LXI. | Masa-Masa Genting

18 7 2
                                    

Instruktur Bathory, orang yang paling patuh terhadap tugas dan disiplin, tengah menyuruh mereka mengingkari tugas, sesuatu yang mungkin paling tabu di dunia kemiliteran.

Perintah itu kurang lebih sama dengan anjuran untuk meninggalkan senjata dan lari tunggang-langgang. Sang guru menyuruh mereka untuk pura-pura tidak tahu dan bersembunyi.

"Lalu anda hendak menyuruh kami memberikan seluruh jasa itu pada anda, Penyihir Masyhur?" tentu saja, Karen yang paling keras bersuara. "Tidak perlu anda berkata ini demi kebaikan kami semua sebagai kadet di bawah tanggungan anda, kami bukan orang lemah yang akan membiarkan anda mengemban seluruh tanggung jawab itu sendiri."

"Spriggan," Instruktur mendecak. "Ini bukan apa-apa. Ini masalah yang menyangkut perpolitikan Bluebeard dan nasib Angia."

"Rasanya tapi sudah telat bagi anda untuk menyuruh kami diam, Instruktur," Blair turut menaikkan tangannya tanda tidak setuju. "Anda tidak boleh sewenang-wenang menyuruh kami bungkam, ketika masalah ini juga diketahui oleh Kelas Sembilan."

"Chevalier, jangan kamu juga."

"Rahasia yang anda pegang mengenai Bloodcalyx saya rasa patut diketahui oleh seluruh anggota kelas, Instruktur." Gloria turut menanggapi. "Bloodcalyx dan artefak yang kami temukan di Leanan dan Redcrosse menyangkut sejarah kami, masyarakat Spriggan, juga beberapa teman sekelas kami."

Instruktur semakin terpojok karena tiga alasan itu, tapi sang guru tampak belum mau mengalah.

"Ini berbahaya! Kalian masih terlalu hijau untuk ini semua, kadet-kadet seperti kalian belum mampu untuk-"

"Instruktur Bathory."

Berbeda dengan mereka yang tetap di barisan, Fiore melangkah maju. Ann tidak dapat melihat ekspresi apa yang dibuat gadis pendek itu, tapi air muka Instruktur Bathory seketika berubah.

"Zaman Para Peri sudah usai," ia mengulang kembali isi kalimat yang terpampang di layar tangkap. "manusia pun perlahan lupa bahwa mereka punya hutang budi. Mereka perlahan menghapus kenyataan bahwa darah harus dibayar dengan darah. Telah Para Peri tinggalkan racun yang akan mengakar di dunia. Para Peri tidak akan kembali menarik kata-kata mereka lagi."

Semua mungkin bertanya-tanya mengapa Fiore mengulang kalimat itu, terkecuali Hilde dan Karen yang menatap punggung Fiore lurus.

"Saya Fiore Angelica Alba, pewaris darah klan Titania, sudah bagian dari tugas saya untuk membasmi racun dari Angia," pernyataan itu sontak menuai pekik dari hampir seluruh anggota kelas selain Ann. "Saya sudah menemukan letak racun itu, namun sekarang sepertinya Bluebeard telah berhasil memegang racun juga. Saya harus melaksanakan misi ini, walau nyawa adalah bagian dari taruhannya."

Instruktur Bathory terbelalak melihat Fiore bersimpuh.

"Sebagai pemegang Kitab, saya kira anda sudah tahu saat saya menyebut soal Titania, jadi-" Fiore kembali menengadah. "Biarkan kami semua melaksanakan tugas yang sudah diberikan hingga akhir."

Val menaikkan tangan, "In ... Interupsi? Saya tahu waktu kita sedikit, tapi, bisakah siapa pun yang tahu apa yang terjadi menjelaskan bagi kami yang masih bingung?"

Suasana barak sekejap hening. Apa yang dilakukan anak-anak itu mungkin bisa dibilang sebagai aksi heroik yang mengundang belas kasih dan air mata, tetapi juga sangat memaksa dan tidak memikirkan akibatnya.

Instruktur Bathory memijat batang hidungnya, ia melangkah resah menjauhi barisan sambil bergumam pada dirinya sendiri.

"Saya ... sudah merasa sejak awal kalian adalah orang-orang spesial nan terpilih, tapi sepertinya penilaian saya sudah salah," Instruktur Bathory berkacak pinggang. "Takdir sudah memilih kalian di sini bersama saya dan Kitab Kejayaan Hampa."

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang