Salju telah turun dan menutupi seisi kota, terutama jalan raya. Tak menyangka hari ini pun tiba dimana tidak lama lagi adalah hari natal. Mungkin agak telat bagi mereka menyadarinya bahwa sebentar lagi pun tahun baru.
Namun..
Banyak diantara mereka tidak terlalu memikirkan hari istimewa tersebut, bukan karena suatu alasan yang penting juga. Hanya saja.. sudah lama sekali tidak melihat tumpukan dan bongkahan salju sejak tahun lalu."...Salju.." Raksesha menatap butiran lembut berwarna putih yang turun ditelapak tangannya.
Well, beralih pada kedua orang yang masih sibuk bertarung di depan kuil—kuil terlarang yang tidak pernah di huni atau di datangi oleh penduduk.
"Ini buang-buang waktu," ucapnya lagi seraya menghela napas. "Cepat pilih keputusanmu untuk ikut bersamaku mengalahkan Hanzo."
Melihat situasi disini, sepertinya Raksesha berhasil menaklukan Hayabusha yang sudah berubah menjadi Shadow Of Obscurity. Kesadaran Hayabusha belum sepenuhnya diambil alih. Jika dia betekad, Hayabusha mungkin masih bisa bangkit dan kembali bertarung.
"Tubuhku masih tidak mau merespon apa yang aku inginkan. Aku.. dirasuki oleh sesosok yang sangat gelap dan mengerikan. Apa maksudnya ini? Aku sama sekali tak mengerti." Hayabusha berbicara sendiri di alam bawah sadar.
Di alam bawah sadarnya, Hayabusha dikelilingi oleh aura menakutkan—begitu mencekik hingga ia sulit 'tuk bernafas. Warna merah gelap nan pekat sungguh mengingatkan dirinya pada darah. Benar-benar diluar logika, Hayabusha sama sekali tidak paham dengan situasi ini.
"Benar. Darah ini.. mengingatkanku pada kejadian kelam dan menyakitkan saat melihat semua ninja dibunuh oleh Hanzo. Dan disaat itu pula perasaanku sangat tertusuk ketika melihatmu mati, Hanabi..." ia menatap sekitar—noda darah semakin mengalir dibawah kakinya.
Alam bawah sadar ini seperti dunia yang tak mempunyai dasar—Hayabusha terus terjun.. dan barulah ia sadar kalau semakin dalam ternyata dirinya tenggelam dilautan darah. Jika ini alam bawah sadarnya.. maka Hayabusha mengakui rasa sedih yang ia alami selama ini.
Dosa.... dan juga ke-munafikan telah ia akui.
Hayabusha tidak dapat berpikir secara jernih. Ia pun tidak mau berakhir hanya karena ini sudah terjadi.Namun, setelah tubuhnya tenggelam lebih dalam bahkan lebih dalam dari apa yang kalian kira—disitu pula ia merasakan adanya aura negatif yang begitu pekat.
"Semua perasaanku harus kubuang. Aku harus bisa meraih rasa benci yang ada dibawah sana." entah dengan sadar atau tidak, Hayabusha berkata demikian.
Didasar sana.. terdapat api kebencian berwarna merah pekat. Mungkin karena ia tidak tahu lagi mesti melakukan apa—Hayabusha pun lebih memilih untuk mengambil sepercik api tersebut. Tapi.. saat tangannya beberapa inchi lagi, ternyata ada satu sosok yang tengah menghalanginya.
Sosok itu kelihatan samar, tapi Hayabusha bisa merasakan kalau dirinya itu terlihat sangat mirip. Ia mengenakan topeng, rambutnya terkucir panjang dan bola matanya sangat merah.
Shadow Of Obscurity...
Menatapnya secara tajam. Jarak diantara keduanya sangatlah dekat. Entah mengapa sosoknya itu sama sekali tidak mengeluarkan suara—ia tak berbicara dan terus melindungi sepercik api tersebut."...Apa.. aku tidak boleh memilikinya?" Hayabusha bertanya seraya memastikan.
Shadow Of Obscurity bergeleng tanda "Tidak."
"Begitu, ya.."
Tapi, penolakan yang Shadow Of Obscurity lakukan tertuju pada keputusan Hayabusha. Jika Hayabusha menginginkan "inti" dari rasa "benci" tersebut.. maka ia harus memantapkan dirinya untuk membuang semua perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[S2] ⚫ MOBILE LEGEND - FANFICTION
Fanfiction[SELESAI REVISI] - MLFF S2 adalah cerita penuh drama dengan sentuhan "Action" dan "Lemon". WARNING : CERITA INI KHUSUS UNTUK 18+