LXXVI. | Garis Depan, bagian kedua

15 7 0
                                    

Kondisi di kaki gunung itu cukup mencenangkan. Asap mengepul dari beberapa penjuru menandakan konsentrasi pertarungan. Bendera-bendera yang menandakan tempat-tempat berupa pasukan kecil ada yang sudah tumbang, patah tak berguna di tanah. Pasukan lawan juga ada yang tumbang, bersatu tidak karuan di antara mereka-mereka yang terkulai tidak bisa lagi bergerak di bawah kepulan asap.

Tidak terlihat konsentrasi pasukan di puncak, namun ada barikade terpasang tinggi. Sepertinya batalion pertahanan di puncak perbukitan itu ada di dalam gorong-gorong menghindari serangan udara.

"Unit Alpha, ada misil menargetkan kita dari arah jam 2." seru Eris dari alur komunikasi.

Warden sayap kanan, Bravo, mundur untuk unit Alpha lindungi. Mereka terbang zig-zag menghindari arah laju misil hingga misil itu menghilang. Mereka lalu menurunkan ketinggian, unit Chalie dan Delta mengikuti.

"Apa itu barusan, Alpha?" tanya Instruktur Bathory.

"Peluru kendali, bukan sihir." jawab Eris. "Kemungkinan mereka sedang mengisi amunisi lagi, kita harus segera menemukan titik untuk mendarat."

"Ada sekelompok pengguna sihir di arah jam 12!" Alicia di kokpit tanker memberitahukan. "Mereka mengaktifkan sigil — Bravo dan Delta, tolong antisipasi mereka karena kita terlalu dekat dari jarak sihir mereka!"

"Bravo siap." seru Ann.

Unit Bravo terbang kembali ke belakang, menembakkan satu peluru energi ke arah gunung batu tempat kelompok pengguna sihir itu berdiri, bukan mengenai tubuh mereka. Energi itu melesat menghantam dan menghancurkan gunung batu dan membuat orang-orang itu terpeleset dan buyar. Tinggi gunung batu itu tidak terlalu curam, sehingga kemungkinan para pengguna sihir yang terjatuh itu tidak akan terluka parah.

Unit Delta kembali menyuruh mereka naik sejenak sambil mereka masih mencari titik untuk mendarat. Mereka mengulangi pola penyerangan diselingi pertahanan bila menemukan pelontar atau pengguna sihir. Dengan ini, mereka mengurangi serangan jauh yang dipusatkan menuju barak Caelia, untuk saat ini, sambil meminimalisasi kerusakan yang diderita mereka. Tampak akurasi prajurit yang dikontrol oleh Progenitor dapat dibilang rendah pada serangan jarak dekat menggunakan Warden, entah kewalahan karena maneuver mereka, atau posisi terlalu dekat untuk mereka merespon kedatangan Warden yang bisa berdampak dua arah.

Sejauh ini, sisi sayap tidak menemukan adanya penembak jitu yang bisa melumpuhkan mereka dengan sekali tembakan. Kebanyakan pelontar dan kelompok pengguna sihir tampaknya telah disiapkan untuk menghujani bukit hingga barak Caelia melemah sementara pasukan infanteri yang menembus hutan dan lapang batu bisa terus bergerak. Dari ketinggian mereka, agak sulit melihat pasukan infanteri, namun melihat titik-titik asap, dapat diperkirakan gambaran pergerakan mereka.

Walau demikian, mereka tidak bisa selamanya terbang menggunakan Warden untuk menjatuhkan lawan dan sekedar menjadi pengamat.

"... Di bawah sana suram sekali, ya," Blair berkomentar sejenak di samping Ann. Mereka berdua juga berfokus untuk mengamati perkembangan di jalur komunikasi mereka sambil melihat melalui layar Warden Titania. Eris sudah memasukkan peta yang menggambarkan titik-titik asap yang bisa mereka lihat. "Kalau titik temunya ada sebanyak ini, tidak bisa ketahuan ada berapa pasukan yang dipusatkan menyerang di bawah sana."

"Batalion pertahanan di atas bukit sepertinya membuat gorong-gorong agar mereka tidak terkena serangan udara," ucap Ann. "Atau ada kemungkinan mereka mencoba melakukan serangan kejut di kaki bukit untuk menghalau mereka yang datang."

"Maksudmu, pakai ranjau? Itu berbahaya sekali, 'kan. Mereka bisa turut menghancurkan hutan dan bukit ..." Blair tertegun. "Apa kita harus mencari tempat yang paling banyak asap, kalau battalion pertahanan Caelia menggunakan ranjau?"

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang