemanan disini? Nanti aku jelasin dijalan."

Arjun ngangguk terus nelepon bawahannya. Rendi balik liatin cewek di depannya yang masih kaget itu.

"Din! Fokus! Ini masalah hidup mati adek gue!"

"Tapi itu kode SOS Phantom!!"

"Ya gue tau!! Sekarang gue pergi dulu, lo tenang aja. Lo aman, 100% aman. Gue titip Bara."

Rendi langsung narik Arjun buat ninggalin apart dan cewek yang buru-buru kunci pintunya terus aktifin mode aman di dalem apartnya.

Cewek itu masuk kedalem kamar dan nidurin Bara dikasurnya dan dia sendiri mulai nyalain laptopnya. Udah ada kiriman file dari Rendi.

"Oh shit! Yang gue liat ini apaan bangsat?!"

.

.

.

00:47/ 29.04

"Adek, dia Phantom."

"HAH?!"

Arjun nyaris ngerem mobilnya kalo gak inget sekarang mereka lagi ditengah jalan yang penuh kendaraan. Dia liatin Arjun yang masih fokus sama laptopnya.

"Kamu tau darimana?"

"Barusan surel yang biasa aku sama Phantom pake kebuka sendiri, banyak kode baru dan aku nemuin itu kode yang dulu aku ciptain bareng Chandra sama Jeno. Kode yang kita pake kalo main petak umpet."

"Kalian main petak umpet pake kode program?!"

Rendi ngelirik Arjun kesel, "Gak gitu! Kita pake kode warna!"

"Oke, sekarang gimana?"

"Chandra di culik, lokasi terakhir dia ada di Pinggir Kota."

"Bunda?"

"Kita coba berdua dulu."

.

.

.

03.28/ 29.04

Chandra duduk di depan cewek yang terus ngasih dia senyum manis. Chandra liatin cewek di depannya waspada. Dia gak mau jatuh kedalem jebakan orang-orang yang sekarang lagi nyulik dia itu.

"Mau minum? Air putih biasa kok, nih."

Chandra ragu-ragu nerima botol air yang masih kesegel itu terus neguk isinya setelah dia buka tutup botolnya. Chandra masih liatin cewek di depannya yang tetep senyum kearah dia.

"Satu...Dua...Selamat tidur~"

Cewek itu senyum lebar pas liat Chandra yang udah jatuh tidur di depannya, "Jadi, Chandra. Kamu denger aku?"

"Ya."

"Kamu harus inget ini, kamu adalah bagian dari kami dan kamu adalah budak setia Gerald. Apa yang dikatakan Gerald adalah mutlak, kau paham?"

"Ya."

"Siapa kau Chandra?"

"Budak setia Gerald."

Cewek itu senyum lebar terus balikin badannya buat ngeliat Gerald yang senyum lebar.

"Kerja bagus."

.

.

.

04:56/ 29.04

"Kita gak bisa kalo cuma berdua."

Rendi liatin rumah yang di kelilingin penjaga di depannya. Dia gak bisa bayangin, apa yang terjadi sama adeknya di dalem sana.

Dia buru-buru nelepon Mark, bener kata Arjun. Mustahil mereka bisa ngatasin ini berdua doang kalo ngeliat gimana ketatnya rumah ini di jaga.

Rendi nempelin ponselnya ditelinga kanannnya.

"Ya."

"Perbatasan kota. Gue tunggu disana sama Arjun. Kita butuh pasukan lengkap."

*******

TMI: Ini kubuat setelah aku menangisi kebodohanku😭 Bisa-bisanya aku ngilangin cerita di bab ini😭 ini baru selesai kuketik terus langsung ku update, hehehe.

Hey. Bae. Like it. [MarkHyuck]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang