III. | Sekolah Militer Dresden

82 18 1
                                    

Kota Folia mungkin terlihat lebih kecil dari Kota Nelayan, tapi gegap gempita kota itu pagi ini seperti sebuah festival.

Jalan-jalan paving block yang semula tampak monoton kemarin terlihat mengkilap tertimpa sinar matahari. Sepertinya dipercantik dengan menggunakan sihir, karena batu-batu itu terlihat berbeda. Kilaunya lebih tajam, ada juga dari batu-batu itu yang tampak berwarna. Ann tidak terlalu memperhatikan adanya banner-banner Provinsi Leanan yang berwarna biru terpampang kemarin bersamaan dengan bendera warna-warni. Seakan-akan pagi itu jalanan terasa hidup demi menyambut hari yang baru. 

Banyak orang memadati jalanan kota dari pagi, tampak mereka datang dari stasiun dan langsung menuju ke arah Sekolah Militer Dresden. Sebagian mereka tampak mengenakan gaun mewah dengan gelimang emas yang kentara. Ada juga dari mereka yang sering Ann lihat di jalanan Kota Nelayan, para pedagang berpakaian gaun atau setelan terbaik mereka yang warnanya sudah mulai pudar. Mereka selalu membawa tas berisi dagangan mereka walaupun ini adalah perkumpulan untuk orang tua murid, sepertinya.

Oke, ini bukan saatnya melihat-lihat suasana di sekitarnya karena Ann bangun cukup telat. Dia hanya punya waktu lima belas menit sebelum jam tutup gerbang menurut buku panduan siswi.

Dari Asrama, pintu gerbang utama Dresden memang dekat. Mungkin lima menit kalau dia bisa berlari lebih cepat dari biasanya, atau tidak sengaja menyenggol beberapa tamu umum yang berbaris di pagar sebelah kiri.

Di pelataran utama sekolah, ada tiga meja putih disediakan, masing-masing diisi oleh tiga orang wanita dengan bros penanda bertuliskan ‘ADMINISTRASI’ tersemat di dada mereka. Salah satu dari mereka, wanita tegap dengan kacamata hitam tebal, mengernyit melihat Ann.

“Hampir telat, Calon Kadet Knightley.” ucapnya sinis. “Berikan Cincin Peri milikmu dan cepat lari ke ruang auditorium.”

Ann segera melepas cincin yang dipasang di jari manis tangan kanannya ke kotak yang sudah disediakan. Petugas administrasi di sebelah ujung kanan mengarahkannya ke pintu masuk sekolah dan menuju ruang auditorium yang letaknya terpisah dari gedung utama. Lorong-lorong dengan tiang putih menjulang serasa sangat sepi dengan hanya gema langkahnya dan petugas

Cincin Peri, alat serbaguna yang digunakan para pengguna sihir utama dan juga praktisi teknologi masa kini. Hampir semua orang memiliki Cincin Peri saat ini, terutama mereka yang akrab dengan sihir atau lingkungan militer. Tidak hanya digunakan ketika merapalkan energi sihir, Cincin Peri juga berguna sebagai alat komunikasi jarak jauh dan akses sumber geografis daerah setempat. 

Menurut surat perjanjian sekolah, Cincin Peri para siswi, selain ditambahkan data identitas sekolah, akan dipasang sebuah skema teleportasi yang dikhususkan untuk murid Dresden. Pelacak itu juga akan membantu membawa siswi-siswi yang tersesat atau hilang, katanya.

Cincin Peri milik Ann sebenarnya adalah bekas dari ketua barak Kota Caelia. Ia memberi Ann sebuah Cincin Peri sekedar untuk membantunya ketika menjadi lawan tanding beberapa tentara yang butuh latihan, tidak ada fungsi lain. Ann baru saja tahu kalau ia bisa melihat peta, atau bertukar pesan dan menelpon seseorang asal ia memiliki kode komunikasi yang sesuai setelah membaca buku petunjuk penggunaan Cincin Peri yang ada bersama buklet-buklet sekolah. 

Kakaknya berharap kalau Ann akan mendapat Cincin Peri baru dengan bersekolah di Dresden. Tapi, melihat cincin miliknya diambil barusan, tampaknya ia tidak akan mendapat fasilitas demikian. Mungkin cincinnya akan sekedar mendapat update terbaru.

Ann sampai di ruang auditorium, tepatnya dari pintu kecil yang terletak di samping pintu kayu besar yang tampak merupakan pintu masuk utama. 

Auditorium berlantai kayu legam itu terlihat cukup luas untuk menampung seluruh siswi tahun ajaran tersebut, membuat podium tinggi bertahtakan bunga yang terletak di sebelah utara ruangan terasa eksklusif dan jauh.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang