97. Defeat and Reward?

1.1K 173 46
                                    

Acara diawali dengan upacara formal. Yang dilakukan begitu khidmat. Kepala sekolah menyampaikan pesan yang begitu menyentuh. Membuat siapapun terharu. Bahkan para siswi sudah banyak yang menangis.

Kecuali Sakura...

Tak ada yang perlu ditangisi. Toh, bukan kematian kan? Itu lah yang ada dipikiran nya.

Setelah acara penerimaan, kemudian bagian yang ditunggu pun akhirnya tiba.

Pengumuman untuk para jenius disana. Mereka akan dipersilahkan maju, berdiri di atas panggung untuk berpidato dan menerima penghargaan besar. Apalagi bahkan sudah banyak universitas yang mengincar para jenius itu.

Dan yang disebutkan, mulai dari Neji, Gaara, Sasuke, Sakura dan yang terakhir Shikamaru.

Siapapun sudah menebak, namun masih terkejut melihat mereka!

Hanya Sakura... satu-satunya perempuan disana.

Fugaku dan Mikoto bahkan terkejut bahwa Sakura akan menempati posisi kedua dan menggeser posisi Putra mereka. Ini... sungguh menakjubkan! Mereka menjadi semakin menyukai gadis itu.

Langka sekali, Sasuke bisa dikalahkan. Apalagi oleh seorang gadis! Juga, Sasuke nampaknya senang-senang saja saat posisi nya digeser Sakura. Tentu saja, mana mungkin ia marah pada gadis nya bukan? Justru ia malah bangga dan semakin senang bahwa pacar nya begitu mampu dan bahkan lebih baik darinya.

Yang dibutuhkan Sasuke adalah gadis yang pintar, kuat, mandiri, bisa diandalkan dan juga cantik. Walau sesekali Sakura kadang manja, itu tidak masalah. Karena Sakura lebih sering melakukan semuanya sendirian. Ia pintar mengatasi banyak hal dan tak selalu bergantung padanya.

Sasuke tahu, dalam lubuk hati Sakura, gadis itu pasti ingin sekali bertingkah dan mengalami hal biasa yang dialami para remaja yang sedang jatuh cinta atau apapun.

Namun, ingatkan saat kencan? Sakura lah yang selalu maju atau melakukan apapun untuknya. Apa yang harusnya dilakukan pacar laki-laki, semua dilakukan Sakura padanya. Gadis itu mengenalnya dengan baik.

Sasuke bukan tipe orang ribet yang suka mengurusi hal-hal itu. Beruntung Sakura mampu melengkapi nya.

Maka dari itu... mana mungkin ia melepaskan nya, bukan?

Sasuke menatap gadis cantik yang begitu menawan. Nada nya saat melakukan pidato singkat itu, walau ada kemalasan... itu begitu menawan.

"Sebenarnya, ya... saya ini selalu nampak seperti seorang pemalas. Semua orang mengatakan bahwa saya bisa menempati posisi ini karena keluarga saya. Beruntung pihak sekolah begitu jujur dan adil. Dan inilah pembuktian nya..."

Kata-katanya begitu manis. Namun, Sasuke terkekeh kemudian. Dilihat dari ekspresi dan tampang nya, walau Sakura nampak begitu menyakinkan, ia nampak seperti mengatakan omong kosong formalitas.

Benar-benar khas Sakura.

Selesai menerima pengharagaan dan berpidato, Sakura pun turun dan disambut baik para sahabat nya.

"Pidato mu bagus sekali, Jidat!" seru Ino antusias. "Aku bahkan terharu." kata Hinata. Sakura sweatdrop. Omong kosong yang dimuntahkan nya sebagai formalitas... dianggap serius oleh mereka. Astaga, benar-benar deh.

"Hehe, terimakasih." jawab Sakura nampak pura-pura malu. "Jika begini, jelas calon mertua mu akan semakin menyukai mu, dibanding si Cabai Merah itu." kata Tenten sembari melirik kearah Karin dan kawanan nya yang nampak kesal, geram dan iri.

Bagaimanapun, Sakura begitu tak tertandingi.

Dengan kemampuan nya yang serba bisa, tak salah banyak yang menyukai dan membencinya. Karena bagi mereka, itu tidak terlalu realistis. Sakura bukan Dewi, bagaimana bisa ia begitu sempurna?

WeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang