LXXIV. | Siasat

15 7 2
                                    

Matahari belum menyingsing dan seluruh anggota Kelas Sembilan sudah berkumpul lagi, masih di ruangan C yang menjadi tempat mereka beristirahat. Semua tirai kini terbuka agar mereka bisa mendengar satu sama lain tanpa harus banyak bergerak.

Sebuah telegram elektronik datang dari Instruktur Lysander berisi pesan singkat yang direkam tuntas dari awal hingga akhir menampilkan sosok Instruktur Lysander dengan latar belakang ruang pertemuan di Dresden.

"Kurang lebih, situasi sudah berbahaya sekarang, mereka mengepung kita di sekolah, tapi kepsek sudah memerintahkanku untuk mengirim bantuan pada kalian. Tenang saja soal Dresden, Kelas Tiga, Kelas Enam, kepsek dan Instruktur Faye bisa melindungi Folia," Instruktur Lysander berkata dengan cepat. "Saat ini mungkin aku sudah menuju titik dimana kita akan bertemu dan nanti menuju Caelia. Menurut informasi yang didapat Instruktur Faye dari Caelia, mereka akan menyerang di pegunungan."

Sebuah peta beserta koordinat muncul dan menghilang dalam hitungan detik, ditakutkan telegram itu dienkripsi sehingga Instruktur Bathory tidak mengulangnya lagi. Ketua Kelas sudah mencatat koordinat tersebut dan Eris menggambar petanya.

"Karena kalian yang lebih tahu keadaan di lapangan, tugas kalian adalah membantu pertahanan Caelia sampai pasukan utama Caelia datang dan mengambil alih," Instruktur Lysander melanjutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena kalian yang lebih tahu keadaan di lapangan, tugas kalian adalah membantu pertahanan Caelia sampai pasukan utama Caelia datang dan mengambil alih," Instruktur Lysander melanjutkan. "Semoga kalian tetap baik-baik saja."

Telegram pun berakhir, dan Instruktur Bathory berdiri tegak di tengah-tengah ruangan.

"Sudah diputuskan kita akan segera bertolak menuju Caelia," ucap Instruktur Bathory. "Sesuai izin Kepala Sipir, kita akan kesana menggunakan sihir teleportasi oleh pengguna sihir internal Pulau Penjara, namun kita tidak akan langsung berada di titik koordinat agar kita tidak terdeteksi bersamaan dengan Instruktur Lysander yang mendekat."

Instruktur Bathory meminta mereka bertumpu pada peta yang sudah digambar dan titik-titik kunci tempat mereka akan beraksi. Mereka akan menuju kurang lebih satu kilometer sebelum titik koordinat yang diberikan sekitar tengah hari. Mereka akan mempersiapkan diri sebelum waktu yang ditentukan mengingat semua sudah kurang lebih pulih.

"Maaf kalian tidak bisa beristirahat sedikit lebih lama," ucap sang Instruktur. "Ketika kita berkumpul nanti, kita akan menggunakan taktik baru sesuai perbekalan dan bantuan yang dibawa oleh Instruktur Lysander. Untuk saat ini, pastikan senjata kalian dalam keadaan prima."

Instruktur Bathory kemudian mengerling ke arah Ann yang meminta waktu untuk menjelaskan sesuatu, Instruktur Bathory pun memanggilnya ke tengah ruangan.

"Saya akan menceritakan sedikit mengenai Progenitor," Ann memulai dengan suara lantang. "Ini mungkin akan menjadi cerita yang sulit dipercaya atau dicerna, tapi saya harap semuanya akan menjadi lebih jelas."

Ann lalu menceritakan garis besar masa lalunya, apa yang diberitahukan oleh Instruktur Bathory, kemungkinan mengapa ia bisa lolos dari Jenderal Besar saat di Baldwin, dan juga mengenai Progenitor yang kemungkinan digunakan oleh Bluebeard sekarang.

Ann memulai dari mengapa ia diciptakan, dan percobaan rahasia yang dikepalai oleh kemiliteran Bluebeard untuk membuat kembali teknologi Progenitor yang sudah hilang dan disempurnakan oleh seorang peneliti keturunan Chevalier. Hal itu membuat Blair terperangah, tentunya. Namun Blair meminta Ann melanjutkan terlebih dahulu hingga akhir sebelum ia berkomentar lain-lain.

Akan tetapi, sang peneliti tidak menuruti kemauan kemiliteran Bluebeard dan meledakkan laboratoriumnya sendiri dan menghilangkan jejak Ann, yang merupakan homunculus yang berfungsi sebagai aplikator Progenitor yang mampu menetralisir efek yang ditimbulkan Progenitor. Kenyataan itu menimbulkan perubahan air muka beberapa orang, mereka mungkin sudah menebak apa yang terjadi saat Ann melawan Jenderal Besar.

"Peneliti itu ... hmm, anggap saja ibuku? Dia memberiku sebuah segel agar Progenitor dalam diriku ini dorman. Ia menaruhnya di dalam leherku, jadi mungkin saat Jenderal Besar berusaha mencekik leherku, segelnya terlepas," Ann memijat lehernya tidak nyaman. "Sekarang tapi aku sudah meminta untuk seluruh segelnya dilepaskan jadi mungkin aku bisa menetralkan efek Progenitor tapi ini belum teruji."

"Tapi paling tidak kita masih bisa punya kesempatan untuk memukul mundur mereka, begitu, 'kan?" ucap Gloria. "Itu berita yang sangat baik, Ann!"

"Tunggu, aku mau tanya soal Chevalier, jadi peneliti itu ...?"

"Maaf, Blair, tapi beliau sudah tidak ada di dunia ini. Ia ... tewas bersama dengan labnya ia ledakkan."

Blair bersandar di kursinya. "Sekarang aku paham kenapa orang-orang desa lebih memilih untuk tidak menonjolkan alkemi, terima kasih Ann."

"Apa kamu punya rencana tertentu, Knightley?" Karen bertanya. "Kita andaikan kekuatanmu itu menjangkau jarak yang pendek, yang bisa kita lakukan adalah mengikis garis depan penyerang perlahan-lahan. Tapi, kekuatan itu mungkin terbatas, kita tidak tahu."

"Tujuan misi kita adalah menunggu sampai pasukan utama Caelia datang, bukan?" balas Ann. "Aku berharap bisa melumpuhkan tonggak utama penyerang agar serangan bisa dihentikan lebih efektif, tapi paling tidak kita harus membantu pihak Caelia dulu."

Hana melonjak dari tempat tidurnya, "Oh, oh! Apa kita bisa pakai taktik yang waktu itu kamu ajarkan saat ujian tengah semester, Ann?"

"Taktik ... oh." Ann menjentikkan jari. Ilustrasi pertarungan di pegunungan yang mereka pelajari ternyata bisa berguna sekarang. "Tergantung ketinggian daerah pegunungan itu, mungkin kita bisa menemukan pemimpin pasukan dan menyerangnya, tidak perlu menghabiskan waktu untuk menumpas seluruh tentara. Mereka pasti akan datang dengan jumlah banyak ..."

Sesuai arahan Ann, Eris mulai menggambar ilustrasi pasukan. Bluebeard yang angkuh sepertinya akan mengerahkan pasukan mereka menyerang ke area pegunungan, karena mereka tidak bisa menyerang pos di utara atau selatan yang konsentrasi penjagaannya lebih ketat. Mereka kemungkinan akan mengambil waktu serang di malam hari ketika gelap dapat menjadi kamuflase pergerakan mereka.

Ini masih merupakan teori karena mereka pun tidak tahu formasi dan apakah tentara Bluebeard akan menggunakan Warden atau tidak. Kemungkinan besar mereka bisa saja menggunakan serangan udara, tapi serangan udara itu akan segera memberikan musuh konsentrasi posisi mereka. Paling tidak, mereka punya sedikit gambaran kemungkinan dan tidak merasa sempurna buta.

"Kurasa sih mereka pasti akan bawa Warden, toh Caelia mungkin juga akan memosisikan Warden untuk pertahanan jadi mungkin kita tidak perlu terlalu fokus ke sana." imbuh Gloria.

"Rasanya tidak mungkin kepala pasukan di depan, mungkin mereka di tengah, atau di belakang," Alicia menambahkan. "Kita fokus mencari mereka, ya, Ann?"

"Apa ada kemungkinan penembak jitu?" ketua kelas berkomentar. "Memang, sih, kalau di barak pertahanan Caelia ada pelontar kita tidak usah memikirkan adanya penembak jitu. Tapi mungkin kita harus berpikir skenario mereka membawa penyerang jarak jauh."

Saran demi saran dan masukan-masukan mengalir dan terus tercatat di peta pemikiran mereka, seraya mereka mempersiapkan senjata mereka lagi.

Di saat yang sama, Instruktur Bathory menginterupsi dengan menepuk pundaknya. "Knightley, saya ada permintaan."

"Ada apa, Bu Guru?" sambut Ann.

"Boleh saya minta sedikit sampel darahmu?" pintanya. Matanya berbinar dengan harap. "Saya terpikirkan sesuatu. Sesuatu yang bisa mungkin memutar balikkan arah perang ini seratus delapan puluh derajat."

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang