LXXXIV. | Sebuah Keputusan

19 5 0
                                    

Hari-hari sekolah di Dresden berlangsung layaknya biasa. Diawali dengan apel pagi di awal minggu dan lari keliling lapangan kurang lebih lima hingga sepuluh putaran, lalu mereka melakukan kelas pagi di lapangan. Bila waktunya kelas dalam ruangan, mereka akan segera memasuki ruangan. Pembagian mata pelajaran seperti yang sudah-sudah, dua mata pelajaran sebelum waktu istirahat makan siang, dan setelah istirahat makan siang akan ada satu pelajaran dalam kelas dan dilanjutkan dengan kelas sore hari.

Walau mungkin tidak biasa mendapati Ann yang tidak tertidur atau berpura-pura tidak tidur di kelas sekarang ini, segalanya terlihat sangat normal.

Kelas paling pagi adalah homeroom, dan ditutup juga dengan homeroom oleh Instruktur Bathory. Istirahat siang dan bahan ajar berlangsung mengikuti apa yang terakhir mereka pelajari. Kelas berupa pengajaran Warden dialihkan karena kerusakan unit dan sibuknya bagian maintenis dan insinyur untuk memperbaiki beberapa instrumen milik sekolah berupa kereta, pesawat cruiser, dan Warden. Kelas berupa pertarungan juga ditunda hingga minggu yang akan datang, mengingat masih banyak murid dalam masa pemulihan. Sebagai gantinya kelas sore yang biasanya dipenuhi dengan latihan-latihan, kegiatan mereka akan segera disambung dengan bantu-membantu kota Folia.

Mulai hari itu, mereka dibagi dalam beberapa kelompok, ada yang membantu membersihkan sampah, ada yang membantu membersihkan sungai, ada yang membantu merapikan toko, ada yang memperbaiki rumah, ada juga yang membantu menanam kembali kebun apel dan anggur yang hilang karena perang. Semua bebas memilih membantu di bagian mana saja sesuai persetujuan Instruktur Bathory yang menjadi pengawas, asal tidak lebih dari dua orang per kegiatan.

Pada hari pertama, Ann bersama Blair membantu membersihkan sungai. Blair dengan cekatan memilah antara batu dan sampah, melemparnya ke arah Ann untuk ditangkap dan dikelompokkan menurut bentukan organik atau non-organik. Ada beberapa pemuda-pemudi kota turut membantu mereka membendung air agar pekerjaan mereka jadi lebih mudah, walau pada akhirnya mereka berdua kembali ke asrama basah kuyup bersama dengan dua ikan yang kebetulan mereka tangkap. Ikan-ikan itu segera dibuat bahan makan malam oleh Muriel.

Pada hari kedua, Ann membantu Fiore memindahkan papan untuk membangun rumah. Ann sempat menatap Fiore lucu, sebelum Fiore menginjak kakinya kuat-kuat. Katanya 'aku tahu kamu merasa aku kurang cocok di pekerjaan ini, tapi tidak ada kerjaan lain, tauk,' sambil terus mengomeli Ann selama memindahkan papan berlangsung. Ann tidak banyak bicara, mengangguk-angguk saja menanggapi Fiore yang berapi-api. Mereka membantu memaku papan di beberapa tempat dan kadang menggali kembali gorong-gorong. Mereka duduk-duduk dulu di salah satu bangku melepas lelah sambil minum minuman kaleng sebelum pulang ke asrama.

Pada hari ketiga, Ann membantu Hilde menanam kembali kebun apel. Tanah yang gosong karena bom diuruk kembali. Mereka juga mendatangkan tanah yang gembur untuk menutupi lahan yang gersang. Petani apel dan anggur mengeluhkan panen yang berkurang karena kejadian ini, tapi mereka semangat sekali menabur benih baru. Hilde unjuk kemampuannya menyiram tanah menggunakan kemampuan sihirnya sehingga mereka bisa menyelesaikan proses penanaman hari itu dengan lebih cepat.

Pada hari keempat, Ann menemani Hana memungut sampah. Mereka benar-benar dibudaki keliling kota sambil memanggul keranjang aluminium berjaring-jaring dan memungut sampah yang ada dengan bantuan sarung tangan dan alat capitan. Mereka hanya boleh berhenti ketika keranjang itu penuh. Ann membagi agar Hana mengambil sampah non-organik dan dia sampah organik. Mereka ujung-ujungnya melayani penduduk kota yang turut membuang sampah rumah tangga. Kembali ke asrama, mereka segera digiring oleh Matron untuk segera mandi karena mereka bau sampah.

Dan pada hari kelima, Ann meminta waktu pada Instruktur Bathory untuk menyela kegiatan homeroom yang akan menutup kelas itu - kelas terakhirnya di Dresden. Hari-hari menyenangkan yang normal seperti mimpi itu kini harus berakhir.

"Hari ini adalah hari terakhirku di Dresden, sekian."

Sunyi, begitu anti klimatik. Ia melihat sekeliling kelas yang menatap balik dengan sempurna melongo. Ada yang pucat pasi, Fiore dan Gloria masuk golongan ini. Ada juga yang seperti Blair, menganga. Seorang seperti Karen saja yang ekspresinya selalu kalem tampak terperangah. Ann menggaruk tengkuknya, menanti respon melihat seluruh mata tertuju padanya. Setelah kurang lebih satu menit yang terasa sangat lama, Ann turun mimbar.

Akan tetapi, ketua kelas berdiri dan menyuruhnya tetap di mimbar.

"Ann Knightley," teriaknya sambil menunjuk Ann. "Aduh, kamu ini!"

Instruktur Bathory, Alicia, dan Karen mulai bergestur sama, masing-masing menutup telinga. Alena Valerian meletus di dalam kelas.

"Kamu! Kamu nggak ada bedanya ya sama Alicia Curtis dan Karen Ray! Kenapa sih kalian nggak ngomong? Atau paling nggak, kabari dari jauh hari? Kalian 'kan punya mulut-"

Instruktur Bathory menarik Val menjauh, membungkam mulutnya. "O-Oke. Knightley, bagaimana kalau kamu menjelaskan pada kelas kenapa kamu tiba-tiba langsung bilang begitu."

"Mulai dari mana ya, Bu Guru? Ah, dari saat di Pulau Penjara saja, ya ..."

Ann berusaha tidak melakukan kontak mata dengan siapa pun di kelas, namun ia tidak bisa menghiraukan pandangan yang diarahkan padanya. Tangannya menggenggam tepi mimbar.

"Saat itu, Instruktur Bathory meminta sampel darahku untuk diserahkan pada Norma untuk mereka membuat instrumen yang akhirnya dimunculkan untuk mengancam Kanselir hingga menyerah," Ann berusaha menjelaskan dengan pelan dan nadanya ringan. Lagi, perasaan di hatinya hanya ada semakin berat. "Pihak Norma sudah mengidekan sejak dari saat itu kalau mereka akan membuat alat yang lebih canggih sehingga mereka dapat menyembuhkan seluruh korban perang."

Genggamannya semakin erat di mimbar ketika ia melihat mata Hana berkaca-kaca, begitu juga Lucia. Ann mengulum bibirnya sejenak.

"Aku tidak seharusnya hidup, aku sudah bilang itu berulang kali pada kalian semua yang tahu nasibku sebagai seorang Progenitor, bahkan awalnya ada yang sudah bertugas untuk menumpasku," Ann bermaksud itu sebagai sebuah guyonan, tapi tidak ada yang tertawa. Sama sekali. Kesebelas anggota kelas itu menatapnya seperti tanpa berkedip. "Jadi ini kurasa menjadi sesuatu yang harus kulakukan, agar tidak ada lagi percobaan menggunakan Progenitor atau racun ada lagi di sini."

Ann menggigit bibirnya menghadapi sunyi yang membuat pundaknya terasa seperti merosot dengan sendirinya. Instruktur Bathory melepas Val dan menyuruhnya kembali duduk. Ekspresi sang guru lebih nanar dibandingkan dengan seluruh teman sekelasnya.

"Knightley, saya sudah bilang berulang kali kalau kamu bisa menolak."

Ann menggeleng cepat, "Saya sudah memutuskan, Instruktur."

Sepi kembali menjelang, Ann memanfaatkan kesempatan itu untuk turun mimbar dan melangkah kembali ke kursinya. Pasang mata itu menatapnya hingga ia duduk, Ann membalas mereka dengan senyum yang selalu ia pasang selama sisa hari itu. Senyum yang bisa ia ulas tanpa perlu dipaksa.

.

Senyap itu dipecah oleh Alicia yang mengangkat tangannya, "Instruktur, boleh kami adakan pesta perpisahan untuk Ann?"


Poison TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang