XLIII. | Menuju Ujian Tengah Semester

32 10 4
                                    

22 Agustus, Y.1340, kelas di Sekolah Militer Dresden berlangsung selayaknya biasa di tengah dera musim panas yang sebentar lagi bertransisi ke musim gugur.

Pohon-pohon yang semula rimbun di area kota maupun pelataran sekolah perlahan meranggas, meninggalkan pucuk-pucuk daun yang mengotori jalanan. Penduduk Kota Folia dan para siswi turut membantu membersihkan jalanan dan mengolah dedaunan sesuai protokol yang ada. Menjaga kebersihan dan ketentraman kota sudah menjadi bagian kurikulum sekolah secara tidak tertulis. Tidak sedikit penduduk yang kerap meminta tolong para siswi ketika ada sebuah keperluan. Tentu, segala kegiatan itu diawasi dan disetujui oleh sekolah, sehingga tidak akan ditemukan penduduk yang sengaja menyuruh seenaknya.

Musim gugur sering juga disebut musim panen dan musim makanan di Kota Folia. Biasanya, buah-buahan tertentu seperti apel sedang panen raya hingga katanya Kota Folia menjual banyak sekali olahan apel seperti pai apel dan cuka apel di mana saja. Di kantin sekolah pun sudah mulai ada konter khusus pemesanan apel dan pai apel yang diselenggarakan antara sekolah dan pihak kota.

Di lain sisi, kehilangan satu dari dua belas penghuni Kelas Sembilan cukup membuat kelas di penghujung musim panas itu begitu sepi.

Val bilang kelas lebih kondusif karena tidak ada Hana yang suka berceletuk kalau ia tidak mengerti penjelasan salah satu Instruktur, tapi bahkan Val juga jujur ia kehilangan momen seperti itu.

Kelas juga semakin sepi ketika Karen tidak masuk karena sakit di hari selanjutnya, dua bangku kosong di kelas semakin membuat kelas terasa hampa. Kelas gabungan dengan Kelas Tiga dan Enam-lah yang menjadi pelipur lara kekosongan kelas.

Baik anggota Kelas Tiga dan Kelas Enam juga tahu tentang apa yang terjadi pada Hana dan mereka tampak turut menyemangati anak-anak Kelas Sembilan, seperti misalnya Claire, ketua dari Kelas Tiga, kadang memberikan kue-kue pada mereka di saat jam makan malam.

"Baik, kelas, sudah saatnya jam akhir!"

Instruktur Bathory datang sore itu seperti biasa untuk menutup hari dengan semangat yang tidak pudar. Sang guru tampak sadar dengan bagaimana kelas yang lebih murung, ia mengurai senyum penuh arti dan mulai mengabsen satu-persatu murid dengan nada yang lebih lembut.

Mereka mengisi dua meja panjang di depan dan membiarkan meja belakang kosong karena jumlah murid cuma sepuluh. Instruktur terlihat tidak keberatan dengan mereka yang duduk berdekatan, lebih mudah untuk berkomunikasi dan lebih mudah bagi semuanya untuk melihat ke arah papan tulis.

"Karen Ray Spriggan dan Hana Albertine tidak masuk, oke," sang guru mencatat di buku absensi. "Saya dapat kabar dari Rumah Sakit Tanjung Redcrosse kalau Hana bisa pulang ke Folia minggu depan. Kecepatan penyembuhannya baik walau ia mungkin harus menjalani beberapa sesi terapi motorik."

Seisi kelas sempurna sunyi, Ann bisa melihat Lucia menitikkan air mata dari tempatnya ia duduk di ujung kanan kelas.

"Hei, hei, kalian lebih senang sedikit, dong," pungkas Instruktur Bathory menanggapi jeda anak muridnya yang masih kurang semangat. "Dan perlu saya ingatkan kalau ujian tengah semester akan dimulai minggu depan juga, tanggal 30 Agustus."

Barulah seisi kelas menyuarakan raung penolakan. Alicia menjadi yang paling keras. Instruktur Bathory segera mengetuk meja untuk menyuruh mereka diam.

"Sebelum ujian tengah semester, akan ada kelas khusus sebagai pendalaman materi yang akan menggantikan porsi kelas siang," jelas sang guru. Val mulai mencatat di bukunya seiring Instruktur menulis panduan di papan tulis. "Apabila kalian butuh bertanya pada Instruktur-Instruktur, kami selalu bisa dikunjungi setiap sore setelah jam sekolah berakhir."

Delapan mata pelajaran utama seluruhnya akan diikutkan dalam ujian tertulis: Ekonomi Militer, Sejarah, Linguistik, Aplikasi Sihir, Strategi Militer, Persenjataan, Seni Militer dan Seni Terapan. Sesuai apa yang pernah dijelaskan oleh Gloria, Kelas Sembilan akan membuat buklet mengenai Ekskursi Daerah yang akan dikumpulkan paling lambat minggu kedua di bulan September.

Mengingat kata 'Linguistik' sudah membuat Ann mengelus dada. Aplikasi Sihir masih bisa sedikit banyak dihafalkan, tapi Linguistik? Rasanya tidak ada jawaban benar walaupun sudah membaca dan mengikuti perintah soal sesuai yang dituliskan.

Lagipula, untuk apa siswi sekolah militer perlu belajar Linguistik? Ah, atau ini hanya gurauan seorang siswi yang membela dirinya dan kebodohannya?

"Satu lagi tambahan dari Instruktur Faye," sahut Instruktur Bathory. "Untuk menambah semangat belajar, skor total per kelas akan disandingkan. Kelas dengan rata-rata terendah akan diberi hukuman."

Val langsung menaikkan tangan, "Interupsi, Instruktur! Ini tidak mungkin!"

Instruktur Bathory sekedar tersenyum, jawabannya ringan, "Artinya kalian yang kurang belajar harus benar-benar berusaha agar kelas tidak terkena hukuman, ya. Ingat, kalian juga bisa minta bantuan saya bila ingin belajar soal Linguistik dan Aplikasi Sihir."

Apakah ini balasan dari sang guru yang meringis melihat rata-rata nilai Linguistik dan Aplikasi Sihir Kelas Sembilan yang amblas? pikir Ann. Ia melirik menanggapi Val yang mulai mengacak rambutnya gusar dan Muriel yang berusaha menenangkannya.

"Baik, untuk hari ini cukup sekian. Selamat belajar, anak-anak!"

Instruktur Bathory meninggalkan kelas dengan senandung kecil, sementara separuh kelas melongo.

"Jangan ada yang keluar dulu, kita harus bicara soal strategi!" Val menggebrak meja.

"Ketua Kelas! Tarik nafas panjang, ketua!"

Lagi-lagi momen yang memaksa Ann untuk berusaha; tidak ada hari santai di Sekolah Militer Dresden seperti biasa.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang