LIV. | Kaleidoskop

32 10 3
                                    

Kaleidoskop itu berkerlap-kerlip di tangan Ann, seakan meminta penuh perhatiannya. Benda itu hanya perlu diaktifkan dengan sihir, kata sang kakak, dan nanti Ann dapat melihat masa lalu yang dialami sang kakak dengan mata kepala Ann sendiri.

Apa yang akan diketahuinya nanti? Apa kakaknya tahu benar siapa sebenarnya adik yang ia pungut dan angkat menjadi bagian keluarga Knightley itu?

Julia memang orang yang paling jujur dikenali Ann, juga paling terbuka, tapi ada saatnya ia menjadi sosok tertutup yang menyimpan semuanya sendiri.

Seperti saat ia jelas kesusahan mengurusnya. Atau saat ia kelabakan dengan pekerjaannya yang terus-menerus bertambah padahal usianya belum matang. Atau saat ia hanya kembali ke rumah dengan sepotong roti yang mereka bagi dua untuk makan malam.

Mereka memang bukan keluarga fungsional yang berkecukupan, namun Julia sudah menjadikan Kota Nelayan dan barak tentara Caelia sebagai rumah baginya yang tidak jelas asal-usulnya.

Kaleidoskop di tangannya itu tampak berpendar pelan semakin lama dilihat. Simbol kupu-kupu merah di dasar tabung terlihat familier. Kupu-kupu merah yang ada di mimpinya. Kupu-kupu merah yang ada di sampul buku sejarah.

Kupu-kupu merah adalah spesies sihir yang sudah punah, Ann ingat Blair menjelaskan itu padanya. Kupu-kupu ini dulu banyak sekali di daerah pegunungan Caelia, dan juga di sekitaran Spriggan.

"Gloria?"

Gloria yang sibuk dengan jam sakunya menanggapi panggilannya tanpa menoleh.

"Apa di Spriggan ada kupu-kupu merah?"

Gloria berpikir sejenak, "Kupu-kupu? Ada, kalau tidak salah?" ia mencoba menggali ingatannya lebih dalam, sepertinya. Terlihat dari gelagatnya menopang dagu. "Sudah jarang terlihat, sih. Dulu saat aku kecil, sering ada kupu-kupu merah di sekitar rumah tetua Spriggan."

"Tetua?"

"Kakeknya Karen," jelasnya. "Lalu ada yang bilang kalau kupu-kupu itu suka terlihat di sekitaran medan perang di Spriggan, mungkin Hana ingat satu atau dua hal."

Ann mengernyit, "Entah kenapa aku tidak ingin percaya kalau Hana mampu mengingat sedetail itu."

"Haha, jangan meremehkannya, lho? Gitu-gitu dia mantan tentara anak-anak," ungkap Gloria. "Tentara anak-anak bukan sembarang anak kecil yang sekonyong-konyong pegang senjata dan dijadikan tentara."

Ann membiarkan pembicaraan itu terhenti di sana. Ia mungkin tidak ingin mendengar kenyataan, sama seperti bagaimana ia menolak Fiore yang menawarkan diri setelah Ann menerima kaleidoskop itu.

Kupu-kupu merah sering menjadi perlambang sebuah kejadian sihir tertentu, tapi kebenaran soal perlambangan ini cukup abu-abu. Ann belum sempat menanyakan ini ke Fiore, karena dibandingkan seluruh anggota Kelas Sembilan, Fiore tampak tahu banyak tentang sihir Angia, laksana ia bagian dari sihir Angia itu sendiri.

"Aku mau tidur, boleh lampunya kumatikan, Gloria?"

"Silakan saja~ selamat malam, Ann."

Ia tidak bisa terus-terusan menunda. Memang, memori dan tabung itu tidak akan kemana-mana, tapi rasa gundah dan kelimpungannya hanya akan membuatnya semakin tidak nyaman bila didiamkan.

Ah, rasanya memang lebih baik untuk terus cuek dan berada di ketidaktahuan.

-

Ann kembali pada laboratorium yang rapi dan bersih. 'Nina' tidak ada di mana-mana, hanya sang peneliti yang tengah melakukan input data ke tabung besar di hadapannya. Kacamata goggle dan masker masih menjadi ciri khasnya, sulit sekali melihat wajahnya dan si peneliti tampak tidak ingin melepas atribut laboratorium itu dalam waktu dekat.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang