LXVI. | Skak

22 6 1
                                    

Sigiswald Reinford, pria serba hitam dengan fedora hitam, Fiore tahu tentang beliau dari kaleidoskop memori Julia Knightley, namun Ann mengenal pria itu sebelumnya. Sebelum ia menjadi Jenderal. Pria itu menjadi kunci, terpaut dalam kisah yang Ann belum tahu jelas kebenarannya.

Diamati dari caranya berbicara di masa lampau, Sigiswald adalah seseorang yang mengutamakan tugas. Beliau tetapi bukan seorang yang kaku, terbukti dari bagaimana ia bercengkerama dengan si peneliti Tiana. Ia juga dihormati oleh Julia sebagai atasan yang sangat baik dan mengayomi. Sama seperti Julia, Sigiswald menyayangkan batalyon mereka yang dibubarkan, namun sebagai tentara berpangkat rendah dan bukan pemegang kepentingan, tidak ada yang bisa beliau lakukan.

Kini, beliau adalah Jenderal Besar berzirah emas, tangan kanan Kanselir Bluebeard yang mematuhi segala perintah atasannya sebagai utamanya pengawal. Tampak ia juga tercuci otak oleh pengaruh Progenitor, namun kesadarannya kembali.

Ann berpikir lama. Kenapa dia memanggil nama 'Tiana'? Apa yang sudah terjadi hingga efek Progenitor padanya hilang?

"Mikirin apa, soal si Jenderal?"

Fiore yang tengah mengobati punggungnya berseru. Ann mendecak pelan sebelum ia mengangguk.

Warden hitam itu bergerak secara autopilot sementara dan Eris masuk ke dalam kokpit mengamati situasi terkini dari layanan komunikasi mereka. Seluruh anggota Kelas Sembilan sudah kembali terkecuali mereka bertiga, sebuah berita yang cukup membahagiakan. Tinggal mereka saja yang menuju titik kumpul dan mereka meneruskan rencana dan pergi dari sana.

"Kalian kenal Paman Reinford?" Eris mengimbuh. "Memang dia yang terkuat di Bluebeard, sih, jadi wajar saja kalau Paman sangat terkenal."

"Wow, untung kamu tidak mati, Ann," cibir Fiore. "Aku bisa membayangkan nanti ketua kelas yang sudah tidak kalap memarahimu."

"Tapi kurasa ada tulang patah?" Ann terkekeh.

"Ada sih, sori penyembuhannya lama. Habis ini kayaknya kamu harus minta Bu Guru, energi sihirku sebentar lagi habis."

Ann mengerjap. Ia hampir melupakan hal itu, Fiore yang membantu mereka menggunakan sihir di domain ini karena mereka belum bisa menggunakan Cincin Peri dengan intensif. Karen sepertinya pernah menyebutkan potensi sihir besar Fiore, tapi mungkin kata 'besar' tidak cukup menjelaskan bagaimana ia bisa membantu energi untuk sebelas orang, dirinya sendiri, juga untuk mengoperasikan Warden hitam ini.

Tidak terbayangkan bila Fiore marah besar dan mungkin memuntahkan bola api - ah, tunggu, elemen utamanya angin, 'kan? Jadi, bola angin?

"... Sudah, cukup dulu." tukas Ann, mencoba berdiri dan menuju tempat Eris membaca log terakhir. Fiore mengikuti mereka berdua, memerhatikan dari belakang.

"Apa Reinford itu pamanmu?"

"Beliau sering sekali datang untuk melatih murid-murid Malvin saat dulu pangkatnya masih rendah. Dia sudah dianggap sebagai keluarga," Eris menyimpulkan. "Penghargaannya yang melimpah membuatnya naik cepat ke pangkat Jenderal. Dulu sekali dia lebih sering ditempatkan di garda depan. Kalau tidak salah Batalion Tingkat Empat."

Garda depan, Batalion Tingkat Empat, sesuai dengan memori kakaknya. Sigiswald Reinford di pecahan memorinya, kaleidoskop memori sang kakak, dan orang yang baru saja mereka temui dipastikan adalah orang yang sama.

Andai saja Ann bisa menanyakan soal nama itu - Tiana - dari sang Jenderal.

"Kakakku dulu ajudan Jenderal Reinford," Ann menjawab pertanyaan pertama Eris. "Tapi selain itu, aku tidak tahu banyak soal beliau."

"Hee ... kebetulan yang aneh. Kakakmu dari Caelia? Paman tidak pernah bilang kenal orang dari Caelia," Ann memicingkan matanya. Jadi proyek yang diawasinya benar-benar sebuah proyek rahasia yang bahkan keluarga kerajaan tidak ketahui. "Kalau kamu, tahu dari mana soal Jenderal?"

Ann menatap arah Fiore. Fiore meliriknya balik. Ia tampak seperti tidak ingin mengangkat topik itu untuk saat ini, Ann pun mengangguk setuju.

"Boleh kujawab itu nanti, Eris?"

"Haha, tidak apa-apa~ santai saja~ toh kita sudah punya cukup banyak masalah untuk sekarang ini. Kalau ditambah pikiran lagi, rasanya aku juga tidak sanggup."

Masih belum ada kabar dari Dresden hingga saat ini. Mereka tidak mungkin bersembunyi terlalu lama ketika tahu Caelia akan diserang oleh tentara 'boneka' dan sihir luar biasa Progenitor.

"Pulau Penjara itu apa sangat terisolasi?"

"Sangat. Letaknya di tengah-tengah laut. Bangunannya tinggi seperti kastil tua dengan menara menjulang, tapi ruang bawah tanahnya berliku dan luas. Bisa dibilang, tumbuh ke atas dan ke bawah," Eris menjawab Ann. "Biasanya butuh sehari kalau pakai kapal dari Swanson. Teleportasi itu hemat waktu sekali, ya."

"Eh? Kamu belum pernah pakai sihir teleportasi sebelumnya? Dari kerajaan, gitu?" Fiore terheran-heran.

"Aku jarang ke Pulau Penjara, sih. Paling cuma saat menemui dan menjemput Alicia."

Alicia, siswi Kelas Sembilan dan yang di antara mereka dengan status paling dipertanyakan. Mereka mempercayai narapidana itu tanpa syarat, sebuah hal yang mungkin Alicia kerap ulang-ulang sebagai sebuah hal lucu. Tanpa Alicia, Pulau Penjara mungkin tidak akan pernah menjadi opsi tempat kabur mereka. Memang, tidak ada daerah aman lagi di sekitaran kota Baldwin dan barat Bluebeard secara keseluruhan.

Entah Kanselir akan membesarkan pengaruhnya dengan bantuan tongkat Progenitor atau tidak, tapi yang pastinya kendali beliau pada tongkat itu adalah hal yang sangat berbahaya.

"Kamu kenapa mengambil napi? Memangnya di Bluebeard tidak ada orang lain yang bisa diajak sekolah? Yang mirip Hilde, mungkin?" Fiore blak-blakan bertanya.

"Lebih tepatnya, tidak banyak yang bisa menjaga rahasia keluarga kerajaan dengan benar, Fio," Eris terkekeh. "Mereka dipilih melalui seleksi ketat yang mengetes kemampuan tarung, loyalitas, dan kecerdasan. Mereka juga diperiksa latar belakang dan kemungkinan mereka akan berkhianat atau lalai dari tugas. Mereka hidupnya dijamin oleh kerajaan, tapi Alicia datang di salah satu interview bilang ia tidak mau apa-apa!"

"Dasar Alicia. Minta amnesti atau uang saku pun tidak?" Ann mengimbuh, Fiore segera menyikut lengannya.

"Setelah ia terpilih, kepala sipir yang meminta ke kerajaan untuk meringankan hukumannya," sang putri menjawab dengan antusias. "Dia menjalani hukuman seseorang, bukan Alicia yang bersalah."

"Ah," Fiore tampak menyimpulkan sesuatu. "Yah, sudah aneh sih saat tahu dia umur enam belas dan statusnya tahanan politik yang panjang hukumannya berat? Seperti dia mulai dihukum sejak bayi."

Eris tersenyum hambar, "Kamu nggak salah, Fio ..."

"Be-Benar begitu?" Fiore mengernyitkan dahi.

"Aku tidak bisa bicara detailnya tapi ... ya, Alicia sudah dikurung di sana dari sejak ia mulai mengingat," Eris mengedikkan bahu. "Kepala sipir saja jadi seperti ibunya sendiri, begitu juga tahanan kelas kakap yang senior di sana serasa seperti kakak-kakaknya, rasanya dia punya keluarga besar sekali yang isinya para kriminal."

Ann membayangkan Alicia yang di penjara nanti akan disebut-sebut sebagai ratu. Ia menyudahi pikiran konyol itu dengan kekehan lengking.

Bunyi peringatan mengisi kokpit. Layar informasi berkedip-kedip menampilkan tulisan tebal bercetak merah yang kemudian disusul oleh rekaman di titik kumpul.

"Tentara besi!?" pekik Eris melihat tentara besi mengelilingi guru dan teman-teman mereka. Mereka yang tidak sibuk dengan lingkaran teleportasi dan sarana komunikasi menunjukkan perlawanan.

"Bagaimana mungkin? Sejak tadi tidak ada tentara atau penduduk sipil di sekitaran titik kumpul!"

Ada-ada saja. Mereka tidak bisa sedikit pun tenang.

Fiore kembali siaga di belakang papan kendali. "Kalian berdua, berpeganglah di suatu tempat."

"Hah-?"

Fiore menarik sebuah tuas, kokpit itu mulai menyala terang. Mereka pun melaju lebih cepat menuju titik kumpul layaknya komet, entah dengan bantuan sigil atau mantra sihir apa.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang