LXIII. | Upacara dan Pernyataan Perang

22 7 3
                                    

Di hari yang telah ditentukan, kelompok telah difinalisasi dan rencana sudah mengakar di masing-masing mereka seperti sebuah harapan.

Kelompok yang akan menjadi penjaga prosesi upacara adat adalah Ann, Val, dan Hana. Komposisi ini sempat menuai protes keras dari Gloria dan Lucia yang tidak setuju Hana ditempatkan di baris terdepan karena dirinya dianggap belum sembuh benar. Hana mematahkan keraguan mereka semua dengan sebuah kalimat nalar yang tidak pernah Ann kira bisa muncul dari seorang Hana.

"Hana ingin melindungi kalian semua yang sudah melindungi Hana!"

Kelompok yang akan menjadi pengamat diisi oleh Hilde, Eris, Fiore dan juga Karen. Mereka yang akan membantu seluruh kelompok menggunakan sihir dan menjaga komunikasi tidak terputus selama mereka tidak bisa memiliki akses Cincin Peri. Mereka akan ditempatkan dalam keramaian, membaur sebagai penonton prosesi sekaligus yang pertama mengisyaratkan bagi kelompok penjaga untuk kabur.

Sisa dari mereka akan berada di titik kumpul, terus mengolah informasi seputar tentara besi di sekitaran jalan-jalan Kota Baldwin dan mengarahkan kelompok penjaga dan kelompok pengamat saat mereka terpojok.

Bila mereka semua sudah mencapai titik kumpul, Instruktur Bathory akan melakukan sihir teleportasi massal yang membawa mereka ke Pulau Penjara sebagai daerah netral bagi mereka untuk menjauh dari kungkungan tentara besi, pemerintah Norma, dan juga antek-antek militer yang mungkin segera mencari mereka yang membelot.

"Hanya segini orang yang direkrut Kota Suci dari Dresden untuk mengamati upacara?" salah seorang staf tentara menemui Ann, Val, dan Hana yang berbaris bersama tentara dan polisi militer lainnya menunggu perintah.

"Lapor. Kami ditugaskan dari Akademi Militer Dresden untuk tugas pengamanan, sir." Val menyatakan diri dengan lagak hormat, Ann dan Hana mengikuti aba-aba Val.

Staf tentara itu menaikkan sebelah alis, sebelum ia mengangguk-angguk. "Kalian nanti ikuti baris pertama untuk mengamankan mimbar. Kerja yang benar, karena ini Kanselir sendiri yang memberi orasi. Kalian juga akan diamati oleh Jenderal Besar."

Ann bisa melihat Val sejenak melunak, sebelum ia mencoba berdiri lebih tegap, membalas staf tentara dengan suara lantang. Jenderal Besar berzirah emas yang menyeramkan, begitu stigma yang Eris sebutkan saat mendeskripsikan Jenderal Besar Bluebeard. Selain medali-medali dan penghargaan-penghargaan tidak terbilang yang sudah diraih sang Jenderal, beliau juga merupakan orang kepercayaan Kanselir - Wali Provinsi Bluebeard, seorang yang menjalankan fungsi pemerintahan Bluebeard. Keluarga kerajaan Bluebeard adalah simbol Bluebeard, sementara pemerintahan mereka dijalankan oleh Kanselir, membuat Bluebeard adalah provinsi yang menganut monarki konstitusional.

'Putri, ini bukan waktunya pelajaran politik,' Ann ingat Hilde mengimbuh malam kemarin. 'Intinya, kalian harus hati-hati dengan pria itu. Jenderal Besar mungkin akan mengejar kalian secara pribadi.'

Tentu, kenyataan itu membuat gentar ketua kelas mereka yang mudah sekali patah semangat saat dihadapkan situasi genting. Ann jadi ingat saat sang ketua kelas ditunjuk mendadak oleh Instruktur Faye untuk mewakili kelas mereka dalam adu tembak.

"Kapten, kapten."

"Apa, Hana?" Ann menyambut Hana yang menarik lengannya. Val masih gelagapan setelah staf tentara tidak lagi memerhatikan mereka. Ya, Ann ditunjuk menjadi ketua kelompok mereka karena ia dianggap bisa memimpin walau di saat-saat terpuruk.

"Itu, itu, baju besi."

"Zirah besi." Val berbisik membetulkan.

Suara derap langkah berat mengisi tanah lapang berlantai konblok. Para staf yang bersiaga dan tentara-tentara yang berjaga membelah memberi jalan secara teratur layaknya sudah dilatih bila kedatangan tamu penting. Pasukan berzirah besi dipimpin oleh seorang dengan zirah emas yang mengilat memantulkan sinar matahari pagi. Mereka tidak berbasa-basi dan segera mengambil posisi masing-masing. Sesuai peta, Jenderal Besar ada dekat dengan Warden hitam. Jenderal kemudian mengambil sikap istirahat, diikuti dengan tentara Besi-nya secara serempak seakan-akan baju zirah itu tidak berisi manusia, melainkan robot yang sudah diprogram.

Baris depan yang tadi disuruh si staf untuk mulai menyebar pun turut. Ann, Val dan Hana segera mengikuti.

Lapangan itu pun mulai ramai oleh pengunjung - penduduk kota Baldwin yang rata-rata berpakaian rapi dan formal. Wanita-wanita dengan rias tipis dan topi tinggi. Pria-pria dengan kemeja necis dan sepatu yang sudah disol sempurna. Mereka tampak berbeda dengan tentara dan polisi militer yang berekspresi seragam dengan baju yang mereka kenakan.

Setelah kurang lebih dua pertiga lapangan terisi, transmisi yang sudah disediakan mulai berbunyi langsung di kepala mereka. Gloria bilang kalau itu adalah amplifikasi hasil karyanya dan Blair, juga atas andil sihir Fiore dan Instruktur.

"Sebentar lagi, ya." suara Instruktur terdengar jernih. "Jangan gelagapan begitu, Valerian."

"Ba-baik, kelompok penjaga sudah siap!"

"Hei ketua kelas, itu tugasku." Ann tertawa pelan.

"Kelompok pengamat sudah siap di titik masing-masing." muncul suara Eris.

"Laksanakan tugas kalian dan terus fokus."

Lapangan yang penuh berjejal dipenuhi berbagai warna dari pakaian rakyat jelata kemudian hening ketika mimbar dibuka dan seorang yang penuh wibawa maju untuk berdiri di belakang mimbar. Pakaiannya terlihat mahal, setelan tailcoat dengan aksen coklat dipadu dengan gemerlap emas berupa pola, kancing, hingga di tongkat yang dibawanya. Kanselir Bluebeard, Gabriel Arundel Malvin, tidak terlihat sudah berkepala lima dengan rambut hitamnya yang dipadan apik menampilkan dahinya.

"Selamat dan sejahtera, wahai keturunan Bluebeard sekalian," suara itu menggema tanpa jeda, walaupun tidak adanya bantuan mikrofon atau segala bentuk pengeras suara lainnya. "Saat ini, anda semua akan menjadi bagian dari sejarah Bluebeard yang kaya."

Suara itu seakan menggetarkan tanah dan membuat angin berbalik arah. Kanselir yang karismatik membawa nada bicaranya naik dan menggelegar.

"Sejak ratusan tahun silam, kita semua sudah mengetahui betapa Bluebeard yang agung menaklukan tanah suci dan mendapat pengakuan dari Sylph untuk berdiri sebagai provinsi yang paling prolifik," beliau melanjutkan. "Kita, dengan Norma sebagai senjata, juga telah berhasil menaklukkan Spriggan yang tidak bisa dirayu oleh Tanah Yang Dilupakan Tuhan."

Ann menelan ludah, mengingat bagaimana Karen yang jelas menyuarakan ketidaksukaannya pada penduduk Angia terutama Instruktur mereka secara khusus. Gloria memang lebih terbuka dan Hana sangat riang dan supel, tapi mereka sudah menjadi korban kekejaman Angia yang ingin memperluas daerah kekuasaan.

"Kali ini, dengan bantuan Sang Peri, Bluebeard akan membentangkan sayapnya untuk mempersatukan seluruh daerah di bawah kuasa monarki keemasan ini!" Gabriel Arundel Malvin lalu menaikkan tongkatnya, menampilkan mata tongkat yang bersinar kemerahan. "Dengan Progenitor, kita akan mendapat kekuatan murni dari Sang Peri dan kita akan meraih kemenangan dari provinsi terbesar Angia, Caelia!"

Seperti terhipnotis, para penduduk mulai bersorak-sorai, alih-alih ide untuk menumpahkan darah sebegitu menyenangkannya didengungkan di telinga mereka. Para tentara lokal dan polisi militer turut bersorak, Ann tidak tahu apa yang mereka katakan dengan sangat cepat, mungkin itu sebuah ungkapan Bluebeard, yang diakhiri dengan: darah harus dibayar darah.

Orang-orang ini sudah gila, dan Kanselir akan mengarahkan kekuatan yang dikumpulkannya untuk menyerang rumahnya, Caelia.

"Saya, selaku Kanselir Bluebeard yang menabuh genderang perjuangan ini, berjanji akan membawa kemenangan di tanah Sang Peri!"

Tongkat itu pun menyala lebih terang, alih-alih hendak mengalahkan silaunya mentari di atas kepala mereka. Seluruh Cincin Peri para penduduk mulai berpendar merah, bersamaan dengan mata mereka yang berubah kemerahan, layaknya tersihir. Penduduk yang semula berdiri malas kini tegap. Para prajurit yang sudah sangat tegap seperti tidak lagi bernapas normal. Semua memberi hormat ke arah Kanselir yang tersenyum puas.

Val menaikkan tangannya, melayangkan tembakan peringatan ke udara. Sorak-sorai itu pun berubah perlahan menjadi kekacauan, dengan semua mata tertuju pada mereka bertiga.

Walau demikian, mereka semua sudah dicuci otak oleh Progenitor; situasi akan segera kondusif dalam sesaat sang Kanselir mengayunkan tongkatnya pada boneka-boneka itu.

"Tangkap mereka!" Ann bisa mendengar suara-suara bersahutan sesaat mereka mulai berlari. "Jangan biarkan mereka kabur!"

Rencana dimulai.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang