Intermission 032: Horizon

20 7 3
                                    

Alena Valerian berdiri dan merenggangkan tubuhnya setelah duduk membersihkan pistol yang dipakainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alena Valerian berdiri dan merenggangkan tubuhnya setelah duduk membersihkan pistol yang dipakainya. Ia kembali merakit pistol dan memastikan tidak ada sparepart yang kurang.

Klinik itu sepi setelah Instruktur membubarkan mereka untuk bersiap-siap. Karena segala urusan logistik sudah diselesaikan, Val meminta izin yang lain untuk dirinya mengurus senjatanya. Mereka tidak keberatan, malah sangat menganjurkan ketua kelasnya beristirahat. Val menatap mereka aneh, namun ia berterima kasih.

Val pun membongkar pistolnya di salah satu meja panjang di ruangan yang bisa ia pinjam dari staf penjara. Sepertinya ruangan arsip, ruangannya cukup luas dengan banyak sekali meja dan kursi. Ada sofa panjang di pojok ruangan yang dekat dengan lemari berisi buku, tempat yang cukup nyaman untuk duduk bercengkerama.

Tapi ini bukan saatnya untuk diam sejenak. Sebagai ketua kelas, ia harus memastikan segalanya ada pada tempatnya. Pertama-tama, dari kesiapan dirinya dahulu.

Pistolnya sudah dibersihkan dan dirakit. Ia tapi tidak sempat membuat granat baru untuk menggantikan granat yang digunakan saat di Baldwin, tapi paling tidak ia masih punya peluru dan cadangan peluru untuk digunakan pada persiapan perang.

Ah, sepertinya namanya bukan 'perang', mereka hanya menargetkan pemimpin pasukan, lagipula mereka juga tidak bisa mengalahkan banyak sekali tentara ulung. Situasi ini termasuk bahaya jadi mereka diperbolehkan bergerak bebas dan mungkin membunuh, tapi tetap saja tidak ada banyak kelebihan yang bisa mereka manfaatkan. Malah, karena mereka ada dalam kondisi lelah dan kehabisan perbekalan dan persenjataan, mereka sama saja seperti hendak melakukan aksi bunuh diri. Ya, memang sih, mereka ini yang paling tahu keadaan di lapangan karena menjadi saksi bisu (yang tidak juga bisu) tentang apa yang terjadi di Bluebeard. Mereka tahu bagaimana lawan mereka dicuci otak. Mereka tahu seberapa besar pasukan yang mungkin dikerahkan lawan. Mereka juga bisa mengira-ngira lawan akan menyerang dari bagian mana mengingat bagaimana pihak Baldwin, Bluebeard melakukan deklarasi tanpa campur tangan pihak kerajaan Bluebeard.

Ya, kurang lebih itu isi kepala Alena Valerian sekarang. Penuh, sangat penuh, benar-benar penuh. Dan, ada saja yang mencoba mencolek punggungnya, Val segera menodongkan pistolnya ke arah belakang, mendapati Alicia mengangkat kedua tangannya sambil melotot kaget.

"Wow, wow, tunggu, Ketua Kelas! Kamu bisa di penjara!"

"Ini aku sudah di penjara," Val menurunkan pistolnya. "Makanya jangan ngagetin orang, Alicia Curtis."

"Habisnya, kalau dipanggil nyahut, dong, Sayap Peri!"

Val menodongkan pistolnya lagi, "Mulutmu itu perlu disekolahkan, ya."

"A-Ah! Maaf! Saya sudah sekolah, kok!"

Val mendengus. Ia mengembalikan pistolnya ke atas meja, ia berpangku tangan menghadap Alicia. "Lalu? Mau apa kamu, Alicia Curtis?"

Alicia tidak biasanya canggung. Ia menggaruk pipinya, ekspresinya enggan. "Nggak terlalu penting sih, tapi ... karena waktu kita singkat dan Kepala Sipir mau diperkenalkan dengan semua anak Kelas Sembilan, jadi ..."

Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang