XLIX. | Belajar Kelompok, bagian ketiga

18 9 1
                                    

Malam itu adalah malam untuk mata pelajaran Ekonomi Militer, sebuah pelajaran yang terbilang netral bagi Ann. Angka-angka tidak mengganggunya, dan kebanyakan Ekonomi berkutat di studi kasus yang ada di lapangan yang pernah mereka alami saat Ekskursi Daerah.

Pelajaran itu juga cukup menyenangkan dengan Alicia yang mengarahkan, candaan yang mengingatkan kalau mereka semua belajar pada seorang narapidana membuat suasana cair. Val sempat mempertanyakan kalau Alicia curang saat ujian-ujian blok di kelas, tapi Alicia bisa membuktikan memang dia sangat pandai berhitung.

"Di penjara kita juga belajar dan mengembangkan diri, lho, ketua kelas~" sambut Alicia berseri-seri. "Anak-anak di bawah umur diajarkan membaca dan menulis, lalu ada kelas-kelas seperti menambang, menjahit ..."

Alicia bercerita tentang kehidupan penjara (?) sembari dia memeriksa hitungan yang lain. Pulau Penjara Norma terletak terpisah dengan pulau utama Norma dan Bluebeard. Konon, ada tahanan berbahaya bersarang di sana, sehingga pulau itu terisolasi. Tapi, menurut Alicia juga, ada napi-napi yang berusaha kabur dengan berenang ke arah Bluebeard, entah bagaimana nasib mereka sekarang.

"Mungkin kalau diperbolehkan, kalian bisa berkunjung ke Pulau Penjara Norma suatu saat nanti!"

Val mengernyitkan dahi, "Bukan ide liburan yang menyenangkan, tapi baiklah, kalau seisi kelas juga ikut berkunjung."

Di tengah atmosfer yang menyenangkan itu, Ann terdiam dengan berbagai macam hal berkelebat di kepalanya. Seperti 'Nina' terus-terusan berbisik ke telinganya, padahal gadis kecil itu tidak muncul lagi di hadapannya setelah malam makan bersama saat Hana kembali.

Semua karena Bloodcalyx dan segala keambiguannya.

"Ann? Tumben kamu kembali duluan. Kamu sakit, kah?"

Gloria masuk ke dalam kamar mereka. Buku pelajaran Ekonomi masih dipeluknya. Sebagai penerus perusahaan multi kontinen, analisis Ekonomi-nya membuat beberapa takjub, berbeda dengan Muriel yang pendekatannya lebih ke arah kehidupan sehari-hari. Ann memperhatikan mereka dalam diam, mengerjakan soal latihan lalu begitu saja pergi, kembali ke kamarnya untuk menyendiri.

"Tidak apa-apa kok, aku cuma ..." cuma apa? Gudang alasan-alasannya tidak merespon di saat yang tidak tepat. "Cuma ingin sendiri."

Gloria duduk di kasurnya yang ada di seberang Ann, ia meletakkan buku ajar di atas meja. Ekspresinya serius. "Kamu mengingatkanku saat awal-awal kamu datang ke sini. Penyendiri. Tak acuh ..." ia melipat lengannya di dada. "Tapi yang ini berbeda, iya 'kan?"

Ann membelalakkan mata, heran, "Maksudmu?"

"Aku tahu, Ann, kamu yang tidak peduli pada sekelilingmu mulai berubah karena Kelas Sembilan," tutur Gloria. "Aku pun sama. Aku dulu tidak peduli pada apa pun selain ..."

Gloria tidak melanjutkan, mata merahnya bergerak-gerak menjauhi Ann. Senyumnya terkembang nanar, laksana melihat atau mengingat-ingat sesuatu yang jauh.

"Aku bukan seseorang yang bisa menebak-nebak apa yang dipikirkan orang lain, sih, jadi bisa saja sekarang aku cuma sok tahu," Gloria menambahkan. "Tapi bisa kubilang, aku tahu kapan seseorang akan berbohong pada dirinya sendiri atau berpura-pura demi kebaikan yang lain."

"Kamu ... menyangka aku yang kedua?"

Gloria terkekeh, "Hei, ini cuma perandaian. Aku tidak ingin memaksamu kalau kamu tidak ingin berkata apa-apa padaku."

Di depannya adalah Gloria Wiseman, seorang dari daerah asing. Orang yang Ann kenali karena mereka teman sekamar. Pewaris perusahaan Wiseman yang namanya saja membuat orang lain tercengang, namun Ann yang selalu tidak tahu-menahu menganggapnya selayaknya orang biasa. Gloria lebih senang berada pada lingkungan Kelas Sembilan karena tidak ada yang mencoba menaruhnya lebih tinggi dibanding yang lain. Ia senang merasa sama, sama-sama sebagai murid yang juga belajar.

"Kamu sangat peka, ya, Gloria."

"Bukan sebuah hal yang patut disyukuri, kurasa?" tawanya kering. "Kadang aku mau mencoba sedikit tidak peka biar aku tidak berandai-andai kapan aku akan ditusuk dari belakang."

Ann sedikit terperanjat, "A-Ada yang mengincarmu di sekolah?"

"Haha! Bukan itu, Ann!" ia tergelak puas. "Dikhianati, maksudku. Dikhianati."

Ann menelengkan kepala, berkutat pada kata itu. Ucapan Gloria membuat beberapa nama muncul ke permukaan, tapi dengan cepat Ann mengingat 'Nina'.

"Ada apa, Ann? Aku tidak bermaksud menunjuk siapa yang akan berkhianat, lho? Tidak usah capek-capek memikirkan itu~"

Ann mengangguk pelan. Ia masih belum merasa puas karena jalan pikirannya menemukan arah buntu.

"Oh ya omong-omong soal ini," Gloria berdiri, menuju mejanya untuk mengambil jam saku yang masih sibuk ia perbaiki. "Kamu ngomong, tuh, sama Alba. Kayaknya dia khawatir banget sama kamu."

Ann tertegun. Oh iya, tukasnya dalam hati, dia mendiamkan Fiore dan menyendiri.

"Oke, udahan, ah, sesi hati ke hatinya, aku mau tidur," Gloria merenggangkan badan. "Kamu masih mau belajar, Ann?"

"Kamu ngapain nanya aku bakal terus belajar apa nggak, aku bukan ketua kelas."

Gloria tertawa lagi, "Ah, benar juga."

"Terima kasih, Gloria."

"Aku tidak membantu apa-apa kok~" Gloria mengedikkan bahu. "Oh iya besok Strategi Militer ya, ajari kami yang benar atau kamu akan ditembak di kepala oleh ketua kelas!"

Ann sudah membayangkan ketua kelas menodongkan pistol tepat di sampingnya dengan tawa lengking dan kacamata yang berkilat layaknya villain di sebuah buku-buku cerita kolosal.

"Kamu ... bercanda, 'kan?"

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang