LXV. | Blitzkrieg

20 6 4
                                    

Jenderal Besar, lawan yang sangat tangguh. Dari karisma dan bagaimana ia membawa tombak sudah terlihat ia bukanlah seorang prajurit biasa. Bukan juga tentara yang serta-merta mendapat gelar kehormatan dengan cara-cara instan.

Mungkin Ann akan dikalahkan dalam sekejap, tapi bukan berarti Ann tidak akan melawan.

Ketika tombak mereka bertemu, Ann bisa merasakan getar merambat ke arah tombak yang digunakannya. Kekuatan yang luar biasa, dan Jenderal menyerangnya tanpa ada sihir melingkupinya sebagai tambahan kekuatan. Sang Jenderal segera kembali ke posisi awal dengan cepat untuk melayangkan serangan berikutnya. Ann tidak punya pilihan lain selain menghindar, berlari menjauh dan melompat menghadapi serangan berupa tusukan dan tebasan. Andai ia merespon dengan badan tombaknya, tidak butuh waktu lama sebelum tombaknya sendiri terbelah dua.

Kekuatan sang Jenderal yang mencenangkan itu sangat merusak, ia seperti membabi-buta dengan perlindungan zirahnya merangsek kedai-kedai dan bagian rumah di sekeliling mereka tanpa pandang bulu. Ann tidak punya tempat untuk diam atau bersembunyi, ia harus terus mencari posisi untuk berpijak dan melompat menghindari hujaman tombak.

Tidak selamanya ia bisa menghindar dan berlari, karena gerak serangan Jenderal semakin terarah dan pasti, alih-alih ia telah menebak pola gerakan Ann hanya dengan memerhatikan sekilas.

Jenderal Besar menggunakan kakinya, menendang kuat-kuat Ann ke arah lain. Ann terpelanting, menghantam pagar pembatas antara sebuah rumah dengan lapangan taman. Belum sempat ia mengaduh, Jenderal Besar sudah berfokus menyerangnya kembali. Tombaknya itu dilempar ke arah Ann, yang Ann segera tangkis dengan badan tombaknya sendiri. Diversi itu digunakan sang Jenderal untuk menutup jarak di antara mereka, hendak melayangkan tinju. Ann menghiraukan rasa sakit di punggungnya dan tombaknya, berlari menjauh sekali lagi, menghindari daerah terbuka barusan dan membawanya ke area berupa gang sempit dengan harapan mengacaukan ritme sang Jenderal.

Akan tetapi, Jenderal Besar sama sekali tidak terkecoh. Ia kembali menarik tombaknya dari serangan awal yang gagal dan segera mengikuti Ann.

Jenderal Besar menghujam tombak itu ke arah Ann dengan cepat, merobek bagian pundak seragamnya dan menggores pipinya. Saat Ann lengah karena rasa sakit, Jenderal Besar menggunakan tangannya sendiri untuk menarik kerah Ann, mengangkat gadis itu di udara seraya meremas lehernya kuat-kuat.

Apa dengan gugur di sini, semuanya akan terbayar? Apa ketua kelas dan Hana akhirnya bisa lolos?

Ia sudah membahayakan teman-teman sekelasnya sebagai seorang Progenitor. Idealnya, mengorbankan diri bukanlah bagian dari rencana bagi siapa pun atau dalam kondisi apa pun. Rencana yang dikepalai Karen sudah membuat mereka seminimal mungkin menghadapi kondisi genting dengan berbagai variasi cara melarikan diri, namun Ann memilih untuk menghadapi Jenderal Besar agar Val bisa kabur. Andai salah satu dari kelompok mereka mencoba kembali untuk mengambil Ann dari posisinya, mereka tidak akan bisa melawan Jenderal Besar, terkecuali Instruktur Bathory mengorbankan posisi yang sudah disiapkan untuk melakukan teleportasi.

Ann sejenak mengira lehernya sudah hancur, tapi perlahan sang Jenderal mengendurkan pegangan di lehernya itu, seakan ia melihat sesuatu - atau menyadari sesuatu. Ada sebuah kilat, pancaran yang bukan terjadi akibat pantulan cahaya matahari yang mengenai baju zirahnya itu.

Jenderal yang tidak sedikit pun berbicara ketika datang menuju prosesi upacara hingga saat ia bertugas, menggumamkan satu nama dengan serak dan terbata-bata.

"Ti-Tiana ...?"

Panggilan itu lirih dan membuat Ann sendiri terbelalak. Tangan berbalut emas dan logam lainnya itu bergetar memegang lehernya.

Sejurus kemudian, Ann tidak menyangka yang akan datang untuk menyelamatkannya dari keadaan itu adalah Warden hitam yang menurut semua orang tidak bisa digunakan.

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang